Monday, December 3, 2012

Time

May 1, '10 3:53 PM
untuk semuanya

sand-40376_640
Rasanya waktu berjalan cepat, cepat sekali. Mamaku bilang konon kabarnya bumi berputar lebih cepat. 1 jam nya pun (walaupun tetap 60 menit dan 3600 detik) lebih cepat.

Dulu sering menyalahkan aktivitas yang seabrek untuk dijadikan kambing hitam tidak punya waktu. Dan ternyata, walaupun aktivitas itu berkurang, waktu tidak pernah bisa luang, bahkan menurutku semakin sempit, karena berbagai macam teknologi dan kemudahan.

Teknologi memang seharusnya memudahkan aktivitas manusia, menolong manusia. Yang aku lihat saat ini, arus aktivitas dan informasi memang luarbiasa cepatnya, akhirnya manusia dipaksa berlari dan mengejar teknologi yang mereka ciptakan sendiri. Di tempat yang arus informasi dan teknologinya begitu cepat, pekerja cenderung bekerja dalam waktu yang lama, tidur hanya sebentar, ketemu keluarga sebentar, apalagi ditambah macet, boro boro mau nambah ilmu misalnya baca buku agama atau solat tahajud yang tenang. Badan capek. Pikiran capek. Karena teknologi.

Kalo diceritain tentang masa lalu di desa di mana anak anak selepas maghrib mengaji dengan lampu teplok sampai isya, main main dengan tetangga waktu bulan purnama (maksudnya padang mbulan kumpul2 silaturahmi gituu), belajar setiap hari, aku mikir..

‘ya iya lahhhhh tv cuman tvri doang siarannya gitu gitu aja, listrik belum bagus, acara radio juga gitu gitu aja.. paling sandiwara radio ½ jam yang rame, kaga ada internet, ga ada tempat tempat gaul, if I lived those times, I probably would do the same thing… mengaji dan silaturahmi setiap malam, santaiiiii….’

Pada suatu ketika aku mengomentari seorang kawan yang punya hp baru. Karena lagi hunting gadget, aku memang suka liat2 hp orang. Sebuah smart phone yang bisa dimasukin aplikasi untuk push email. Tapi bukan identik dengan smartphone push email yang itu. Lalu kami membanding2kan smartphone tersebut dengan B*.

“Wahhh ngg mau deh punya B*, kalo bos tau, kita nggak punya alasan lagi kenapa belum buka email”, begitu katanya, kata seorang karyawan yang bos nya terkadang mengirim email maut, sms maut, dan telepon maut di luar jam kerja (maksudnya disuruh kerja dan mikir ekstra gitu). Karyawan jadi kena imbas beban kerjaan baru, karena si bos juga makin banyak nerima orderan, via email tentunya.

Dulu juga sempet ketemu seorang researcher dari Korea yang bercerita tentang siklus hidupnya (dan rata rata orang Korea), di mana dia bekerja hampir setiap saat, tidur hanya sedikit, hampir setiap weekend pula dia harus bekerja, dan agak2 mengeluhkan siklus hidup itu tapi dia tidak mempu menghindar karena kalau dia tidak mengikuti siklus itu, she won’t survive the –whatsocalled- competition.

Barangkali pertengkaran rumah tanggapun cenderung makin banyak terjadi karena pasangan yang telat ngasih info apa yang terjadi dengan dirinya. Mungkin setiap saat harus lapor status yah, ym kek, status febuk kek…  telepon ato sms kek..

Di saat aku sudah berada di rumah dan menguasai waktuku sendiri, akupun ternyata memiliki daftar list thing to do yang semakin panjang dan ngga pernah selesai. Akselerasi penambahan kerjaan lebih cepat daripada task yang selesai. Aku akhirnya memiliki gadget yang terkenal itu dan… bener.. memang sangat memudahkan hidupku. Tapi di sisi lain tambahan pekerjaannya juga semakin banyak. At the end, walaupun katanya teknologi itu memudahkan, sebenernya hidup tidak pernah menjadi lebih mudah.

Kangen menanti surat berhari hari dari sahabat pena

Raul 18 Bulan - Speech Therapy

May 5, '10 5:44 AM
untuk semuanya

Hari ini hari ke-3 Raul ikut speech terapy. Si gantengku ini sudah lebih dari 18 bulan, belum mengucapkan any single word. Sukanya ngomong uuh uuuh, kalo nunjuk sesuatu. Pemahamannya terhadap kata kata sudah baik menurutku. Dia bisa menunjuk apa yang ditanyakan (ehm kalo lagi mood, tentunya). Hari pertama ditemenin bunda. Hari kedua dilepas, pake acara nangis habis habisan dulu dikurung sama stranger, hehe. Tapi begitu diajak main ceria lagi. Tapi lagiii.. begitu dipegang mukanya karena mau massage bagian rahang, ngamuk lagi sodaraahhh..

Mengapa pake terapi segala?? Orang mungkin akan bilang

Gakpapa buu, si X juga baru bisa ngomong umur sekian

Perkembangan anak anak beda buu, anak cewe biasanya lebih maju bicaranya, kalo cowo telat

And so on, something like that lah..

Tapi ini yang membuatku memutuskan Raul harus ditangani

1.       Hasil fingerprint analysis nya memang bilang ‘he is behind on speaking ability’ (sejujurnya aku agak ngga ngerti maksudnya, apakah dia akan telat berbicara, atau terbelakang dalam berbicara, kedua artian itu berbeda sama sekali, and I don’t like the latter possible meaning). Bukan berarti lantaran ini hal bawaan lalu dibiarkan, begitu kata si ibu MME. Bakat positif harus digenjot, begitupun yang kurang positif harus dijadikan positif.

Raul sudah terlalu agak jauh dari theoretical milestone dalam hal berbicara. Kalo gak salah harusnya dah bisa bilang paling tidak memanggil sesuatu yang ada artinya (walaupun cadel) di bawah 1 tahun kan?

2.       Seorang sahabat dadakan (yahh barangkali anda sedang membaca ini, xixixi), - yang anaknya juga diterapi macem2 karena ada indikasi hiperaktif dan autis- berkata (kurang lebih bgini yaa)

Apa kamu bakal lebih percaya sama kata kata orang yang meringankan ‘ah gakpapa kok’, ‘ ahh anak saya baru 2 taun ngomong langsung cerewet’ yang sebenernya mereka gak punya dasar atas apa yang mereka bilang, hanya berdasarkan pengalaman

3.       DSA Raul, adalah seorang dokter santai yang slalu menggampangkan kekhawatiranku. Saat aku ‘mengeluh’ , dokter… raul bgini bginidia belum mau melakukan ini, beliau slalu bilang “AHhhh gakpapa bu,… dibeginikan sajaa.  Tapi begitu aku melaporkan tentang hal satu ini, reaksinya beda dari biasanya. Beliau langsung ambil milestone chart.

Tidak satu kata pun?? Tanyanya.

Kali ini beliau tidak menggampangkan seperti biasanya, langsung ambil kertas dan ngasih pengantar ke dokter tumbuh kembang. Beliau bilang sebenernya masih banyak waktu untuk observasi, tapi supaya lebih menenangkan, ke ahlinya aja.

Intinya, walopun sebenernya mungkin tidak ada apa apa (emang rada telat seperti Lily ponakanku), tapi tetep aja itu hanya dalam status ‘mungkin’, dan instingku bilang ini sudah alarm untuk mengejar milestone nya yang seharusnya. Kalo milestone anak plus minus sekian dari teori, maka menurutku ini sudah di luar range plus minus itu.  I want to play safe.

Aku sudah sempat mencoba bilingual ke Raul, tapi begitu ada indikasi ini, aku hentikan bahasa2 lain. Multilingual (lupa baca dimana) memang akan memperlambat kemampuan anak menguasai bahasa dengan baik (dibanding dengan 1 bahasa). Memperlambat gakpapa sih, asal masih di range nya. Tapi kalo di luar range, ah mending yang aman lah ya.

Widya Wiyata Pertama - Knowledge Package by ETL Learning

Izinkan saya memperkenalkan set buku dari masa kecil saya. Mungkin beberapa teman sudah mengenalnya di masa kecil dan merasakan benefit yang luar biasa dari buku ini: Widya Wiyata Pertama (Mengapa Begini Mengapa Begitu).

Ini salah satu paket buku yang bikin saya suka belajar dan baca buku tanpa pernah disuruh. Saat mendapatkan penjabaran  mengenai product knowledge saya mendapatkan info betapa pentingnya proses membacakan buku, yang dimulai sejak bayi. Buku buku ini memang materinya tampak terlalu jauh, tapi inilah saat yang paling tepat untuk mendongengi bayi apapun (yang gede jg boleh banget sih), bayi adalah absorbent mind, si otak spons yang akan menyerap info dengan effortless, jangan lupa juga di bawah 3 tahun bayi tidak memiliki conscious mind (semuanya bawah sadar), ketika besar akan terbentuk dinding nyaris tak tertembus antara sadar (punya peran 10-20%) dan bawah sadar (80%, bermanifesasi jadi karakter, kebiasaan). Di masa ini pula sinaps di otak tersambung ketika mendapat stimulasi (tentu kita harapkan stimulasi yang baik, tidak hanya visual, auditori, tapi juga kinestetik dan sensori).

 

Jadi, memang buku ini bukan segala galanya, tapi ia melingkupi beberapa aspek stimulasi penting untuk anak: Selain ilmu di dalam bukunya, juga tercipta komunikasi 2 arah (tidak seperti tivi yang satu arah), memungkinkan untuk diskusi dan Tanya jawab, terbentuknya bonding antara orang tua dan anak, dan memunculkan ide aktivitas untuk memenuhi aspek stimulasi lainnya (misalnya melakukan percobaan, menyanyi, menari, gerak tubuh dll).

Nahhh seri buku ini benar benar penuh ide dan memancing rasa ingin tahu, di dalamnya juga ada ide ide eksperimen yang simpel untuk dilakukan. Bedanya dengan jadul, sekarang ada talking pen nya (bernama Walter). Walter juga memuat berbagai informasi tambahan yang tidak termuat di buku. Raul sukaa sekali mendengar Walter bercerita. Sungguh partner yang sempurna untuk emak yang suka mati gaya seperti saya. Buku ini menjadi ‘penyelamat’ dan sumber ide aktivitas apa yang perlu dilakukan. Materinya padat dan kaya sekali.

INFO LEBIH MENGENAI BUKU INI
Ada 2 pilihan, bahasa inggris dan bahasa Indonesia

  • Memperkenalkan 4 pengetahuan inti: kehidupan, alam, sains dan dunia

  • Dilengkapi dengan walter/talking pen yang membuat setiap halaman buku bisa bersuara dan bernyanyi

  • Walter memuat 10,000 bunyi yang menarik dan berisi informasi luar biasa. Walter mendorong anak belajar pelafalan dengan menirukan dan merekam suaranya untuk dibandingkan degan suara aslinya.

  • Mengembangkan kreativitas dan daya ingat anak dengan proses belajar yang melibatkan percobaan percobaan

  • Interatif, memacu stimulasi dan rasa ingin tahu anak

  • Meningkatkan pemahaman anak akan pengetahuan dengan memberikan informasi yang relevan

  • Menambah wawasan dan pengetahuan bagi orang tua untuk menjawab pertanyaan anak

    Investasi untuk sejak BAYI hingga dewasa!
    Kapan perlu memiliki? Sejak bayi!


 

Aktivitas membaca Rara & Raul

http://www.youtube.com/watch?v=QbUd5p-0n4Q

Sedikit tentang buku Tubuh Kita

http://www.youtube.com/watch?v=CSKM8t0TRuA&feature=plcp

 

[IMG]http://i344.photobucket.com/albums/p337/rikariza/flyerWWP_final.jpg[/IMG]

e-mail: radhika.envitama@gmail.com

Saturday, December 1, 2012

Raul 22 Bulan







Aug 29, '10 8:43 PM
untuk semuanya

Alhamdulillah, dalam minggu ini Raul akhirnya membunyikan sesuatu yang bermakna.., dan tiba tiba kosakatanya banyak. Barangkali selama beberapa bulan, walaupun dia blm mau bicara, tapi dia menyerap banyak hal. Kata terapisnya juga gitu, Raul reseptif nya bagus, pemahaman terhadap kata2 sebenarnya bagus.

Berikut ini kosa kata yang muncul

-          Ayah (ini yng pertama muncul hoho)

-          Maw (mau)

-          Kaki

-          A’u (Raul)

-          Bdaaah (bunda)

-          Mimik

-          Bibi (pipis)

-          Bubbb (pup)

-          Biu (biru)

-          Ajeehh (lagi)

-          Buahh à paling demen buah jadi paling sering teriak ini

-          Mam

-          Amin

-          Mmmuaahhh à kalo nge sun

Beberapa hari yang lalu pengen coba 3 days toilet training, yaitu diaper less selama 3 hari. Konon katanya manjur, tapi Raul kaga manjuurrr , hehe. Sbenernya melelahkan sekali, mengasuh anak yang udah biasa pakai popok all day, lalu mendadak ga pakai popok. Aku smpet yakin2 aja 3 hari berhasil. Tp setelah blm sukses 3 hari, mau kembali ke popok rasanya sayang training selama ini. Karena walaupun blm 100% sukses, tapi ada progress yang dihasilkan. Kalo balik pake popok lagi ntar trainingnya sia sia dooong. Akhirnya menguatkan hati utk lanjut, walaupun kalo bocor dimana mana tu rasanya…. Hmmm…. Gemeeessss bangetttt.

Tapi dengan cara ini aku bisa mengenali sebenarnya kapan momen Raul pipis. Pola nya masih belum terlihat banget, tapi ternyata faktor emosi mempengaruhi. Alhamdulillah, dan ga tau jg sebabnya apa, Raul ternyata nyaris ngga pernah ngompol setiap tidur. Pernah 1x ngompol tp dikiiit banget ga sampai bocor ke kasur. Dia juga ngga pipis kalau sedang digendong atau dipangku. Kebanyakan bocor kalo lagi posisi berdiri, dan begitu pipis pun dia langsung freezes, ga berani melangkah kemana mana, nunggu diangkat. Nah... kalau dia bangun tidur uring2an minta nen dan gak diturutin krn mau aku angkat ke wc utk pipis pagi hari, maka di kamar mandi dia ga mau pipis dan akhirnya pipis di saat yg tidak tepat. Maka, kalo bangun tidur dia blm mau bangkit, aku biarin dulu sampai dia mau bangkit sendiri dgn ceria, lalu ke wc utk pipis. Dgn cara ini malah manjur.

Aku lihat Raul jg sudah belajar bahwa ada air di lantai itu licin, krn Raul beberapa kali terpeleset. Beberapa kali kasusnya cukup berat menurutku. Hmmm bukan utk ditiru utk accident yah, tp kenyataannya dengan accident.. dia belajar. Jadi.. walaupun aku blm bisa mengontrolnya utk tidak main air di kamar mandi, tapi aku berani melepasnya (tanpa dipegang) utk main air, karena kontrol kakinya di tempat basah kulihat sudah bagus. Kalau melangkah di lantai basah, jalannya jadi hati hati dan menapak satu per satu.

 

Raul main air

                                                            main air sampai basah kuyup

Raul masih butuh waktu utk mengenal orang, he’s sooo shy. Ayah minta aku buat ajak Raul kenal anak2 tetangga. Tp terus terang aku masih ‘picky’ dengan anak tetangga. Anak2 golongan pojok sanah ada yang umurnya dah agak gedean, dan aku ngga suka dengar cara mereka berbicara. Udah kenal kata2 goblok n sumthin like that. Aku lebih suka sama anak golongan pojok sini, anak2 yang masih seumur Raul ke bawah, masih polos2.. hehe. Tapi anak2 ini karena masih pada kecil juga keluar rumahnya jarang. Pengennya sih nyariin sekolah kalau sudah lulus terapinya. Memang sih ga terlalu setuju anak disekolahin kecil, lagian apa yg dilakukan di sekolah bisa dilakukan di rumah. Hanya saja ternyata Raul butuh bertemu dengan orang lain, belajar mempercayai orang lain.. and play along with them. Urusan ini, Raul mirip mak nya bangett, hihi.

About Parenting

Sering sekali aku melihat orangtua teriak ke anaknya. Something like “Jangan lari2!! Ntar jatoh!!”, atau “aduuuh nakal banget sih, duduk yang tenang napa”. Aku sering menyayangkan ortu2 yg seperti itu. Ya Allah semoga mereka dapat pencerahan. Tapi aku skarang ada di suatu masa yang rasanya setiap saat aku pengen teriak kata kata seperti itu. Rasanyaa.. udah diujung! Rasanya ingin aku teriakkan. Apalagi di saat Raul sedang bereksplorasi terhadap hal hal yang memang berbahaya, atau sbenernya gak bahaya tapi bukan hal yang baik utk dilakukan, seperti ngisi air dispenser ke gelas sampei penuh lalu diminumin sampe bajunya basah, main2 air keran di kamar mandi dan meraih keran air panas, ngambil toilet sprayer yang menyemprotkannya.. PADAKU!! Naik2 kursi ke mau buka magic jar  dan ngacak2 nasi (yg ini akhirnya aku biarkan).

Raul main nasi

                                                         Raul sayang.... what are you doing..?

Tapi karena ingat pesan ayah Edy dan mba Evariny, Alhamdulillah kata2 itu tidak pernah keluar. Kata2 itu sudah berhasil aku gantikan dengan kalimat yang positif, hanya saja… aku ngga bisa kontrol teriak saat kaget. Kata2nya memang positif, tp aku teriakin krn esmosi, misalnya “Raul kalau pipis di kamar mandi, Raul anak pintar kan.. kalau pipis dimana? Dii… kamar.. mandiii” Tapi aku bilang seperti itu pake nada orang marah, haha. Duh… masih perlu belajar nih jadi ibu yang benar. Aku sadar bahwa ortu yang sering teriak itu justru ngga punya wibawa. I still cant help it. Help help!! Apalagi basically aku orang yang ngga bisa marah. AKu takut jangan2 banyak emosi terpendam di diriku lalu di saat aku bisa marah ke anak, emosinya keluar smua. Duh jangan sampai deh. Harus banyak2 doa dan zikir

Raul mandi bola

Mystical Ullen Sentalu

Begitu lihat loketnya yang sepi, agak agak bertanya Tanya, apa bener ini museum. Its nothing like another museum, ehm… museum Geologi di Bandung misalnya? Beda banget dari luar. Pokoknya penampakan luarnya ga jelas deh. Front gate nya juga tertutup, dan hanya dibuka jika ada orang mau masuk.

ullensentalu1


Lorong hutan

Masuk museum ini harus didampingi guide. Kami disambut oleh mbak mbak berjilbab lebar yang tampak smart dari gayanya berbicara. Begitu pintu dibuka, seperti masuk sebuah kebun yang gelap. Setelah itu tiba lah kami di mulut ‘gua’ berbatu. Creepy, huh… Gua itu sebenarnya sebuah lorong panjang yang menghubungkan ke ruangan ruangan di museum.

ullensentalu2

 

Begitu masuk ruangan, baru deh rasanya agak civilized, ditandai dengan AC dan sebuah ruangan tua yang indah dan terawat. Tetep aja sih nuansa ‘tua’nya terasa.

Dari ruangan ke ruangan sebenarnya hanya berisi foto dan lukisan kaum bangsawan Jogja dan Solo sampai generasi yang paling baru. Di sinilah peran mbak guide. Tanpa guide, museum itu isinya hanya foto. Tapi dengan kisah kisah yang diceritakan oleh si mbak, dan berada di lorong lorong berisi lukisan dan foto besar dan indah, membuat rasanya pengunjung diajak hidup di keraton. Terlepas dari betapa tidak islami nya tradisi keraton kuno (yahh kejawen dan adat yang kelewatan), tapi mendengar cerita cerita tentang adat di keraton itu hal yang sangat menarik, karena segala hal yang ada di keraton sangat unik dan berbeda. Bener bener suatu hal yang menarik untuk diketahui, misalnya adanya perbedaan gaya busana yang menunjukkan kelas seseorang,  fakta bahwa putri yang belum baligh ga boleh pakai alas kaki, seorang ibu yang harus ‘ngabdi’ ke anaknya sendiri karena sang ibu hanya selir dan anaknya berstatus sebagai pangeran, dan belasan pelayan yang menemani bangsawan sejak ia lahir.

Hal menarik yang aku amati adalah bahawa para bangsawan ini, terutama yang perempuan, semua cantik cantik, berciri khas Indonesia... tapi berhidung bangir dan ber bibir tipis, khas banget lah.

Unik juga mengamati bahwa ada seni dan fashion di lingkungan keraton, misalnya ada raja yang suka banget matador, pakaiannya jawa banget tapi dicampur dengan gaya matador. Begitu pula pada masa tertentu, gaya pakai kain yang 'biasa' di-wiru, kemudian diselingi dengan munculnya fashion bernama kain 'seredan' (karena ujungnya nggak diwiru tapi dibiarkan sehingga 'terseret). Dalam ruangan yang lain diceritakan pula tentang filosofi pakaian pengantin wanita, dimana filosofinya daleeemmm banget. Segala macem asesoris memiliki makna yang merupakan penggambaran seorang istri yang ideal: siap mengabdi, siap menderita, mengayomi, monogami, dst.

Ada ruangan ruangan tertentu yang rasanya bikin merinding ketika memasukinya. PIlar pilarnya terbuat dari batu, mengingatkanku pada gedung lama ITB. Nah, iya, seperti ITB, h

anya saja ini lebih terawat, huehehehhe. Di area tertentu ada juga patung patung dewa, yang paling aku hafal tentu dewa Ganesha, hahaaa. Tapi kalo di sini ada ganesha lagi berdiri, kalo di ITB mah Ganeshanya duduk semuahh.

Ruangan yang paling keren menurutku adalah ruang yang berbentuk lorong, di mana di ujung ujungnya ada patung yang very well-designed, well-constructed, berwarna perunggu, salah satunya patung putri sedang menari. Bikin ruangan ini -yang remang remang- jadi gimanaa gitu. Di ruangan yang sama ada juga lukisan besar tarian massal yang diciptakan oleh seorang raja, di mana pada tarian tersebut konon Roro Kidul ikutan (digambarkan di lukisannya). Konon si nyai punya hubungan asmara dgn salah satu raja (wekkk ngeri amattt).

Ada ruangan yang berisi puisi puisi yang ditulis oleh para bangsawan ini, misalnya puisi putus cinta. Pakai bahasanya jg macem macem, ada yang pake bahasa Belanda. Puisinya keren keren juga.

Sayangnya, di dalam museum kaga boleh foto, jadi yang bisa difoto cuma area luar aja.

Museum ini adalah milik swasta lho, milik seorang keturunan Cina yang cinta banget sama budaya Jawa, seorang pengusaha batik (eksportir bo!) yang dekat dengan keluarga bangsawan jawa, sehingga bisa mendapatkan hibah pakaian pakaian bersejarah milik raja dan permaisuri. Worth a visit bangettts dehhhh...

 

ullensentalu3

 

Websitenya: http://ullensentalu.com/

Menyapih Raul

Ditulis 22 Sept 2010 di rikariza.multiply.com

raul 2 thn

Tadinya mau menggenapkan 2 tahun sebelum memulai weaning. Tapi entah kenapa pas banget 1 bulan sebelum Raul 2 tahun, banyak teman sesama ibu yang sedang menyapih anaknya, dan ngga semua jg genap 2 tahun, ada yang kurang kurang dikit. Memang sih ngga ada aturan saklek mengenai plus minus-nya.

Ditambah mbaknya Raul dah ngga balik lagi, aku pikir this is the moment, Raul harus segera mandiri, dalam hal toilet training maupun weaning. Kalo nggak, repotnya akan berkepanjangan, im afraid. Masih agak agak ngga rela sih, selain Raul ‘butuh’ menyusu, ternyata sebagai ibu, aku jg merasa ketergantungan dengan proses menyusui. Selain merasa connected, menyusui adalah cara yang ampuh untuk menghentikan tantrum, mempercepat proses tidur, apalagi kalau ibu kelelahan. Kalau Raul lagi pecicilan ke sana sini lalu dia minta mimi, akupun senang karena bisa beristirahat, menyusui sambil rebahan, hehehe…

So… ngga berniat menyapih tiba tiba sih. Hanya ingin coba coba aja. Aku ngga punya teori macem macem tentang weaning. Cara orang orang pun ternyata berbeda, karena respon anak terhadap cara penyapihan jg berbeda (hasil baca baca sekilas pengalaman orang). Ada yang dengan cara ekstrem ‘brotowali’ manjur, ada yg ngga. Caraku? Hmmm… ntar diceritain di bawah, tapi hanya 1 hari dan kayanya kok berhasil ya.

Barusan sekilas juga baca tentang Weaning with Love. My personal opinion, weaning itu hal yang berbeda dengan yang lain. Ada yang bilang menggunakan cara tiba tiba itu akan jadi trauma untuk anak. Nah yang aku bingung, trauma terhadap apa? Beda halnya dengan memandikan bayi dengan air dingin, yang katanya bisa menimbulkan trauma juga.

Beda kan? Mandi dengan air dingin akan dialami manusia hingga akhir hidupnya. Ketika ia trauma saat bayi, tentu akan jadi masalah ketika dia besar, ga bisa mandi pakai air dingin. Tapi kalau air susu ibu? Lha setlah 2 taun dia gak bakal lagi nyicip ASI kan? Let’s say dia “trauma” terhadap menyusui, aku rasa bukan trauma lagi namanya, tapi penanaman kepercayaan di alam bawah sadarnya bahwa saat ini, menyusu bukan hal yang tepat. 2 hari ini aku menerapkan bberapa hal yang idenya muncul begitu aja. Salah satu caranya ekstrim, tapi I have my own reason.

1.       Bubuk cabe

Ini yang ekstrim. Raul udah sesekali nyicip makanan pedas sebelumnya, secara accidentally sih. Dan dia merespon rasa pedas itu dengan …. Cukup baik. Dia ngerasa gak nyaman dengan pedas dan langsung minta minum, tapi setelah itu…baik baik saja. Mamaku jg menyarankan mengenalkan pedas karena pedas itu bisa membangkitkan nafsu makan.

Mungkin terdengar kejam yah, mosok nyapih pake bubuk cabe, kalau HANYA bubuk cabe, dan memaksakan. Tapi pada dasarnya bubuk cabe ini hanya cara pelengkap, setelah aku berusaha menanamkan pengertian terus menerus, bahwa asi nya sudah ngga bagus lagi (memang kan). Pedas adalah rasa yang unik. Saat kita ngerasain rasanya mau udahan. Tapi begitu udahan, pengen lagi. Tidak ada trauma terhadap rasa pedas. AKu menerapkan ini hanya utk 2x permintaan menyusui. Setelah itu ngga.

2.       Pillow talk

Sbelum dia mulai tantrum meminta ASI (lebih baik jauh jauh hari sebelumnya sih), aku menerapkan pillow talk. Redaksinya kurang lebih begini “Raul anak pintar, Raul anak sehat, Raul sudah besar. Raul pinter kalau haus minum dari gelas/botol, bisa air putih, susu, atau jus”

Semacam itulah, diulangin terus menerus. Hindari kata “nenen”, atau “asi”, atau kata apapun yang buat dia identik dengan menyusu.

3.       Tapping metoda EFT (emotional freedom technique)

Metoda totok di titik meridian tubuh, biasa digunakan untuk masalah kesehatan dan emosional, misalnya menghentikan ketergantungan terhadap rokok. Di Indonesia sudah ada metoda baru yang mengadaptasi dari itu, namanya SEFT, tapi aku lebih suka menyebutnya EFT saja. Unsur S sebenernya penambahan nilai doa, and I don’t like the idea of membakukan ‘doa baru’ dalam suatu metode. Jadi aku menyebutnya EFT aja.  Tentunya di dalam melakukan tapping aku juga berdoa, doanya intinya memfokuskan bahwa kita menyadari sedang menghadapi suatu masalah, tapi kita memasrahkan masalah itu pada Allah. Let His hand works on it.

4.       Berdoa setelah shalat.

Waktu setelah hari pertama tuh aku doanya kenceng banget (memohon mohon dengan sangaat). Abis gimana, tantrumnya edan edanan, bener bener bikin sedih dan trenyuh. 1 jam lebih dia teriak teriak nangis sampe suaranya serak, memohon untuk disusuin.

5.       Komunikasi di saat main, di saat makan, kapan aja. Setiap saat dia nunjukin keinginan untuk menyusu, SEBELUM keburu tantrum, ajak bicara bahwa dia sudah besar dan kalau minum dari gelas atau botol. Fokusnya ke distraction-nya, karena anak kecil tidak mengenal kata negatif. Ketika kita bilang ‘jangan lari’, ‘jangan nakal’, yang dia rekam adalah lari, dan nakal.

Aku agak akan takjub dengan hasilnya. Entah metoda mana yang efektif, tapi ini semua kuasa Allah. Rasanya baru kemarin Raul addicted to ASI. Dikit dikit mimik, kalo lagi tantrum akhirnya minta mimi, kalo tiba2 mati gaya, yg diinget mimi. Pokoknya hampir seluruh hariku rasanya porsi menyusui sangat dominan. Hanya dalam tempo 1 hari lebih, dia tidak pernah mengucapkan kata ‘mimik’, sesekali sih keluar.. tapi slalu diikuti ‘mimik… adek…’ (aku mengenalkan sebuah dummy newborn sebagai adek). Ada situasi tertentu dimana biasanya Raul minta mimik, yaitu saat bosan, saat merasa insecure, saat ngantuk dan saat marah. Nah… 1 hari setelah menerapkan cara cara di atas, saat dia mengalami kondisi tersebut, dia langsung menghambur ke pelukanku, seperti biasanya kalo mau nyusu, tapi dia hanya bengong, seperti pengen.. tapi malu meminta. Ajaib banget lah pokonya. Sesekali dia tempelin wajahnya, tapi lalu udahan… seperti orang yang sedang menahan diri, seperti tahu kalau menyusui itu bukan untuknya lagi. Subhanallah. Aku bener2 takjub dari mana itu asalnya. Padahal aku ga bermaksud total menyapih dia bulan ini, rencananya sih total bulan depan. Tapi ya sudah, aku melihat dia sudah siap, jadi aku teruskan.

Hari kedua, Raul tidur tanpa ngamuk minta mimi, tp dia punya pelampiasan lain, yaitu melihat slide show foto di hp. Dan dia marah kalau fotonya dihentikan. Pokonya dia liat slideshow itu sampe ngantuk dan tertidur. Saat kebangun di tengah malam (yang biasanya teriak  mimiiik!!), ini teriakannya berganti menjadi “iat opooohhh” (maksudnya lihat foto), lalu agak2 ngamuk. Ngamuknya ga berhenti sampai aku kasih dia hp yang udah diset slideshow foto, ampe pegel meganginnya, hehe. Sejak lahir Raul selalu tidur denganku dan selalu menyusu sebelum tidur, dalam 1 hari tiba tiba berubah.

Hari ini, hari ketiga, Raul tidur siang sambil makan buah, tanpa liat foto (walopun kalau terjaga masi minta jg, dasar narsis, hihi). Tidur malam pun dia ngga lihat foto, tapi butuh ditimang. Raul memang blm bisa tidur sendiri, masih kaya orang bingung kalo ngantuk digeletakin di kasur. Tapi perubahan drastis ini buatku too cool to be true.

Pe-er nya tinggal toilet training nih, blm sukses2 juga, hehe…

Aku ngga menyangka masa penyapihan adalah masa yang sangat berkesan, butuh mencurahkan perhatian ekstra, kasih sayang ekstra, dan aku harus membentuk ikatan tanpa bantuan ASI,menenangkannya tanpa ASI, menidurkannya tanpa ASI. Apalagi pas banget momen mbak yang jagain Raul slama ini dah mudik ga balik lagi. This moment is uniquely beautiful.

raul 2 thn2

Wednesday, November 28, 2012

Raul 2 Tahun

(ditulis 3 Desember 2010 di rikariza.multiply.com)

Raul ku sayang sudah menginjak 2 tahun. Ini adalah masanya dia mengimitasi. Setelah kosakatanya bertambah banyak dan makinnn banyak (yg jadi pertimbanganku menghentikan speech therapy nya walopun sama dokter disuruh terus), dia rajin mengulangi kata kata. Angka 1-10 sudah hafal. Warna warna standar sudah tau dengan baik. Bahkan sudah bisa merangkai kalimat dengan kata yang cukup panjang. Memorinya luar biasa, daku dibuat kagum olehnya.

Raul: “bunda…. Bawaat: (bunda.. pesawat)

Bunda: “ bukan raul, itu bukan pesawat, itu helikopter”

Raul: “bundaa, bukang.. bawat..itu.. eliopel”

 

Raul:” bundaa, bulan abitt” sambil nunjuk bulan

Bunda: “ kalau matahari dimana?”

Raul: “mataali.. bobok”

*segala benda yang dia ngga lihat disebut bobok… xixixi*

 

Nevertheless, ada hal yang mengherankan aku. Ada saat saat tertentu dimana Raul ngamuk tapi ngamuknya ngga ada sebabnya dan terkesan dibuat buat. Kumaha nya. Jadi.. sebenarnya tidak ada hal yang mengganggunya, tapi dia seperti berakting ngamuk, berakting lempar lempar barang, tapi lalu jadi serius, ketika dihentikan ngamuknya jadi beneran dan sulit dihentikan.

Di saat Raul rajin mengimitasi, muncul hal seperti itu. Menurut insting bunda, itu adalah hal yang dia tiru, bukan hal yang alami muncul dari dalam anak 2 tahun. Selidik punya selidik, walaupun tidak ada bukti ilmiah, aku curiga itu asalnya dari Syamil dkk, Sali dan Saliha.

Lho… bukannya Syamil video yang meng edukasi tentang akhlak dan Sali/Saliha juga buku edukatif?

Setelah ngikutin hipnoparenting-nya mba Evariny Andriana, aku jadi mengamati beberapa alat edukasi Raul.

Di buku seri Sali/Saliha (apa tu judulnya lupa), memang diajari akhlak yang baik, namun diberi tahu juga mengenai akhlak yang tidak baik. Misalnya mengenai ‘Anak yang berhati hati’. Buku tersebut memberi pesan moral untuk berhati hati, dengan diawali contoh tindakan yang tidak hati hati, misalnya bermain dengan pisau dan korek api. Ada pula mengenai akhlak kesopanan terhadap asisten rumah tangga (Aku Sayang Bibi), yang diawali dengan ‘adegan’ di mana Sali teriak teriak ke bibi.

Begitu pula di seri video Syamil, mirip mirip seperti itu. Mengajarkan kejujuran dengan memberi contoh ketidakjujuran, walaupun memang sih disebut bahwa tindakan tidak jujur itu tidak baik. Ada juga tuh adegan Syamil melempar barang karena kesal sama temannya, walaupun pada akhirnya Nadya kakaknya menengahi dan menyuruh untuk bermaafan. *jangan jangan adegan ini yang ditiru Raul*

Baru berpikir (pikiranku bisa salah bisa benar, wallahu alam, cmiiw), umur 3 tahun ke bawah dimana alam bawah sadar memegang peran 100%, di mana anak sebenarnya tidak tahu konsep salah dan benar, logika belum jalan, seharusnya tidak perlu dikenalkan dengan hal negatif, kecuali secara tidak sadar si anak melakukan hal yang salah dan kita mau meluruskan. Ketika kita bilang “jangan lari lari” anak malah lari lari. Sama ketika aku menyapih Raul. Pada suatu saat aku memberi pengertian bahwa mimi susu (yang ini) Cuma buat adek bayi, seketika malah yang raul ingat adalah mau menyusu lagi dan dia minta nyusu (padahal sebelumnya lagi tenang tuh).

Aku kemudian menyorot seri Diego dan Dora. Sayangnya, video itu sifatnya umum dan general, tidak spesifik Islam sperti Syamil, yang sesekali menyelipi aktivitas hariannya dengan doa dan zikir, which is very good actually.

The thing is, Diego dan Dora sama sekali tidak memberi contoh negatif. (as far as I know). Nilai yang disampaikan tidak langsung terlihat, misalnya nilai keberanian, positive thinking, sportivitas saat berkompetisi, kepedulian untuk berbagi, semuanya tidak disampaikan dengan verbal misalnya “kamu harus berani, kita harus selalu positif dll”. Hal ini yang membuat aku merasa lebih aman kalau Raul nonton Diego dan Dora. Isinya menonjolkan hal positif: petualang, keberanian, kepedulian, semangat, berpikir positif, bersenang senang.

Mudah mudahan alat edukasi anak yang Islami bisa terus menjadi lebih baik. Postingan ini bukan utk menghalangi bunda sekalian utk membeli yang saya review di atas lho ya. Buku dan video tersebut bagus banget kok, mudah2an dengan selalu didampingi, kita bisa meminimalisir yang tidak diinginkan.

Kata kunci: parenting

Mencari Sekolah

(pindahan dari rikariza.multiply.com, saat Raul berumur 2+ tahun)

Latar Belakang 

Call me over reacted atau apa lah. Mungkin aku terlalu khawatir, but I just follow my feeling, feeling keibuan. Dulu mutusin cepet cepet  speech therapy buat raul krn blm mengucapkan sepatah katapun di usia 15 bulan. Orang orang tua bisa bilang ‘ ah gakpapa, dulu si x blablabla’ Sekarang aku mutusin Raul masuk sekolah di usia yg dulu tidak pernah aku pikirkansebelumnya: 2 tahun. Dulu banget, aku mikir kaga usahlah pake PAUD2 sgala. Langsung masuk TK aja, kasian kecil2 skolah.

Tp skarang aku jadi berpikir, harus sekarang, sebelum 3 tahun!

Raul adalah anak yang cerdas, banyak bicara, banyak bertanya, tapi hanya pada kami, anggota rumah yang sama. Pada orang lain, he just won’t interact.

Ahhh biasa ituuu…. 

Biasa atau tidak, aku hanya membandingkan dengan teman teman sebayanya, yang SEMUA suka berkomunikasi, walaupun belum bisa bicarapun sudah suka towel towel, ekspresi sayang, ,iseng, atau apapun lah itu.

Turunan kali. Rika juga dulu kaya gitu, kata mamaku.

Exactly! I know who I am now dan aku sadar betul kekuranganku dalam berinteraksi. Aku akan menyesal jika aku tidak mengantisipasi ‘kekurangan turunan’ ini, karena kekurangan ini sering membuatku tidak nyaman. Raul harus dikondisikan untuk mengenal orang lain, diberikan kesempatan, diberikan ‘fasilitas’. Usia <3 tahun: kata MBa Eva praktisi hipnoparenting, gunung kesadarannya masih di bawah laut semua, di mana permukaan laut adalah batas alam sadar dan bawah sadar. DI bawah 3 tahun, logikanya belum bermain, semua diserap sebagai kebenaran, sehingga aku ingin memilihkannya lingkungan yang steril. Aku memang ngga sering2 mengajak Raul main dgn anak tetangga, krn sesekali kulihat anak2 yg lebih besar suka bawa pistol2an, dan melakukan adegan ‘power ranger’ like lainnya. Tapi kalau kondisi lagi ‘aman’, Raul biasa kuajak main sama tetangga. Tp lingkungan itu kurang kondusif karena aku berada di sana, dan da cenderung ‘nempel’ kek perangko dan ngajak pergi.

Ok, he has to go to a different community, without me in it. He has to learn to trust other people Pada saat aku memutuskan (stlh diskusi dgn ayah tentunya) Raul sekolah, sudah akhir tahun, dan biasanya kelompok bermain memulai ‘tahun ajaran’ nya di bulan Januari, sehingga aku hanya sempat observasi 4 sekolah (3 sempat trial, yg satu ogah krn emang dari awal dah ga nyaman)

Dari 3 trial, Raul terlihat paling nyaman di Montessori. Yang 2 lainnya, wahh hysteria deh sepanjang 2 jam. Walaupun trial tetep ditemenin, Raul bener2 mogok dan nangis jejeritan, kecuali di Cahaya Montessori. Nah, utk Montessori sendiri aku baru trial 1 tempat. Waktunya sudah terlalu mepet untuk observasi lagi, sehingga pilihannya adalah, to go to this Montessori, or not. Raul sudah 2 tahun 3 bulan. AKu ingin sblm usia 3 tahun, Raul difasilitasi dgn baik untuk mengenal lingkungan yang lain.

About Montessori, that specific montessori 

Memang sih blm membandingkan dgn Montessori lain, tp aku suka dgn para fasilita
tornya. Walaupun bukan spesifik montesori islam, tp ternyata nuansa islami nya kental. Jam bermain di Montessori agak2 membuatku kaget. Jam 8 sampai 11.30, dilanjutkan makan siang dan solat jadi sampai 12.30. Unlike other preschool yg hanya 1.5 – 2 jam. Pada suatu kesempatan aku bertemu dan berbincang dgn kepseknya, yang crita puanjaaaang lebarrrr. I really like this woman, ramah, dan terlihat sangat berdedikasi dan serius terhadap pendidikan anak. Di sini lah aku dapet jawaban mengenai lamanya waktu bermain.

Pertama2 mengenai hari bermain yang ‘minimal’ 3 hari, dan harus berturut turut, ga boleh loncat2 harinya. Menurutnya, sangat penting bagi anak untuk dikenalkan dengan keteraturan, karena defaultnya, anak kecil itu sebenarnya tidak suka perubahan. Contohnya, perubahan dari menyusu menjadi tidak menyusu (disapih), pasti rewel. Perubahan dari tidur sama ibunya, menjadi tidak tidur dengan ibunya, dan perubahan2 kebiasaan lainnya. Scara tidak langsung, itu mempengaruhi ‘mood’ nya dalam menerima informasi. Jadi, apabila hari senin dia harus bangun pagi, lalu hari selasa dia boleh bangun siang, lalu rabu disuruh bangun pagi lagi, bisa jadi mood nya jadi jelek. (pembentukan kebiasaan yg kurang baik utk diterima si spongebob yg menyerap segalanya bukan?)

Tdk seperti preschool lain yang begitu masuk lalu disambut dengan ‘opening’, jreeeenggg… acara dimulai, mari kita ini, mari kita itu, ayo kita main ini, ayo kita main itu, di skolah Raul begitu masuk jam 8, kondisinya sangat santai. Anak masuk, salam sama guru, lalu dipersilakan do what he want. Sama lah kayak kita kalo ngantor, dateng jam 8 kan males tuh kalo langsung disuruh kerja. Maunya ngopi2 dulu, browsing2 liat berita, ya ga. Baru deh jam 9 ada morning circle, itupun suasanya santaii banget. Anak kecil needs time to adjust, apalagi yang seperti Raul.  Karena konsepnya adalah belajar bebas, seorang anak tentunya butuh ddiberi waktu untuk bereksplorasi, melihat sekeliling dan menentukan hal apa yang membuatnya tertarik, hal apa yg ingin ia pelajari . Lalu, anak sekecil Raul sukaaaaa sekali merepetisi, mengulang ulang apa yang dia lakukan. Misalnya memotong buah2an kayu. Setelah semua selesai, maka dia akan ulangi, bukan hanya 1 kali, tapi bisa jadi 5 kali atau lebih! That is how he learn, dengan mengulang ulang aktivitas. Kesempatan untuk mengulang ini mungkin sulit didapatkan di tempat yang waktunya hanya 1.5-2 jam. Selain itu anak jg butuh waktu untuk observasi orang orang lain yang ada di dalam ruangan itu. Apalagi Raul,  yang biasanya butuh waktu observasi yang cukup lama.

Di sekolah Raul jg ingin menanamkan hal hal yang memang ga mungkin dicapai dalam 2 jam, apalagi Cuma 1-2x seminggu. Misalnya aja nih main tuang menuang air. Di sini wadah air pake kaca beneran, kalau terjadi tumpah ya anak diarahkan utk bertanggung jawab, disediakan lap dll. Di sini jg terjadi interaksi anak yang lebih kecil dgn kakak2nya, sehingga anak yang kecil bisa mencontoh kakaknya dalam menyelesaikan masalah, dan kakak2nya diberi kesempatan untuk benar2 act like an older one, mengayomi, membimbing, gitu deh.

Ehm… lalu mengenai biaya, si ibu bilang hal yang kurang lebih gini, fasilitas pendukung di skolah metoda ini memang tinggi biayanya, that is unavoidable. Ya iya sih, apa yg bisa dilakukan oleh skolah swasta macem ini, subsidi juga ngga ada, pendidikan dini jg bukan kewajiban pemerintah. Tapi ketika kita menemukan cara utk memberikan yg terbaik utk anak, tentu kita akan mengerahkan segala effort untuk mewujudkan itu, termasuk dgn effort finansial. Bahasa kasarnya: “Jgn pelit deh ma pendidikan anak, kalo dah nemuin yang terbaik dan cocok, just do your best to cover that issue” Jreeeeng, membuatku termenung. Pendidikan memang bukan hal yang main main yah. Duit orangtua larinya kemana sih, pendidikan dan kesehatan anak tentunya kan. Di sekolah ini, hal itu bisa dibicarakan. Dia bilang, kalo ada masalah, mari dibicarakan. Aku ngga tau arahnya kemana, mungkin kalau anak ga mampu bisa dapet keringanan. Tapi malu kali lahhhh  ngambil jatah orang yg punya SKTM. *heuheu… mari kita meyakini bisa dapat uang banyaaakkkk, hoahahahah*

About Montessori, other MOntessori     

Tadi menemukan Montessori lain di seputaran Jakarta yang ternyata ‘kok lebih murah ya’. Diliat liat schedule nya, ternyata ada yang 2x seminggu, dan waktunya maksimal 3 jam, kecuali yg TK emang lebih lama. Hmmm jadi agak agak bingung dan bertanya Tanya, apa yg terjadi ya dgn konsep montesori yang dijelaskan bu kepsek di sekolah Raul. Sudah diputuskan sihh 1 taun ke dpn Raul stay di skolahnya yang sekarang aja. Tapi ke depan teteup nyari opsi yang lebih murah sihhh.  Mangkanya pengen juga trial ke tempat lain dan melihat apa sebenarnya bedanya, kenapa kok bisa hanya 2 jam, bahkan ada yang senin – rabu- jum’at. *mau yg terbaik tapi murah*

Merembet ke yang lain 
ayaya… isu pendidikan ini membawaku pada isu SD, SMP, dan SMA. Sekarang sekolah swasta yang menawarkan berbagai metoda canggih ada di mana mana. Kinda drives me crazy, huhuhu… lieur. Masalahnya adalah, sekolah yang ‘bagus’ belum tentu cocok  anak. SD Montessori jg ada lho, tapi makkkk ga percaya deh dengan biayanya. Bener bener fantastico, hikss. Liat aja nanti dehh kalo ada rejeki yake Montessori, kalo ngga ya cari alternative lain. Tapi untuk SMP SMA, aku tergodaaaa dengan isi ceramah Yusuf Mansur. “Mau pendidikan setinggi apapun, di bidang apapun, yg penting anak membawa al Quran dalam dirinya. Lulus dari Darul Quran, bisa ke luar negri, ke a, b, c, bisa tenang, krn dia membawa Al Quran. Hoaaaaa keren banget deh ngiklannya pak ustad, tp emang bener2 bikin pengen. Siapa coba yg ga tergoda punya anak ahli AlQuran.amiiiin… Kalo kata beliau, jgn khawatir anak mendalami alquran trus ga bisa survive hidupnya ke depan. Allah penggenggam segalanya. Yah intinya mah, pelajari ilmu Allah, sedekah yang rajin, jaminan dehh rejeki ga akan seret. Amin

Cape nulis

(a.k.a CLODI) Mommiluna Premium-Eco Cloth Diaper (buat yang kecil kecil)

Here it goes, Enphilia sister brand, namanya Mommiluna (clodi). - yayayaya saya memang tidak suka istilah clodi, tapi berhubung clodi sudah menyebar bagaikan odol dan aqua, ya sudahlah saya pakai saja si clodi haha-.  Tadinya Mommiluna ini akan digunakan untuk brand terkait ibu, entah itu nursing dress, menstrual pad, atau apa lah. Ide brand nya sebenarnya karena suka dengan salah satu produsen produk anak yang menggunakan karakter dan cerita dari tokoh yang dicreate.

jadi.. Clodi Mommiluna itu maksudnya penggambaran mommy dan anak perempuannya bernama luna. Kenapa Luna? Yah intinya sudah nyari kombinasi macam macam dan mommiluna lah yang sounds chic. Luna sendiri juga nyambung dengan istilah untuk 'bulan' .. kan nantinya pengennya ada produk menstrual pad entah kapan (jiahh.. maksa ya? tapi nyambung kaan hehe).

Tapi karena saya mau launching produk popok (clodi) ekonomis yang ngga mau di brand Enphilia, dan masa iya sih ngeluarin banyak banyak merk, jadinya Mommiluna juga dipakai deh untuk popok (clodi) modern (selain diaper bag organizer dan nursing cover).  Ribet kah punya multi brand? Hooh ribet. Tapi karena branding Cilipopo juga udah kadung identik dengan produk tertentu, jadi ngga mau dicampur campur. Orang orang tampaknya sudah mengaitkan Cilipopo bagaikan menyebut Aqua atau Odol (yah walaupun belum sebeken itu yahh hihi...). Contohnya 'aku pakai Cilipopo lho... enak deh bla bla'

Batin saya Cilipopo nyang manaaa?

Tapi yaa begitu lah, daripada image branding nya terbelah, saya bikin tjap Mommiluna aja dulu (aja dulu?). Ini pun akhirnya terdengar seperti identik dengan perempuan. Ndilalah 3 motif launching juga motif cewe semua. Yahhh tampaknya butuh brand lain nih (ohhh sungguh ibubil).

Nahh begini nih penampakan Mommiluna Premium-Eco Cloth Diaper alias clodi.

[caption id="attachment_131" align="aligncenter" width="300"] 3 Motif Mommiluna[/caption]

[caption id="attachment_130" align="aligncenter" width="300"] Packaging Clodi Mommiluna[/caption]

Ini cucok banget buat masuk toko offline, tinggal cantolin deh ke display.

Cantik yahhh??? Hihihi

Kalo ada yang merasa punya toko baby offline dan mau kerjasama, ada penawaran menariiik, langsung aza drop comment ke rumahpopok@gmail.com

Thursday, November 15, 2012

Kunjungan ke Tunas Bangsa

Awalnya berniat berkunjung ke panti asuhan saat ultah Raul ke 4. Tapi yaa karena banyak agenda, nggak jadi jadi juga. Minggu ini, spontan si ayah ngajakin ke panti asuhan. Karena tidak banyak referensi mengenai panti asuhan, kami seisi rumah berkunjung ke panti asuhan balita tunas bangsa, tempat yang sama yang pernah aku kunjungi bersama teman teman milis popok kain (popok-kain@yahoogroups.com) saat sosialisasi popok kain.

Niatnya sih simply ingin mengajak bersama sama bersyukur terhadap kondisi diri sendiri, terutama mengajarkan Raul (dan Rara) untuk bersyukur, masih punya orangtua. Tapi emang jadi agak ribet sih karena kami cuma boleh mengintip dari balik jendela, itu pun pada jam besuk tertentu.

Beberapa jam sebelum jam besuk kami sudah sampai. Karena tidak bisa menengok dengan alasan anak anak sedang tidur (bisa gituhh bayi segitu bermacam macam diatur waktu tidurnya? aneh juga ya haha) Ya sudah kami nunggu deh. Sambil nunggu, kami belanja barang yang kira kira diperlukan anak anak itu. Suamiku tanya ke pengurusnya,... berhubung ini panti asuhan pemerintah, kami berasumsi segala hal relatif terpenuhi. Kami tanya apa kira kira yang kurang.

Pengurus bilang memang sumbangan banyak, tapi sesekali kekurangan juga, misalnya susu (formula) dan pampers. Oh sungguh sedih hatiku, kalau disuruh nyumbang kedua benda itu. Di akhir percakapan terkorek juga bahwa beberapa bayi alergi susu sapi sehingga harus minum susu soya. Walaupun sedih rasanya harus menyumbang susu soya, ya sudah... nggak mungkin juga aku sumbang asi untuk bayi sebanyak itu.

Sambil nunggu jam besuk kami pergi ke sebuah hipermarket, masuk ke  gang bagian sufor. Actually it was awkward for me. Aku menggendong bayi dan masuk gang sufor, lalu ditanya tanya anakku umur berapa, untuk memberikan saran susu yang tepat. Buat anak macem macem umur, begitu jawabku sekenanya. Aku dan suamiku terbengong bengong melihat itu susu susu kaleng yang harganya super super jleb maknyus deh. Kami akhirnya mengambil susu soya untuk usia di bawah 1 tahun saja, karena toh di atas 1 tahun susu sapi kan bukan hal krusial. Jumlah susu yang diambil cukup besar untuk kocek, tapi jumlahnya cuman sedikiiit. Ini juga sebentar habis, pikirku. Sedih juga ya. Sungguh bersyukur Allah memberi 2R rizki asi yang cukup, ahamdulillah wa syukurillah. Allah Maha Baik. Bukan hanya good for my babies, also good for my pocket, hwekekekek.

Hm.. teringat beberapa bulan lalu aku terpaksa membuang ASI yang kadaluarsa :((
(wahhhh baru inget kaga ada dokumentasi fotonya neehh)

Btw.. gedung tunas bangsa sedang direnov, jadi anak anak dan bayi sementara diungsikan ke panti jompo di sebelahnya. Wuih... sedih jg sepanjang jalur menuju kamar bayi lihat jompo jompo pada nongkrong di luar ruangan. Ruangannya itu kamar massal gitu deh isinya bed berjejer jejer. Huhu sedih aja liatnya, orang jompo tidur beramai ramai begitu.

*sedang menyadari banyak pengulangan kata 'sedih' di atas*

Memang bagian paling menyedihkan adalah melihat kamar bayi. Ituh 1 box bayi bisa diisi 3 bayi, kadang suka saling tumpang tindih, dan masing masing pada cuek (nindihin ataupun ketindihan) ! Apa coba yang dialami bayi bayi ini setiap hari? You can guess: mimik, pupup, pipis, ganti popok, bobo, mandi. Gitu aja kan tiap hari. Dan 1 kamar yang berisi 3-6 bayi hanya dijaga oleh satu orang pengasuh (atau 2 ya?). How on earth she can handle supplying psychological nutrition for those babies? Apakah beliau mengajak ngobrol bayi bayi ini? Apakah beliau bernyanyi dan membacakan buku untuk anak anak ini? Apakah dia selalu tersenyum?  I'm not sure, dan sejauh yang saya lihat, memang tidak demikian. Bayi kalo nangis disumpel empeng atau botol, lalu dilatih untuk memegang botolnya sendiri (ini bayi 0-3 bulan lho!) Yaaa aku tidak sedang menyalahkan pihak pemerintah ya. Kurasa pemerintah sudah melakukan yang baik untuk saat ini. Sudah ada PAUD, playgroup dan semacamnya. Tapi kurasa masih ada gap yah terutama buat yang masih bayi dan belum dimasukkan ke PAUD.

Penutup: Bayi bayi tersebut terbuka untuk diangkat. Syaratnya rumahtangga>5 tahun, usia suami istri minimal 30 tahun. I'm not eligible yet, belum 30 dan masih punya bayi bua diurus. Semoga ke depan rizki tambah banyak dan bisa mempertimbangkan mengasuh anak dari situ.

2R's Mini Library

Sejak awal mau tinggal di rumah ini, sudah cita cita membuat perpustakaan. Tapi yaah karena satu dan banyak hal, tetep aja buku buku pada kececeran di mana mana.

Tadinya buku buku Raul (punyanya mizan ada 2 judul, dan punya Grollier ada 1) aku taruh di rak 'montessori' Raul (dikasih kutip soalnya montessori jadi jadian, haha), tapi sayangnya rak itu sepertinya pantasnya ada di ruangan tertutup dan ber AC, debunya banyak, huhu.



Nahh setelah menemukan  buku masa kecilku dijual 1 seri di pameran Mother and Baby Fair, yang kubeli tanpa pikir panjang (because I know these books are worth to have) - yaitu Widya Wiyata Pertama, mulai deh saya berpikir... I have to put these books in somewhere safe from dust. Ini set buku termehel yang saya beli (dan mencicil!). Jadi kukorbankan 2 buah lemari yang tadinya mau dibuat display dagangan tapi belum terpakai, untuk tempat buku. Aku letakkan di situ bersama beberapa buah buku value-nya Mizan dan bukunya Grollier.

Hmmm... gambarnya memang berantakan yaa... masih jauh memang perjalanan saya membuat Raul mau rapi. Rak montessori di lain ruangan pun nasibnya sekarat karena semua dicampur menjadi satu.

Tapi overall, cukup puas dengam mini lib ini karena beberapa hari ini, pojok ini jadi fun corner buat Raul. Apalagi sejak beli buku Widya Wiyata yang lebih lengkapp daripada yang dulu aku punya saat kecil. Flash back sedikit ke masa lalu, little me sukaa sekali baca buku buku pengetahuan ini, tanpa disuruh. Gambar ilustrasinya menarik, dan judulnya sangat memancing curiosity. Tapiii si tokoh anak kecil berambut baskom yang selalu bawa lup dalam buku itu ternyata sudah diganti oleh maskot yang lain, hiks...  yang sekarang nggak selucu duluuuh. Oh well, nggak krusial sih, haha.

Makin menariknya, ... buku ini sudah dilengkapi oleh talking pen bernama Walter, so the books are really talking to us. Investasi yang berhargaa banget. Bisa dipake sampe nanti sudah besar. Bisa dipakai sejak bayi seumur Rara (6M) atau sejak lahir. Rara berbinar banget kalau dibacakan buku ini. Well aku kurang tahu juga sih motifnya apa, sepertinya sih nafsu banget ngucek ngucek halamannya, haha.

Ada kejadian menarik sih yang aku kurang tahu juga ada hubungannya apa tidak. Aku sempat membacakan buku mengenai alam dan membuka bagian guntur dan petir. Nah aku ceritakan lah ke Rara disertai Walter yang bercerita. Ada berbagai jenis suara petir di situ dan Rara cukup kaget karena suaranya yang menggelegar. Saking kagetnya sampai mau mewek. Tapi setelah diperdengarkan beberapa kali dia jadi terbiasa. Nahh... sorenya, hari mau hujan. Aku dan Rara sedang chit chat di taman. Lalu tiba tiba, jegeerrr... suara guntur (oh iya karena baca buku itu, aku jadi tahu perbedaan guntur dan petir. Apa hayo hehe). Nah aku sudah waspada aja kalau Rara kaget. Rara memang sedikit kaget, tapi kagetnya tuh yang antusias. Her face said "Heyyyy I know this sound!", lalu dia menoleh ke arahku dan malah ketawa tawa antusias. Begitu ada guntur lagi, die ketawa lagi. Haha, lucu deh sumpah. Aku cuma bilang aja ke Rara: "Iya Rara, ini suara yang kita dengar tadi waktu baca buku".

Raul sih beda lagi. Dia nggak berhenti henti baca halaman yang ituuu ituuu aja. Emaknya cuma bisa komentar "AYo dong Raul kita baca halaman yang lain". Tapi ya gitu lahh si die keukeuh sumeukeuh baca yang itu.

Kesukaannya baca halaman yang bernyanyi:

 'this is the way we brush our teeth brush our teeth brush our teeth'

Satu lagi, halaman buku tempat terkenal yang menunjukkan gedung parlemen Inggris, karenaaah di situ ada suara jam tingtong, dan Raul terobsesi sekali melihat jam. Maknya ampe bosen :))

Hmmm senangnyaa hatiku naak, investasinya nggak sia sia apalagi anak anak seneeeng banget baca buku buku tersebut.

Mudah mudahan dikasih rizki bisa memperbesar lagi perpustakaannya.

 

Saturday, August 4, 2012

A Thought About Gentle Birth (2) - Home Birth

Etapiiiii…. Ternyata kesan awalku ttg GB itu salah lho. Itu memang kesanku setelah baca artikel artikel. Kesan awal GB harus begini dan bgitu. Ternyataaa setelah baca lebih dalam lagi, enggak kooo. Yang penting banyak baca, banyak tahu, sehingga nggak panikan, bisa memutuskan banyak hal berbekal keyakinan, bukan karena bingung dan terpaksa nurut.

Lalu kapan perlu intervensi? Kapan perlu induksi, sampai kapan harus menunggu setelah lewat HPL, apa boleh melahirkan normal setelah 2-3x SC, blab la bla…  Aku jadi sadar nih, kenapa si forum ituh tidak pernah bisa memberi jawaban, karena memang tidak ada yang pasti.  Aku mengambil kesimpulan, baca baca deh yang banyak, lalu kita bisa menentukan batasan terhadap diri kita sendiri, yang mungkin berbeda dengan orang lain. Kalau buatku pribadi, batasan kita harus pasrah terhadap intervensi adalah kondisi gawat janin, dan plasenta previa saat akhir kehamilan.  Kalo hal hal yang lain, masih bisa lah kita cari wangsit dulu, hehe, ga ding, maksudnya memohon untuk diberi keyakinan oleh Allah, mau dibawa cenderung ke mana hati ini, tsaahhh.

Nah balik ke home birth, komen komen orang tuh biasanya 'iya tuh aneh aneh aja', atau menganggap wah ini ada aliran apaan lagi, tren apa lagi. Ya ya ya... barangkali memang lagi ngetren. Aku bukan orang yang gampang ikut tren. Tp tren yang satu ini buatku sangat pantas diperjuangkan dgn kondisi yang sulit mencari provider yang ideal saat ini.

Kurang lebih begini nih alasan sayah melakukan home birth

  1. Alasan paling utama, saya tidak menemukan provider (blm ketemu jodoh aja kali ye) yang ada dalam jangkauan, dokter perempuan, bisa memfasilitasi waterbirth, mau terbuka mendiskusikan birth plan termasuk ttg penundaan pemotongan tali pusat, ngga harus ngantri berjam jam demi periksa 5 menit doang.

  2. Lokasi rumah saya dekat dengan sejumlah rumah sakit: RSB duren tiga, RS Asri, RS Medistra, RS Tebet, JMC, semua dalam jangkauan. Sudah menyiapkan database nomer teleponnya juga.

  3. Histori periksa kehamilan ada di 3 dokter, dan 2 bidan di 4 tempat berbeda. Jadi kalau emergency, tinggal pergi ke tempat yang rekam medisku paling banyak.

  4. Lokasi rumah saya tinggal ngesot ke bidan terdekat.

  5. Ada kendaraan yang siap untuk mobilisasi, jok dalam keadaan dikondisikan untuk bisa mengangkutku dlm kondisi rebahan.

  6. Histori melahirkan normal dengan mata minus  4 tanpa komplikasi, di rumah sakit yang cukup ternama, tanpa induksi, walaupun ngalamin trauma perlakuan.

  7. Posisi janin senantiasa bagus, kepala di bawah terus

  8. Tekanan darah normal terus. Rajin kontrol dan tiap kontrol bagus terus

  9. Percaya banget bahwa emosi ibu, suasana yang tenang, sangat berpengaruh terhadap kelancaran persalinan, dan kondisi emosi bayi. Percaya banget perlakuan salah atau tidak sesuai ekspektasi bayi bisa membawa trauma, trauma bawah sadar yang akan bermanifestasi menjadi karakter. Apa buktinya? Ngga punya. Paling paling testimoni atau cerita orang aja, contohnya cerita ttg past life regression (betul gak ya ini istilahnya), nggak ada (atau ngga tau) uji klinisnya, ok? It's just something that I believe.


Jujur nih, home birth pada awalnya bukan pilihan. Kalau saja ada provider yang memuaskan dan terjangkau lokasinya, aku lebih baik ke rumah sakit. Ruangannya lebih nyaman ( di rumahku lagi berantakan abisss krn mau pindahan dan banyak stok dagangan), makan dilayani dengan terjamin,  kalo emergency lebih cepat penanganannya.

Terlepas dari sgala macem alasan ilmiah atau kepercayaan, aku ingin menyampaikan testimoni, bahwa aku tidak menyesal melakukan home birth, dan aku bisa sangat jelas merasakan bedanya dengan proses kelahiran pertama. Yang kedua ini kondisi emosi sangat bahagia dan terkendali, apalagi didampingi ibu, suami, yang tidak ada kekhawatiran dan percaya sama aku. Percaya bahwa aku tidak mengambil pilihan salah, percaya bahwa aku bisa ngeden dengan benar (gak takut nyangkut dll), dan semua tim di rumah ngasih full support dan mengeksekusi INSTRUKSIKU (yapp… semua skenario ada di tanganku, yang lain Cuma actor yang ngikutin skrip dari aku aja). Low light room, sedikit kesejukan artifisial dari AC, aromaterapi, gymball yang bisa dijadikan tempat  alternatif mencari kenyamanan saat kontraksi, lagu slow jazz yang aku pilih, anakku Raul yang bisa nengok nengok kapanpun dia mau. Semua ‘kebebasan’ ini .. just simply made me happy and in control.  Keadaan ini, yang membuatku tersenyum ketika mengingatnya, mengingat momen momen penyambutan seorang anak manusia.

Last but not least... Allah lah yang punya kehendak. Allah lah yang mengatur semesta, memerintahkan seluruh elemen alam tunduk pada sunnah Nya. Laa haula wa laa quwwata illa billah..

A Thought About Gentle Birth (1)

Akhir akhir ini mendapati fenomena kesan orang terhadap gentle birth (GB)agak agak mislead. GB memang identik dengan momen persalinan yang indah untuk ibu dan bayi, tapi lalu disambungkan dengan harus serba natural, harus normal, harus di air, harus menghindari intervensi medis dkk. Well, aku sebenarnya tidak heran, karena awalnya akupun berpikir begitu ketika membaca dokumen yang dibuat oleh promoter GB. Jujur aja, kesanku waktu itu, untuk mencapai GB, harus mengusahakan lotus birth, harus mengusahakan tidak digunting. Minimal mengusahakan. Kalau dari awal memilih yang tidak alami, maka tidak gentle, begitu lho pikirku dulu. Apalagi ketika aku sering mempertanyakan kapan sih harus mendapat penanganan medis, aku tidak pernah mendapatkan respon yang berarti, membuatku semakin berpikir bahwa penanganan medis itu tidak pernah jadi solusi, dalam konsep GB. Anyway, karena akhirnya aku jadi pelaku home birth¸aku pun jadi terusik dengan pandangan beberapa orang yang kupikir salah tentang homebirth. Tolong ya jangan keburu napsu bergosip. Bergosip itu memang asik tapi sih *lho*. Mereka pikir kalo home birth itu anti intervensi medis, mungkin berpikir pelakunya naturalist yang hardcore (nah yang ini nggak gue banget loh). Yang paling bikin gatel, kesan kalo pelaku HB itu kaum sok alami yang gak punya ilmu, sukanya googling sumber2 gak bisa dipercaya dan tidak mau menerima teknologi. Jangan jangan langsung identik ya kalo home birth itu biasanya nggak mau vaksinasi, nggak mau makan makanan kemasan, pelaku food combining yang saklek. Istilah pemberdayaan diri yang diusung pun kesannya jadi negatif. *sigh*. Aku jadi teringat mengenai pelaku pelaku kampanye lingkungan yang kemudian dianggap ‘berdosa’ karena ketahuan menggunakan plastik. Haduhhhh…. Manusia itu kan hidup juga perlu seimbang. Masak mau ramah lingkungan trus nggak mau naik mobil, kan repot itu, hakakakakk. Ya nggak papa tho make plastik, kan prinsipnya minimasi. *lhahhh jadi out of topic*

Dari sekian metoda yang identik dengan GB, banyak yang memang masuk akal buatku, dan patut diusahakan, seperti melahirkan di air yang bisa jadi peralihan yang lembut untuk bayi, sekaligus bonus nyaman buat ibu. Lalu misalnya lagi, berusaha mengambil posisi sesuai insting, memberikan kesempatan pada diri untuk bebas. Itu semua masuk akal kok, krn ketika mood kita bagus, melahirkan pun jadi lancar bukan? Tapi ada pula metoda yang katanya bermanfaat, tapi kubaca baca sampe jungkir balik juga aku merasa belum ada manfaatnya BUATKU, yaitu lotus birth. Bukan berarti tidak ada manfaatnya buat orang lain lho ya. Tapi segala macam alasan religius dalam lotus birth, tidak ada dalam pemahamanku.

Buatku plasenta hanya seonggok daging, yang memang sangatttt berjasa dan krusial dalam perkembangan janin, tapi statusnya ya sama saja dengan jantung, paru paru, hati, dll. Ketika keluar dari tubuh, it belongs to the ground. Lagipula tidak ada tuntunannya dalam keyakinanku kalau plasenta itu ‘saudara’nya bayi. Lotus birth is just not for me. Allah lah yang mengantarkan nutrisi kepada janin. Organ tubuh adalah ciptaanNya, yang harus disayangi dalam artian dirawat, olahraga, makan yang bagus, dll. Tapi kalau sudah di luar tubuh ya beda lagi urusannya. Oh well, mungkin ada manfaat lotus birth yang aku belum ketahui. Bukan tidak mungkin kok di kelahiran mendatang aku akan menerapkan lotus birth, jika sudah menemukan alasan yang cocok buatku.

Makanya.. waktu itu.. aku ngga mau terpaku pada GB yang harus begini dan begitu.(Maap iniii… bukan menyalahkan yang lotus lho ya, siapa tau punya alasan supaya tenang, bayi nggak dibawa2 kmana mana dll, monggo lhooo). I set my own limit. Maka dari itulah ngga berani melabeli diri ingin gentle birth. Pemikiranku waktu itu, kalau nggak gentle menurut pandangan ‘orang orang ini’, so what gitu lho. Makanya ketika aku memutuskan diri untuk home birth (dengan segala pertimbangan) dan ditawari untuk lotus birth oleh mbak bidanku yang cantik dan baik hati, akupun menolak dengan tanpa alasan yang panjang. Alasannya ya… nggak aja, hehehe. Nggak punya alesan untuk lotus, as simple as that kok.

(to be continued)

Rara 3 bulan kurang 8 hari

  Alhamdulillah, Rara putri cantikku sudah hampir 3 bulan. Beratnya naik dari persentil normalnya, sangat sehat dan ceria. 2x ngalamin flu, pertama setelah pindahan rumah karena kayanya penyesuaian dengan lingkungan asing dan masih rada berdebu. Kedua, ketularan ayahnya yang lagi bergelut dengan pindahan (lagi) dan pegang2 dokumen tua. Tapi kedua kali pileknya mild dan cepat sembuh. Bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Rara di usia 2.5 bulan:

- sudah pamer social smile

- kepala sudah semakin kuat walaupun belum bisa tegak lama

- sukaaa banget diajak ngobrol. Kalo lagi mood ngobrol, bundanya bisa mati gaya bingung mau ngobrol apaan lagi. Begitu stop diajak ngobrol, eh mulai mewek lagi, xixixi.

- Paling suka dibacain zikir tasbih tahmid dan takbir, selalu tersenyum gembira kalo diajak zikir itu.

#enjoying motherhood#

Saturday, May 26, 2012

Montessori Education untuk Bayi -Rangkuman

Rangkuman dari sinih:

http://www.montessori.org/sitefiles/Mont_Way_Infants_Todder.pdf

 

Practical Life for Infants

 

Bentuknya adalah partisipasi anak untuk merawat diri sendiri, makan sendiri, dsb --- sepertinya ini untuk anak di atas 7 bln  yee..

 

Umur 15 bulan, toddler suka main main dengan air --- noted

 

 

Fine-Motor Control

 

  • Suka bereksperimen dengan hubungan sebab akibat à milsanya shaking a rattle, pukul pukul barang untuk menimbulkan suara.

  • Pada saat usia 9-12 bulan, ortu mulai memberikan makanan yang bisa dipegang, izinkan anak utk melakukannya sendiri.

  • Kasih gelas tanpa tutup, BUKAN gelas anti tumpah ---- ohohoho…. Gak laku dehh gelas anti tumpah


 

Sensorial Development

  • rattles, bells, music

  • suara manusia à ayo makkk kudu cerewet

  • mobiles dan cermin untuk stimulasi visual

  • benda benda bertekstur untuk dipegang

  • Suara burung, hembusan angin, tetes air hujan, sinar matahari


 

Receptive Language

 

  • They need to be exposed to language with the adults around them talking to them and explaining what is happening.

  • We should tell the baby what we are going to do before we do it. For example, we might say, “I’m going to change your diaper,” or “Let’s go get into the car.” They begin to understand what we are telling them. Adults should just assume the baby understands them.

Home Birth – Melahirkan Hemat Energi

Maaf kalau judulnya ‘mengundang’. Mungkin akan mengundang orang berpikir ‘jadi gue melahirkan ga hemat energi?’ Sebenernya bukan gitu yaa maksudnya. Hehehehe…

Energi, yang ujung ujungnya menjadi emisi karbon, adalah konsekuensi dari kegiatan manusia. Mau gimanapun juga kita kampanye hemat energi, tetep aja judulnya ‘hemat’, atau ‘ minimasi’, atau ‘mengurangi’, nggak mungkin menghilangkan. Jadi ya tidak bermaksud berlebihan, trus jadi anti naik mobil, ngga pake plastik sama sekali. Bukan gitu lho yaaa maksudnya..

Sebenarnya, belum tentu juga sih kalau melahirkan di rumah lalu pasti lebih kecil emisi karbonnya daripada melahirkan di RS.  The point is, dengan melahirkan di rumah, kita bisa mengatur banyak hal.. dalam hal ini, penggunaan energi. Banyak yang bisa diminimalkan, walaupun ada juga yang malah lebih tinggi. Selain itu, kerangka pemikiran melahirkan di rumah beda dengan di rumah sakit. Mindset persalinan di rumah biasanya adalah ‘semua akan baik baik saja’ sehingga jikapun ada sedikit penyulit yang sifatnya tidak darurat, penolong persalinan akan mengusahakan untuk memperbaikinya dengan cara yang alami. Sedangkan di RS*, ada sedikiiiiit saja indikasi yang di luar textbook mengenai skenario melahirkan normal, intervensi alat/obat pun lebih mudah untuk mengambil peran.

(*kita ngomongin RS secara umum ya, ngga semua)

Yuk kita bedah apa saja yang bisa dikurangi emisinya di rumah:

  1. Transportasi


Dengan melahirkan di rumah, paling tidak kita memerlukan 1-3 orang luar rumah untuk melakukan perjalanan bolak balik. Tentu konsumsi energinya akan sangat relatif terhadap kendaraan apa yang digunakan, seberapa jauh lokasi yang harus ditempuh. Tapi kasarnya, kalau bicara jumlah personil, yang di rumah lebih bisa ditekan bukan? Apalagi kalau unassisted alias ngga pakai pendamping, jadi zero emission deh dari aspek ini.

  1. Penggunaan listrik

    1. AC. Kita bisa lho mengatur mau pake AC hemat energi, atau mematikan AC sama sekali.

    2. Lampu. Jika kita mengacu pada proses kelahiran yang baby-centered, tentu kita akan memilih lampu yang redup, untuk mendapatkan transisi yang lembut dari dunia bayi sebelumnya menuju dunia baru. Hanya perlu 1 lampu saja, lampu dengan daya yang rendah. Atau mau pakai lilin? Boleh ajaa. Silahkan diatur atur.

    3. c.       Peralatan medis. Homebirth dilakukan sebaiknya dengan keyakinan bahwa tidak ada komplikasi pada kehamilan. Kelahiran di rumah menjadi tidak begitu membutuhkan peralatan peralatan yang membutuhkan listrik, maupun alat alat bantu seperti oksigen, CTG, perlengkapan support untuk infus, maupun pada proses sectio. The less equipment you use, the less carbon you emit. Tentu saja peralatan emergency lebih baik disiapkan untuk berjaga jaga.

    4. Perlengkapan

      1. Underpad: Bisa menggunakan material yang bisa digunakan kembali, misalnya handuk atau selimut kain. Disposable underpad mungkin akan perlu digunakan dalam kondisi terjadi pendarahan. Gampang kok, tinggal survey aja tempat terdekat yang menjualnya, dan pastikan akses mudah untuk membelinya.

      2. Popok bayi. Di RS kita terkadang tidak bisa memilih bayi kita mau dipakaikan popok seperti apa. Beberapa RS masih menggunakan popok kain. Tapi tidak sedikit juga yang menggunakan popok sekali pakai.






See? Selain punya kontrol terhadap skenario prosesnya sendiri, kita juga bisa punya kontrol terhadap penggunaan energi J

Wednesday, May 23, 2012

Rahmanindya Khairin Annisa - The Journey to the World (1)

Pada kehamilan ketiga ini, lumayan rada panjang perjalanan survey dokter dan rumah sakit, karena dokter yang open-minded, mau diajak diskusi, dan fasilitas persalinan yang baik, penting buatku. Apalagi proses persalinan pertama (walaupun Alhamdulillah normal), adalah seperti sebuah teror buatku: rasa sakit yang tidak pernah diduga akan seperti itu, pemeriksaan dalam yang intens, proses dorong perut rame rame oleh banyak bidan, kebingungan mengejan karena instruksi dokter yang beda dgn instruksi tubuhku dan bius jahitan yang tidak mempan. Memang sih akhirnya aku sempat berpikir, ohh begini tho dukanya melahirkan, ya sudah lah ,… ‘wayahna’, kata orang sunda, itu harga menjadi seorang ibu. Lagian kata orang orang juga begitu. Penderitaan yang tidak istimewa, hehe.

(Note: Ngga semua persalinan di RS horror lho ya… banyak juga cerita rekan rekan yang merasa fine fine aja, ketemu tim yang oke, puas dengan pelayanan RSnya)

Lalu setelah baca sana baca sini, dan ketemu dengan filosofi gentle birth, ealah… aku merasa agak tertipu dengan pengalaman melahirkan tersebut. Ternyata untuk melahirkan, aku tidak wajib merasakan teror yang kualami sebelumnya. Ternyata sebenarnya aku punya pilihan. Pilihan tersebut memang belum tentu mudah dikomunikasikan dengan pihak tempat bersalin, tapi pilihan itu ada, yaitu untuk merasakan proses persalinan yang terduga, seperti yang kita inginkan, di mana kita lah (ibu, dan bayi) yang menjadi subyeknya. Selain itu, ada pula aspek yang tidak aku pahami sebelumnya, yaitu kesejahteraan bayi, secara psikis, yang lebih mungkin untuk dicapai oleh persalinan yang minim intervensi medis, persalinan yang sealami mungkin, yang cukup hanya memanfaatkan insting yang sudah given alias dari sononya, dikaruniakan oleh Allah, Sang Pencipta. Ternyata, bukan cuma ibu yang punya mau untuk diperlakukan begini dan begitu. Bayi juga. Ia punya keinginan untuk dilahirkan dengan kondisi yang ia mau, dan membahagiakan.

Memang tidak mudah mengkomunikasikan hal yang wajar ini, karena ternyata persalinan yang alami (justru gak neko neko) dianggap neko neko di hadapan dokter/nakes. Lumayan panjang perjalanan menclak menclok mencari nakes. Mungkin memang aku tidak terlalu telaten untuk mencari lagi, mungkin bisa saja aku berjuang lebih jauh lagi, tapi ada suatu titik di mana aku merasa sudah cukup. Satu satunya pilihan… melahirkan di rumah. Bebas menentukan skenario. Alhamdulillah suami merestui (gak langsung begitu aja lho.. dari awal kehamilan udah sering diskusi). Waktu itu sih, restu suami benar benar jadi kunci. Kalaupun beliau tidak setuju, akupun ngga akan ngotot. Selanjutnya, rajin rajin  baca dokumen di sebuah grup yang membahas kehamilan dan persalinan, ikut pelatihan hypnobirthing, belajar  TAT (salah satu teknik trauma healing) walopun telat dan cuma sempet praktek sebentar, sedikit sedikit cari tau titik acupressure induksi.  Tapi dari semua itu, yang paling bisa konsisten aku lakukan adalah sesederhana berdoa tiap habis solat. Itu yang paling ngaruhh buatku untuk stay positive. Gini nihh doaku, aku minta ke Allah supaya: posisi janin bagus, kepala di bawah, anterior, plasentanya di atas, tali pusat terjulur demikian rupa sehingga memudahkan persalinan (maksudnya supaya ga ngelilit lilit gitu), air ketuban bagus, jernih, selaputnya kuat dan pecah di saat yg tepat (siap), melindunginya dari benturan dan infeksi. Persalinan lancar, tenang, membahagiakan, penuh rasa syukur, …  dst.

Rinci bangettt yaa doaku hehe….  Tapi subhanallah, presentasi bayi memang selalu normal: kepala di bawah, anterior, ndilalah tali pusatnya ternyata besar dan tidak panjang (memungkinkan asupan yang baik dan kemungkinan lilitan kecil kalo kataku mah), selaput ketuban kuat (pecahnya pas bukaan lengkap). Dan semoga… ia lahir dengan perasaan yang berbahagia.

Karena sepanjang kehamilan aku lebih banyak baca artikel artikel yang suportif, Alhamdulillah ngga panikan kalau denger pernyataan pernyataan standar dari dokter yang disampaikan , misalnya..

‘beratnya kurang nih’

‘air ketubannya agak kurang di sisi sini, kita CTG ya, kalau hasil ngga bagus, kita induksi malam ini’ ---- week 37, akhirnya CTG 2 jam dan ternyata semua baik baik aja

‘minus berapa? Nanti kalau lahiran sepertinya harus pakai vacuum ya’

‘minus berapa? Di atas 4? Coba kamu cek ke dokter mata deh boleh normal atau nggak’ ---- dokter yang lain

‘ibu ibu sekarang mah kebanyakan baca internet’  ---- dokter yg lain lagi, setelah menanyakan tentang delayed cord clamping dan pengakuan jarang minum susu.

Yah yah… hal itulah yg membuat sejak week 37 aku kontrol mingguan ke bidan deket rumah aja, dengan catatan tetep mengawasi aktivitas gerakan bayi.

Tidak ada yang salah lho dari pernyataan pernyataan dokter. Merekalah ahlinya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. It’s their job. Aku sangat menghargai dokter dokter itu. Bahkan obgyn yang menanganiku pada pengalaman pertama melahirkan, menurutku, adalah obgyn terbaik yang pernah aku temui. Tapi aku sadar betul bahwa pertemuanku dengan dokter hanya 1 bulan sekali, dan aku yakin aku tahu lebih banyak tentang kondisiku. Aku yang tahu aktivitas gerak janin dalam perutku. Alat dokter yang akan mengkonfirmasi. Kalau sudah bertemu dengan pernyataan yang terkesan mengkhawatirkan itu (yang hanya berdasarkan judgement 1 kali pertemuan yang ngga lebih dari 10 menit dan pemeriksaan sesaat), siapa lagi yang mau menjadi penyeimbang kalau bukan diri sendiri. Sudah ada pihak yang memberi informasi bahwa everything could be wrong. Tapi lalu, siapa yang akan membisiki kita bahwa everything could also be right? Dannn… aku yakin banget bahwa di dunia ini, di antara sekian banyak ibu yang hamil bersamaku, lebih banyak yang right nya daripada yang wrong. Antisipasi itu perlu, tapi daripada fokus ke probabilitas yang kecil, mending ke yang gede kan?

Mengenai keputusan home birth, percaya duehh itu bukan karena sesuatu yang hebat atau gimana gimana (habiss.. banyak orang yang bilang begitu). Komentar umum ada 2: hebat, dan nekat. Andaikan saja aku menemukan klinik atau RS yang bisa memfasilitasi/memperjuangkan persalinan sesuatu fitrahnya, I woud prefer hospital/clinic, karena ngga ingin ada pihak yang khawatir, apalagi di sekitarku ada saudara saudara dekat yang mengalami komplikasi kehamilan yang tidak sepele kasusnya. Sebelum ini pun aku sempat berkomentar serupa pada seorang teman yang sudah mendahului melakukan home birth: ngotot, nekat, bikin repot diri sendiri, dll. Ehhh ternyata setelah melakukan pencarian, memang ngga gampang yah nemu jodoh. Alhamdulillah kehamilan berlangsung tanpa komplikasi. Kondisi selalu normal dan sehat, walaupun sempat batuk berkepanjangan.

Monday, May 14, 2012

Rahmanindya Khairin Annisa - The journey to the world (2)

Momen kelahiran kali ini cukup menegangkan. Antara ingin menyerahkan sepenuhnya kapan baby R mau keluar, atau membujuknya untuk segera keluar, krn akhir bulan kami harus angkat kaki dari rumah ini (lagi proses penggusuran rumah oleh negara hehe). Sejak week 37 aku sudah getol induksi alami, week 38 sudah mulai gelisah (padahal baru 38 yaa… waktu bisa saja masih panjang). Kalau ayahnya baby R malah membujuknya untuk keluar hari Sabtu, supaya ngga ngambil jatah cuti, sehingga kalau disambung dengan cuti, liburnya jadi bisa lebih panjang.,

Pada ujung kehamilan ini juga aku entah kenapa agak malas mempersiapkan sgala sesuatu. Siapin popok seadanya aja, ga pakai dihitung hitung kebutuhannya. Begitu pula baju, dan kebutuhan lainnya. Pokoknya mikirnya gimana nanti. Kolam untuk waterbirth sebenarnya sudah kusiapkan jauh hari, malah sempat dipompa saat uk sekitar 33, biar gampang ntar, begitu pikirku. Tapi krn dipake main crayon sama Raul, kukempesin lagi dehh. Sampai UK 39 gak kupompa juga, kuatir masih kelamaan. Tas bayi untuk outing juga belum ada. Pada awal kehamilan aku sempat menyiapkan birth plan yang cukup rinci, dan membayangkan scenario yang akan terjadi. Tapi ujung ujungnya, lembaran itu ngga terpakai. Skenario mah gimana nanti, aku Cuma mencatat yang prinsip prinsip aja di otak. Perkara nanti bayi mau ditangkap siapa, di mana posisi si ayah, sama sekali ngga aku setting. Kalau mau nyemplung ya mangga, kalo ngga juga ngga apa apa. Aku juga ngga bisa menebak bagaimana keinginanku nantinya.

Tidak seperti kehamilan sebelumnya, kali ini aku sering merasakan Braxton hicks sejak UK 34-35, bikin kegeeran aja kalo bakal keluar cepet.  Kalo kontraksi pun lumayan kenceng dan sakit, sehingga pada malam tgl 12 itu aku menunggu, mengamati, ini beneran gak sih… jangan jangan seperti hari biasanya. Kontraksi sudah aku rasakan sejak jam 9, tapi krn sudah biasa kontraksi palsu, ya kubiarin aja. Sampai jam 11 baru deh kubilang sama suami kalau kontraksinya teratur (masih ringan sih). Malam malam begitu baru deh kita pompa kolam.  Tengah malem bikin ribuut, karena pompanya memang tipe elektrik yang paling murah, ributnya bukan main. Sambil dipompa, kami pergi ke bidan dekat rumah, untuk cek apa ada bukaan. Aku bilang sama bidannya, kalau blm ada lendir darah. Bidannya bilang kalo belum ada lendir, daerah situnya cenderung kering, kalau VT bakal sakit (iiiyhhh kok nakut2in sih). Kubilang aku slalu tegang kalo VT mba (maksudnya pelan pelan please…). Alhamdulillah baru skali itu aku di VT nggak sakit sama sekali, lembut banget cara periksanya. Jreeng… bukaan 3-4. Langsung deh kulapor ke mba Lidya (bidan yang mau bantu homebirth), beliaupun meluncur dari rumahnya yang cukup jauh dan aksesnya di jalur macet cet cet (Alhamdulillah jam 1 malem yee… no macet).

Sampe rumah,bukannya relaksasi dan menanti dgn tenang, aku jadi ikut sibuk sendiri, krn emang tata letak rumah blm dipersiapkan sempurna untuk proses ini. Harus angkat kasur, mindahin, ganti sprei, siapin alas, pasang alas anti air, baru kepikiran punya selang yang cukup atau nggak. Pokonya ikut sibuk, mumpung kontraksinya (Alhamdulillah) masih bisa ditahan. Baru deh setelah tim bidan dateng, aku ganti baju pake kimono (sebelumnya mandi dulu+keramas, gerah bo). Setelah semua settle (yaaa kolam blm terisi sih, itu minta tolong aja sama orang2 rumah), baru deh mba Lidya mulai acupressure (iiiihhh pijitannya uenak rek), endorphine massage, sambil kasih afirmasi semua lancar. Beliau pun selalu melatunkan zikir. Lalu beliau minta ijin istirahat dan diganti dgn mba Aya. Kamar aku setting dengan lampu tidur redup, aromaterapi elektrik aroma lavender(biar ga kerepotan kalo kehabisan lilin), dan musik lembut yang sudah aku buat playlist-nya (mostly jazz), gonta ganti dengan murottal. Ngga lupa juga menyiapkan beberapa bars coklat untuk ngemil. Nah waktu dipegang mba Aya ini kontraksi mulai kenceng. Nah nih bedanya ya.. aku enak enak aja ganti posisi. Bosen posisi berdiri, posisi berlutut, lututnya capek, minta tiduran. Tiduran kelamaan juga gak enak… ganti posisi berdiri sambil peluk suami. Sakit kontraksi sih tetep sakit yaaa (salut duehhh sama banyak orang yang bilang lahirannya ga sakit, hihi), tapi aku ngerasa bisa lebih mengelola rasa sakit itu, dengan mengalihkan ke pernafasan. Beda sama yang lalu jejeritan wae, hihi. Lalu sekitar jam 4, mba Lidya sudah selesai istirahat, lalu mempersilahkan aku masuk kolam, kalau mau.

Ya sudah dehh daku masuk kolam. Yang agak ngga aku duga, yang katanya refleks orang melahirkan itu jongkok, itu tidak terjadi denganku. Dah sering sih liat video WB pelakunya jongkok dan terlihat nyaman. Aku juga dah sering latihan jongkok dan sudah jago jongkok. Nah waktu di kolam aku mau coba posisi jongkok –sapa tau lebih nyaman- jadi bukan atas dasar insting, dan rasanya kontraksi jadi semakin terasa  sakit dan kakiku rasanya mau kram (padahal sblmnya kan udah jago latihan jongkok yah, hmmm). Aku hanya bisa bertahan 2 detik dalam posisi jongkok, dan badanku minta posisi rebahan miring sambil bersandar.  Akhirnya waktu dorongan begitu kuat, suamiku masuk ke kolam dan mensupport punggungku. Sempet aku coba jongkok lagi, tapi ngga berhasil lagi, ini badan kayaknya nolak aja gitu posisi jongkok. Ya sudah lah yaa… yang bilang posisi paling natural jongkok itu kan orang lain, ternyata tidak buatku, ngga mau maksa. Akhirnya posisinya duduk senderan ke suami. Masih tetep eling untuk tidak mengejan dengan sengaja walaupun dorongan luar biasa. Waktu dipastikan sudah bukaan lengkap, baru deh aku berani pake tenaga sengaja untuk mengejan. Bedanya dgn persalinan sebelumnya, kali ini aku benar benar sadar atas apa yang terjadi, rasanya kepala crowning, sensasi di setiap bagian tubuhku. Kalo yg dulu gak tau deh ya kayaknya disconnected banget, bingung, susah jelasinnya deh, mungkin krn banyak orang dan banyak suara ya jadi malah ngga fokus sama badan sendiri. Kalau persalinan kali ini, yang terdengar suaranya Cuma mba Lidya dan si ayah. Mama diem diem ngintip juga tapi ngga ngomong apa apa. Suara yang terdengar hanya, ‘bagus banget,,,”, “pinteer..”, “sebentar lagi..” “pasti bisa” something like  that lah. Later, mama bilang bubid benar benar hanya membiarkan proses berlangsung dengan sendirinya. Beliau baru menangkap bayi ketika badan betul betul sudah keluar sempurna.

Saat crowning hingga badan bayi keluar, rasanya aku agak kehilangan kontrol, karena proses puncak itu ternyata lebih lama dari ekspektasiku (mungkin karena memang prosesnya dibiarkan sealami mungkin). Belakangan sih kata mamaku yang lihat, sempet kepala sudah keluar tapi badan ngga keluar keluar. Dikasih kesempatan untuk pegang kepala tapi aku memilih tidak mau, karena agak kehilangan rasa rileks juga, badanku kaku kaya robot, menolak bergerak. Alhamdulillah hinggaaaa akhirnyaa  semuanya lepaaasss saat badan bayi meluncur dan ditaruh di dadaku. Cukup lama badannya ada di air, beberapa saat setelah diangkat, dia menangis. Alhamdulillaahhh…. Rasanya legaa sekali dan terharu. Azan langsung dikumandangkan, welcoming our beautiful baby girl.  Jam 6 pagi.

Yahh selanjutnya prosesi dilanjutkan di atas tempat tidur. Ternyata aku mengalami sedikit sobekan, sobekannya sepertinya di tempat yang sama dgn bekas jahitan episiotomy yang terdahulu. Memang siih sempet baca baca juga, kalo sudah mengalami episiotomy, risiko robek lagi di kelahiran mendatang lebih tinggi. Yahh hikmahnya siih… jalur robekannya sudah ‘dibuat’, jadi rapi dehh, hehe. Proses jahit menjahitpun tidak sehoror dulu, karena dilakukan ala servis di tempat spa. Setiap tahapan dijelaskan dan dilakukan dengan selembut mungkin.

Meanwhile, baby R tetap di atas dadaku, sambil kakinya dijejak jejakkan di perutku, yang katanya membantu kontraksi rahim untuk kembali seperti semula. Setelah selesai bidan berprakarya, baru deh baby R diukur: 46 cm, dan 3 kilogram pas. Kemudian bidan minta izin istirahat. Suamiku sama si sulung Raul juga istirahat (Raul bangun dari jam 3 pagi!). 2 jam kemudian tali pusar diputus dengan burning cord. Lama bo bakarnya, soalnya tali pusatnya tebel bangett.

[caption id="attachment_100" align="aligncenter" width="300"] Pas nyari 'pembatas' panas, asal ambil buku di rak.. akhirnya baby R dibakar tali pusatnya didampingi om Bob Sadino. Ehmm.. moga2 nanti mengikuti sukses om Bob ya nak:)[/caption]

Alhamdulillah.. proses berlangsung cukup cepat yaa.. kira kira hanya 3 jam sejak kontraksi intens. Yang lucu, walaupun ada water heater, ternyata aku tidak mengantisipasi bahwa kapasitas water heater memanaskan air itu tidak banyak. Cuma sempat ngambil air pake pemanas air sedikit, selanjutnya airnya ngga panas lagi. Akhirnyaaa…. Aku baru tahu belakangan bahwa ‘tim’ sibuk naik turun tangga utk merebus air dan nganter air. Oh lala… pasti capek yaa…  untung aja baru beli gas, hohoho..   beberapa hari yang lalu gas habis. Oalahhh..ternyata kamu mbrojolnya nunggu dibeliin gas dulu yaa.. hihi. Ndilalah.. lahirnya tepat pada hari Sabtu, hari permintaan dari ayahnya. You’re really a smart baby girl:)


Hosshh.. sekian cerita cerita kehamilan dan kelahiran dariku. Semoga bermanfaat:)

Wednesday, April 4, 2012

Islam dan Perbudakan

Seorang teman menjawab pertanyaan teman lainnya mengenai perbudakan dalam Islam. Di post di ini utk dibaca lagi kalo kalo lupa, hehe...

Thanx buat Rira Nurmaida, for the enlightening comments.

Islam datang ketika perbudakan sudah menjadi bagian dari khidupan umat dan sudah menjadi hal yang lumrah. Karena itu, terkait realitas yang dihadapi, Islam mengajukan dua tawaran solusi terkait hal tersebut. Yang pertama, stereotip bahwa budak adalah manusia klas dua dan wajar diperlakukan semena-mena, diperjualbelikan, pokoknya tidak manusiawi, maka harus ada upaya untuk membebaskannya. Yang kedua terkait praktik perbudakan itu sendiri, hak-hak dan kewajiban tuan terhadap budak dan sebaliknya.
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًۭٔا ۖ وَبِٱلْوَ‌ٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًۭا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَـٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًۭا فَخُورًا [٤:٣٦]
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (an-Nisa:36)

Terus Rasulullah bersabda: “Takutlah pada Allah dengan hamba sahaya kalian, mereka adalah saudara kalian yang Allah jadikan di bawah kekuasaan kalian. Berilah mereka makan dari apa yang kalian makan, berilah pakaian dengan apa yang kalian pakai, jangan membebani mereka dengan beban yang memberatkan, jika kalian membebani mereka, maka tolonglah mereka.” (riwayat Muslim)
Jadi perlakuan baik terhadap budak itu wajib terhadap budak. Hak-hak kewarganegaraan termasuk penjagaan nyawa juga sama seperti orang merdeka (misalnya ada yang membunuh hambanya maka wajib diqishos juga.) Terkait pemberian hak untuk “bersenang-senang” (istimta’) sebagaimana suami-istri dengan budak itu salah satu hikmahnya terkait pengangkatan martabat budak ybs seolah dia seorang istri yang merdeka (ya, agak sulit sih pas bagian ini), ketika dia mengandung dan melahirkan anak tuannya, otomatis akan jadi merdeka begitu tuannya meninggal.
Tapi meski demikian, penekanan dalam Islam adalah untuk membebaskan perbudakan sepenuhnya. Kita bisa melihat ini dari banyaknya mekanisme:
1. anjuran membebaskan budak dan balasannya dengan pahala yang besar, juga berbagai mekanisme kafarat yang memberikan opsi untuk membebaskan budak (misalnya ketika membunuh seorang mukmin tanpa sengaja, melanggar sumpah, suami istri berjima’ di siang hari bulan ramadlan, dll) .
2. Dalam beberapa kasus tertentu, seorang hamba bahkan bisa bebas dari pemiliknya secara otomatis tanpa ada kehendak dari pemilik, misalnya ketika tuannya itu adalah mahramnya sendiri (misalnya mewarisi budak atau membelinya), atau jika ada tindak kekerasan dari tuannya, si budak otomatis bebas, kalau tuannya menahan, hakim yang turun tangan membebaskan.
3. Bahkan Islam mensyariatkan bahwa si budak mungkin saja membebaskan dirinya sendiri jika ada perjanjian mukatabah dengan tuannya, misalnya tuannya bilang kamu bisa bebas jika membayarkan sejumlah uang. Dan perjanjian macam itu termasuk perjanjian yang tidak boleh dicabut.
4. Belum lagi pihak Negara melalui baitul mal punya pos tersendiri dari zakat untuk membebaskan budak.
Nah, sekarang kan praktik perbudakan sebetulnya memang sudah tidak ada. Kalau ada yang bilang di arab itu menganggap pembantunya seperti budak, wallahu a’lam. Tapi sesungguhnya kan akad mereka itu ajir-mu’ajir (kepegawaian/pengupahan), jadi ga absah memperlakukan mereka seperti budak (lagipula apa benar diperlakukan sebagai budak seperti yang disyariatkan oleh Islam? Selama mengikuti syariat islam, rasanya punya budak itu malah merepotkan banget, seluruh makanan, pakaian yang kita makan sama dengan mereka, tidak boleh membebani, tidak boleh melakukan kekerasan, dll, kayaknya sama aja kayak nambahin anggota keluarga baru, kalau butuh pekerja lebih simple mengupah orang tinggal member dia tugas terus menggaji sesuai kesepakatan antara kita dg ybs, ga usah mikirin menyamakan kualitas hidupnya, heu2)

Lagipula Islam sejak diturunkan sampai sekarang dapat dikatakan anti perbudakan karena menawarkan alternative atas berbagai hal yang dulunya memungkinkan manusia memperbudak manusia lain. Zaman dulunya kan perbudakan terjadi missal karena seseorang berhutang lalu ga bisa bayar, maka dia diperbudak si pemberi hutang, nah Islam mensyariatkan untuk memberi penangguhan untuk membayar hutang, sampai ybs sanggup membayar, dan ada keutamaan untuk ridha membebaskan utang. Kemudian, dulu itu perbudakan termasuk salah satu sanksi criminal, orang yang mencuri dll bisa jadi hukumannya diperbudak, nah islam datang dengan ketentuan2 pidana yang tidak mencabut status kemerdekaan seseorang. Atau pihak suku yang kuat memperbudak yang lemah, nah islam kan melarang hal itu. Terakhir tawanan perang sebagai budak, nah di QS Muhammad ayat 4, Islam mensyariatkan membebaskan tawanan perang atau menerima tebusan (tidak memperbudak). Memang pernah terjadi Rasulullah menetapkan sejumlah perempuan dan anak2 yang membantu musuh di perang hunain sebagai budak, tapi itu pengecualian hanya bagi yang terlibat dalam perang dan hukumnya sekedar boleh sesuai keputusan pemimpinnya, kecil kemungkinan diambil keputusan seperti ini, apalagi kalau perang disterilkan dari perempuan dan anak-anak. Jadi kesimpulannya Islam datang memang untuk menghapus perbudakan selamanya dengan mekanisme2nya.

 

You can reach Rira at:

www.kompasiana.com/rira

twitter: @preciouscygnet

http://kkcygnet.wordpress.com/

 

Sunday, April 1, 2012

Rahasia Posisi Janin Bagus

Alhamdulillah 2x hamil posisinya ga aneh2. A: apa rahasianya? me: ngga pernah mengkhawatirkan tentang posisi, ngga pernah mikir takut melintang, sungsang, dsb. At the end, Allah decides.

Kurasa ini mirip mirip dengan ASI ya. Kadang kadang kebanyakan baca masalah ASI macet bikin kita kuatir berlebihan: 'gimana kalo ASIku nanti macet dll'. I never worry about it. I'm a woman. Inshaallah lancar. Sama seperti paragraf sebelumnya: at the end, Allah decides, dan tugas kita cuma pasrah.

Wednesday, March 14, 2012

Menenangkan Bayi dengan 5S nya Dr. Harvey Karp

Ini nih.. ringkasannya utk menenangkan bayi, efektif atau tidak... you try out yourself :)

"Happiest Baby on the Block"

Swaddling, Sh-ing, Swaying, Side-lying, and Sucking

  1.  Swaddling - membedong

  2. Sh-ing - mengeluarkan bunyi ssshhh yang keras

  3. Swaying - menimang

  4. Side-laying - memiringkan posisi bayi

  5. Sucking - menghisap


Swaddling --> karena bayi sudah lama dalam lingkungan rahim, di mana situasinya seperti didekap, sehingga bayi suka didekap (dibungkus)

Sh-ing --> situasi dalam rahim itu ribut (kontinyu), karena adanya aktivitas organ organ seperti pencernaan dsb. Itu sebabnya bayi suka dengan suara berisik yang kontinyu, seperti kipas angin, mesin mobil.

Swaying --> bisa digendong,kalo menurut saya bisa juga ibu duduk di atas birthing ball (gym ball) sambil digoyang goyang, atau ditaruh di bouncer, atau ditaruh di gantungan kain yang dikaitkan ke pegas (cara mak mak jaman dulu)

Side laying Posisikan bayi didekap menyamping

Sucking aktivitas menghisap membuat bayi nyaman, bisa dengan disusui, atau pake sesuatu yang lai (aman dan bersih) untuk dihisap

 

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=iu0TtxO-ocY&w=420&h=315]

Dunstan Baby Language - Summary

Berikut ini 'bahasa' bayi yang ditemukan si Priscilla Dunstan, beberapa yang utama

(copas dari doc itb motherhood)

Dunstan Baby Language (done)




Dunstan Baby Languange adalah bahasa bayi yang ditemukan oleh Priscila Dunstan. Hasil researchnya menunjukkan bahwa bayi 0-3 bulan mengeluarkan 5 macam suara (pre cry stage) yang berbeda untuk memberitahu kebutuhan dasarnya. Kelima2nya merupakan refleks, dan tidak dipelajari oleh bayi.

Bayi yang dibiarkan menangis lama akan terpicu pelepasan hormon kortisolnya (hormon stress) yang dapat memutus jaringan sinaps yang terbentuk. Jadi, mengenali pre cry stage ini sangat penting untuk mengurangi kuantitas menangis bayi.

 

Kelima suara (pre cry stage) versi Dunstan Baby :

(1) Neh (artinya lapar)

Ciri suara :

Di video yang saya lihat, beda2 bgt tiap bayi suaranya! Tapi yang sama, semuanya ngeluarin suara N atau NG.

Ciri gerak/refleks :

Adanya respon mulut menghisap (lidahnya ngecap2), kebanyakan bayi lidah ada di langit2 mulut.

(Dapat) disertai dengan gerakan kepala ke samping, jilat2 mulut, ngisap jempol.

 

(2) Owh (artinya ngantuk atau cape)

Ciri suara :

Ga ada suara N atau NG samasekali.

Suara owh muncul sebelum sinyal capek yang lain

Ciri gerak/refleks :

Refleks menguap

(Kebanyakan) mulutnya kebuka bentuk oval

Ada jerky movement, seperti garuk mata, tarik telinga

 

(3) Eh (artinya ingin sendawa)

(Sebenarnya ini bukan tangisan, tapi lebih merupakan refleks sendawa. Terjadi karena dada yang sesak karena udara).

Ciri suara:

Awalnya eh sekali, lama2 bila masih tidak disendawakan juga, jadi seperti umm...eh sound series (ow maafkan..sulit sekali deskripsinnyaa).

Ciri gerak/ciri fisik lain :

Bayi dapat menangis bila dibaringkan

 

Disendawakan dapat membantu mengurangi gumoh yang terjadi bila bayi disusui saat dadanya sesak karena air bubbles.

Selain itu dapat menghindari terdorongnya air bubbles ke abdomen bawah sehingga terjadi kolik (wind pain).

 

(4) Eairh (apabila kolik)

Muncul apabila suara eh eh (3) tidak digubris.

Ciri suara :

Nangis seperti yang kesakitan dan stress

Ciri fisik :

Raut muka kesakitan

 

Bila sudah terjadi :

Massage perutnya agar udara keluar lewat (maaf yaa) kentut.

 

(5) Heh (artinya tidak nyaman)

Disebabkan karena refleks kulit yang merasa tidak nyaman.

Mengindikasikan keridaknyamanan : terlalu panas, terlalu dingin, popok basah, butuh ganti posisi etc)

Ciri :

Breathy H sound (seperti terengah2 atau menghela nafas)

 

 

Tips2 dari Dunstan Baby :

  • Dengarkan pre cry stagenya (kelima suara tadi) sebelum bayi nangis makin ga jelas

  • Apabila banyak kata yang keluar, dengarkan kata yang dominan

  • RELAX apabila bayi tidak mengucapkan semua kata-kata di atas

  • Ubah posisi bayi agar dapat mendengar suara lebih jelas (kitanya musti fokus)

  • Perhatikan refleks fisik bayi


[youtube http://www.youtube.com/watch?v=nv3-74EFtWQ&w=420&h=315]