Thursday, November 27, 2014

Perang Kebenaran dalam dunia Emak

Ok bismillah.  Smoga Allah menuntun lisanku.  Dalam dunia mencari ilmu (yg mana kita manusia wajib cari ilmu) ada kaidah yg saya percaya, yaitu mencari dan menyampaikan hal yg bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Let’s say penyampaian ajaran islam melalui quran dan hadis.  Quran dan hadis kan awalnya tidak ditulis,  tapi disampaikan oleh satu orang ke yg lain,  di mana para perawi (penyampai)  ini memiliki kredibilitas yg baik dan syaratnya utk disebut sahih juga berat.  Penyampaian ajaran agama ternyata juga ada kaidah standarnya supaya bisa dianggap terpercaya.  Kalaupun setelah melalui kaidah tersebut ternyata ada perbedaan karena intelektualitas manusia,  para ulama yg ilmunya tinggi justru tidak saling ngatain ulama lain salah (ada kartunnya ttg ini tp lupa dimana liatnya,  ttg betapa yg doyan debat panas itu mahasiswa freshmen,  pdhl syeikh nya yg beda pendapat aja adem ayem).  

Nah dalam dunia keilmuan yg lain, sama.  Kita semua mencari kebenaran berpegang pada kaidah yg sama:  riset,  data,  pedoman statistik.  Semua pakar melalui proses itu sebelum menyampaikan kebenaran. Kalau tidak, saya tidak bisa bilang pakar. Praktisi mungkin lebih tepat (orang yang mempraktekkan).  Artinya,  kebenaran yg disampaikan punya dasar yg bisa dipertarungkan di sidang di hadapan banyak orang,  dgn obyektif,  bukan emosional. Kalo ternyata riset nya nanti berubah hasilnya,  ya gpp, itulah dinamika ilmu pengetahuan. Kita ngga bisa ngga percaya. Inilah yang membedakan orang yang berilmu dengan yang tidak. Lha kalau ngga percaya metoda ilmiah, kita mau klaim kebenaran dasarnya apa? Masak hasil terawangan. Jangan juga  percaya sama gelar ustad, tapi harus cek dia belajar di mana dan mendalami apa, sehingga kita ngga terjebak sama opini, bisa bedain opini dan informasi obyektif berdasarkan keilmuan.

Dalam dunia “holistik” (saya pakai tanda kutip yah soalnya menurut saya “holistik’ yang istilahnya dipakai banyak orang belum tentu benar benar holistik)  ada praktek praktek yg dipercaya turun temurun dan mungkin BELUM terbukti secara ilmiah.  Banyak juga praktek praktek pseudoscience, yaitu sesuatu yang kayaknya ilmiah, tapi sebetulnya belum ada riset yang bisa membuktikan. Ya jalani saja kalo memang dirasa memberi manfaat. Saya juga menjalani kok pseudoscience, sebut saja beberapa teknik self healing, atau tes sidik jari untuk anak. Tapi saya tau betul ini pseudoscience, jadi saya tidak akan berdebat sama akademisi yang mengatakan ini pseudoscience, lha memang benar kok.Testimoni, tidak lantas menyebabkan sesuatu menjadi kebenaran yang pantas disebar ke khalayak. Kalo iya, kita gak usah ngamuk sama nenek yang ngasih pisang ke bayi 2 bulan. Lha kan bisa aja si nenek testimoni : "dulu kamu bayi dikasih pisang juga gak apa apa kok, sekarang gedenya jadi sarjana juga" 

Sekedar info saja, what so called ‘dunia medis’ juga kadang kadang melakukan hal hal yang belum terbukti manfaatnya secara keilmuan, kalo yang saya tahu sih misalnya latar belakang SOP penanganan ibu melahirkan di RS, atau pemberian obat yang tidak rasional ( istilah tidak rasional ini karena gak ada dasar riset klinisnya, tapi prinsip feeling dan pencegahan saja tanpa menggali risikonya).

So, dari pengamatan saya, dunia “medis” dan “holistik”, keduanya ada pihak melakukan atau mempercayai hal hal yang belum terbukti dalam koridor ilmiah. Nah ketika masing masing pihak keukeuh bahwa tindakannya adalah benar, sebenarnya itu mencederai bidang masing masing. Misalnya, (1) Praktek dokter yang tidak RUM, menurutku mencederai dunia medis dan ilmu pengetahuan    (2) Praktek pengobatan “holistik” yang ngasih herbal tanpa ada riset yang memback up nya, lalu diblow up dalam kemasan testimoni yang gak sesuai dengan pedoman statistik, itu juga mencederai dunia kesehatan “holistik”. Padahal herbal kalau diteliti, pasti potensinya luar biasa. Sayang banget kan ternoda dan jadi terhambat perkembangannya gara gara praktisi herbal sendiri. Ini yang membuat kalangan medis memusuhi "holistik", begitu juga sebaliknya. Masing masing sebenarnya memusuhi sisi gelap yang lain, tanpa peduli sisi terangnya.

Masing masing penodaan ini, justru menjadi bumerang terhadap terciptanya kondisi HOLISTIK yang sebenarnya. Holistik yang sebenarnya menurut persepsi saya, adalah seperti melihat gajah dari jarak yang cukup untuk bisa menyimpulkan bentuk gajah, bukan seperti orang buta yang satu pegang belalai yang satu pegang telinga, lalu  masing masing ngotot tentang bentuk gajah.

So, saya ga percaya kalau medis dan “holistik” itu bertentangan.

Dalam kehidupan nyata saya, saya juga menjalani dan mempercayai prinsip holistik, dan menolak mekanisasi tubuh manusia yang dianut dunia medis yang katanya dimulai sejak Revolusi Industri. Tapi ketika menyampaikan sesuatu ke orang lain, saya harus punya dasar, sebagaimana mendakwahkan isi Quran dan hadis juga harus jelas ayat berapa, konteks asbabun nuzulnya bagaimana, untuk hadis tingkatan hadisnya gimana (untuk menjadi status hadis shahih itu perawinya nggak main main syaratnya berat). Jadi ketika saya mempromosikan sesuatu yang belum ketemu ‘dasar’nya, maka saya wajib menyertakan disclaimer. Misalnya, keterangan bahwa hal ini memiliki risiko a, b, c, atau saya sekedar menyebut saja “ eh ini caraku lho, belum tentu benar”. Jadi dengan ini kita juga ngajak orang lain untuk bertanggungjawab pada pilihannya sendiri, sadar benefit, sadar risiko. Masalahnya kadang kadang orang lain asal ngikut aja sih hhehee.

Hal ini juga yang menyebabkan saya mengerem atau ‘kontrol diri’ dalam mempromosikan popok kain. Kalau boleh ngaku ngaku, saya termasuk jajaran orang pertama atau pionir promosi popok kain di Indonesia (tentunya bersama beberapa rekan yang lain, terutama di milis popok kain) di tahun 2008. Saat itu Enphilia termasuk brand yang awal awal muncul sebagai alternatif produk impor yang selain mahal juga berantai karbon lebih panjang.(check out www.rumahpopok.com atau www.facebook.com/enphilia hehehe ngiklan deh) . Dulu saya memulainya dengan promosi cinta lingkungan, karena memang semuanya dimulai dari keinginan reduce dan reuse. Gara gara itu, cukup banyak orang mengaku menjadikan saya panutan karena idealisme cinta lingkungan, kemungkinan tanpa paham sisi lain dari hal yang sedang saya promosikan. Menurut saya sih itu gawat, kalo mereka tahu saya masih nyetok pospak, bisa pada muntah, hehe. Tapi sekarang, yang sibuk kami lakukan sekarang adalah mengerem orang lain untuk mempromosikan popok kain dengan klaim cinta lingkungan secara berlebihan. “generasi penerus” di belakang kami memang mengikuti jejak kami mempromosikan popok kain, tapi kok jadi seolah olah “agama baru” ya, yang menghakimi  kaum yang “tidak cinta lingkungan”, dan mengklaim fakta fakta yang mereka jabarkan adalah benar, padahal risetnya juga ngga bisa ditelusuri. Akibatnya apa coba? Saya ngeliat beberapa teman justru terindikasi skeptis luar biasa sama popok kain (isu yang sama ditemukan pada promosi Gentle Birth). Mungkin akibat  mereka merasa dihakimi? Kalo mau cari contoh lain sih banyak ya, di bawah bendera “MOM’s WAR”.

Apa yang sekarang saya perjuangkan jadi lucu sebenernya. Saya ini pemakai popok kain yang merasakan benefit darinya, pedagang popok yang pingin dagangan laku, tapi yang saya lakukan adalah mengerem orang dari promosi kebanyakan. Saya juga ikutan memperjuangkan gentle birth, tapi justru sibuk mau ngasitau orang bahwa intervensi medis is not that bad, jangan ngotot normal kalau jelas berisiko tnggi.
.

I keep on selling. But, I want people to know well what they are buying. 
Let's collecting puzzles of truth.
Menuju Holistik yang sesunggunya (tanpa tanda kutip)


Segala kebenaran datangnya dari Allah

Kalau ada yang salah, salah salah kata, itu sayanya aja yang salah. Mohon maaf yaaa

Monday, November 3, 2014

Rara Berenang

Sudah sejak lama saya terkesan melihat video bayi berenang. Yup. Bayi. usianya mungkin masih 4 bulan hingga di bawah 1 tahun. Ada pula video mengenai batita yang kecebur kolam renang, tapi lalu dia berhasil menyelamatkan diri, dengan kemampuannya berenang.
Dalam beberapa artikel saya juga menemukan refleks bawaan bayi terkait berenang, yaitu refleks menyelam (refleks menahan nafas di air), dan bergerak menyerupai berenang. Selama hamil dan mempersiapkan kelahiran Rara, saya juga sering menonton video waterbirth, dan memang benar sih, bayi waterbirth saat baru dilahirkan biasanya dibiarkan selama beberapa detik dalam air dan mereka bergerak gerak seperti berenang, dan tidak tersedak atau kemasukan air, karena menahan nafas.
Tapi jangan disalahartikan bahwa bayi punya kemampuan berenang yaa. Refleks seperti berenang, dan bisa berenang, itu hal yang berbeda. Bayi baru lahir TIDAK memiliki kemampuan berenang. Jadi, video batita yang bisa menyelamatkan diri itu, saya duga kuat adalah batita yang sudah dilatih.
Saya tertarik juga dengan melatih bayi berenang, minimal untuk pertahanan diri (survival), tapi ide itu cepat terlupakan karena memang belum menemukan tempat belajar berenang untuk batita, dan agak mikir juga, berlebihan nggak yaa  kecil kecil belajar berenang. Toh nanti kalau sudah umur 5 tahun bakal lebih mudah diajar, begitu salah satu bahan pertimbangan saya. Tapi lalu ide itu kembali muncul saat mendaftarkan Raul ke Anak Air Swim School, dan melihat foto bayi gede banget dipajang sedang tersenyum di bawah air. Ternyata anak air menerima anak minimal usia 6 bulan. Memang sih, walaupun AAP (American Academy of Pedicatrics) menyarankan agar belajar renang sebaiknya minimum usia 1 tahun, tapi American Redcross punya pandangan yang berbeda. Lagian, Rara juga sudah menginjak 2 tahun, jadi sekalian aja berdua belajar berenang. Waktu itu alasan saya akhirnya memasukkan Rara ke kelas berenang selain untuk belajar survival, juga merasa bahwa berenang adalah media untuk optimalisasi stimulasi motorik. Namun, ternyata setelah baca baca artikel sana sini, termasuk beberapa abstrak jurnal ilmiah, ternyata berenang bagi bayi dan batita juga memiliki manfaat yang lebih dari itu, antara lain baik untuk kesehatan jantung dan meningkatkan kekuatan paru paru, meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas, meningkatkan stamina, keseimbangan dan postur tubuh. Beberapa artikel lain juga menyebut bahwa belajar berenang bisa meningkatkan IQ menurut penelitian (yang ditulis beberapa artikel). Tapi untuk urusan IQ ini saya belum nemu sumber ilmiahnya, hanya baca klaim dari pihak pihak yang menawarkan kelas renang, atau dari artikel artikel populer yang sulit melacak sumber referensinya. 
CAM00405
Karena alasan kepraktisan dan lokasi, aktivitas belajar berenang anak anak dipindah ke Rockstar Gym. Ternyata Rockstar Gym menggunakan standar metoda yang sama dengan Anak Air, yaitu American Red Cross. Bedanya, di Anak Air semua anak belajar privat walaupun durasi hanya sebentar, sedangkan di Rockstar Gym belajarnya dalam grup, kecuali memang mau privat.
Aktivitas Rara dalam kelasnya, harus dilakukan dengan pendamping (Kelas Mom & Me). Untuk kelas pemula, tujuannya adalah agar anak terbiasa dalam air, tidak takut, dan merasa nyaman. Maka, aktivitasnya didominasi bernyanyi dan bermain. Jadi, kelas ini banyak menggunakan bola bola plastik, dan mainan yang bisa diambil. Untuk pemula seperti Rara, saya  merasa Rara lebih cocok aktivitas dalam grup daripada privat. Anak sekecil Rara, rentang fokusnya (attention span) sangat singkat, jadi kalau belajar dalam kelas privat cepet bete nya dan tidak ada obyek pengalihan. Adapun dalam kelas grup, kalau Rara lagi merasa capek, ngadat, apapun sebabnya, maka  bisa istirahat sebentar sambil mengamati teman temannya. Nah, dari mengamati saja ini kan sebetulnya proses belajar juga. Istirahat bisa dipakai untuk mengamati sambil membujuk. Nah kalau mood sudah baikan, baru ikutan instruksi lagi.
Pembelajaran berenang yang serius dalam kelas pemula ini contohnya menggerakkan kaki (gaya bebas), telentang, dan memasukkan semua bagian kepala ke dalam air. Semua pembelajaran itu dialakukan dengan bermain. Misalnya anak disuruh mengejar bola dan mainan yang disebar di kolam, atau memindahkan dari pos 1 ke pos lainnya. Nah main main ini melibatkan gerakan kaki. Belajar telentang dilakukan dengan berperan tidur dan menyanyikan lullaby. Nah yang menurut saya paling keren dan menegangkan dari kelas ini adalah memasukkan kepala ke dalam air. Proses ini juga dilakukan dengan bermain, misalnya menggunakan hoola hoop yang setengahnya masuk ke air, lalu si anak dibantu untuk melewati hoola hoop itu dengan menyelam kira kira 1 hingga 2 detik. Proses ini ngga boleh dilakukan kalau anaknya kelihatan ngga siap (tandanya nangis sampai teriak teriak dan badannya meronta pengen kabur). Makanya untuk sampai ke tahap ini, kebanyakan anak perlu mengikuti kelas beberapa kali dan bisa juga lama prosesnya. Kalau anaknya nangis dan menolak dan kita tetap maksa, malah bisa jadi anak mereka berenang adalah hal yang tidak menyenangkan. Bisa trauma deh sama air. Nah, kalau sudah melewati ini, jadi takjub dehh sama kemampuan anak, hehe.
CAM00381
Oh iya saya juga mendapati bahwa untuk Rara, alat bantu pelampung justru menghalangi proses belajarnya. Pernah saya bawa pelampung untuk main main. Eh malah karena tergantung dengan pelampung itu, Rara menolak untuk meraih tangan saya saat belajar meluncur, tapi malah keukeuh pegangan sama pelampung, dan akibatnya postur badannya juga jadi kacau. Saat tidak bawa pelampung, Rara jadi  mau tidak mau mengandalkan diri sendiri (dan tangan saya untuk pegangan). Tangan saya lebih bermanfaat untuk menjaga posturnya tetap baik dan membantunya bergerak kesana kemari.
Kunci dari kecepatan belajar batita adalah mood alias suasana hati. Beberapa saat yang lalu  mood Rara lagi baik banget dan dia sangat senang berada di kolam. Dalam 1 kali berenang, saya berhasil membujuk Rara untuk meluncur tanpa support dan memasukkan kepalanya ke air dengan kemauannya sendiri.  Oke saya kasih sedikit reward sih untuk ini, yaitu chewable vitamin, dan pujian habis habisan atas keinginannya belajar, hihi. Rara suka banget sama gummy candy itu. Saya memang sekarang sering menjadikan itu reward buat apapun. Nah saya agak kaget juga dengan kemampuan itu. Ternyata kalau sedang senang, gampang banget ngajarinnya ;p. Ternyata, begitu dia tahu bisa melakukan itu, eeh malah ketagihan. Sepertinya Rara baru merasakan enaknya sensasi meluncur di air. Jadi hari itu Rara mencoba dan mencoba terus kemampuan barunya :D


Bagi yang merasa ribet masukin anak ke les lesan, bisa lho melakukan sendiri proses pengenalan aktivitas berenang. Catet yaa. Pengenalan. Aktivitas yang bisa dilakukan sendiri antara lain bermain lempar lempar dan kejar bola plastik, ciprat ciprat air dengan tangan atau gerakan kaki, mengalirkan air di kepala dan muka anak (bisa dengan tangan atau ember mini yang dibolongi), mencontohkan anak untuk meniup dalam air (mulutnya masuk air tapi hidungnya ngga apa apa di atas air, nanti lama lama bisa diminta untuk memasukkan hidungnya juga), dan tiduran dengan posisi badan telentang lurus dengan disokong.

Last but not least, banyak yang perlu diketahui yaa sebelum mengajarkan batita berenang. Selain banyak manfaatnya, ada juga lho batasan batasannya, misalnya adanya risiko tenggelam, sensitivitas klorin, risiko hipotermia, hingga risiko terbakar sinar matahari. Yaaa, I believe there are always advantages and disadvantages for everything, jadi yaa ditimbang timbang aja sebelum memutuskan sesuatu. Untuk menghindari risiko tersebut untuk Rara sih, penjagaan full time tentu hal yang mutlak. Selain itu saya biasanya merasa cukup mengajarkan berenang 30 menit ditambah main main sebentar selama 15 menit. Memang sih sesekali saya kesulitan untuk mengajak Rara untuk mengakhiri aktivitas main airnya, yang akhirnya selesainya molor dari waktu yang diniatkan dan pernah juga sampai kesiangan jadi panas sekali udaranya. Semoga pengalaman itu bisa jadi bahan bikin strategi di sesi selanjutnya deh :)

Referensi:
(6) http://www.livestrong.com/article/148394-what-are-the-benefits-of-swimming-for-kids/

Tuesday, August 26, 2014

Menyapih Rara

Alhamdulillah, atas izin Allah, Rara berhasil melewati ASI eksklusif, ASI 1 tahun, hingga 2 tahun. Selesailah masa ‘wajib menyusui’. Selesailah saya mengemban amanat Allah untuk memberikan yang terbaik. Tentu saja, menyusui ternyata tidak sekedar pengguguran kewajiban. Selama menjalaninya, saya menyadari urgensi menyusui yang tidak sekedar pemenuhan kebutuhan nutrisi dan imunitas.
Menyusui itu:
- Merupakan kesempatan untuk ‘memperbaiki’ proses kelahiran yang mungkin sedikit atau banyak, disadari atau tidak disadari, traumatis bagi bayi, maupun ibu. It’s a healing moment.
- Kesempatan membangun ‘bonding’ atau keterikatan emosional yang dampaknya akan dirasakan seumur hidup.
- Cara ampuh bagi ibu untuk istirahat jika kelelahan. Ibu menyusui tentu paham banget kalau proses menyusui ini juga cara untuk memberi kenyamanan di saat ibu dan bayi merasa tidak nyaman. Anak sakit, misalnya demam, akan lebih ‘calm down’ dengan menyusu. Ibu yang kelelahan, capek nemenin atau gendong anak, tinggal duduk atau tiduran saja dan semua hepi, hihihi. Hingga anak kalo lagi tantrum dan ibu udah bingung mau ngapain lagi untuk membuat anak mau diem, peluk aja dan sodori nenen, insyaaAllah.. lapar atau tidak, anak akan diem, wkwkwk.
Memang sih, ada konsekuensi negatif dari membiarkan anak menyusu kapan saja (apalagi Rara ngga kenal asi perah dan dot), termasuk menjadi andalan saat mencari ketenangan. Rara selalu butuh menyusu untuk tidur, dan ini juga bisa menjadi sebab Rara malas makan. Karena ‘ketergantungan’ itu, terkadang saya menjadi tersandera saat mau beraktivitas yang butuh mobilitas. Misalnya nih, mau rapat komite sekolah jam 9. Yaa sering banget akhirnya datang jam 10 karena disandera oleh Rara dulu, hehe. Ini juga menjadi kerepotan tersendiri jika saya harus meninggalkan Rara untuk urusan yang cukup ribet jika harus mengajaknya.
Kakaknya, Raul, dulu tersapih di usia 2 tahun kurang 1 bulan. Menyapihnya cepat, cukup tolak kasih nenen selama 3 hari 3 malam berturut turut. Setelah itu beres. Tapi 3 hari 3 malam itu benar benar pernuh perjuangan dan air mata. Menyapih anak benar benar seperti melihat orang sakaw. So heartbreaking. Saat itu saya berpendapat (karena mau 2 tahun) itulah yang terbaik yang harus dilakukan, daripada ngebohongin anak kalau susu nya pait, kasih brotowali. Be careful, a baby knows if you lie, and you don’t want to teach your child dishonesty. Ibu saya sendiri berkali kali memohon saya untuk menunda menyapih karena Raul menangis jejeritan ga berhenti sepanjang malam, dan dia memang terlihat terluka dan merasa ditolak. Saya saat itu masih merasa tahapan ini memang harus dijalani. Tapi pada akhirnya, Raul tersapih, dan Raul mengalami apa yang selanjutnya saya baru tahu bahwa itu disebut sebagai ….REGRESI perkembangan (penjelasannya baca di sini). Yang tadinya sudah tidak mengompol lagi saat malam, lalu mengompol. Terus terang hal tersebut bikin saya emosional juga dan makin kelelahan. Lalu, saya ngga tahu ada hubungannya atau tidak, tapi Raul di usia 2-4 tahun sangat tertutup dan takut dengan orang lain waktu itu. Padahal waktu bayi terkenal 'sumeh' (ramah, suka tersenyum). Kelihatan banget beliau ini sangat insecure, takut diperhatikan orang lain, ditinggal dikit merasa terancam, menolak bergaul sama tetangga, dan jejeritan saat tampil di pentas sekolah (saat usia 3,5an tahun) di saat semua temannya pede pede aja. Sejauh ini saya yakin ini ada hubungannya dengan penyapihan sepihak (mungkin ada faktor lain juga sih tapi saya nggak tahu).

So, untuk Rara, saya meniatkan untukWeaning With Love (WWL). WWL sebagai suatu metoda lho ya. Saya yakin kok semua cara penyapihan pasti lah pakai cinta ;p
Weaning With Love, saya artikan sebagai proses penyapihan yang membutuhkan persetujuan dan kesiapan psikologis dari kedua belah pihak. Ibunya siap, sudah engga galau, anaknya juga sudah siap melepaskan diri dari menyusui. Proses ini akan terjadi sendirinya. Yang harus dilakukan hanya memperbanyak komunikasi dan membangun kesiapan anak untuk tahapan hidupnya selanjutnya. Seperti disebut di atas, proses menyusui adalah juga tentang pemenuhan kebutuhan psikologis pada fase tertentu, di mana fase ini tidak saklek memiliki batasan umur. Jika pada usia 2 tahun sudah dihentikan sepihak, mana tahu ada kebutuhan lain yang belum terselesaikan untuk dipenuhi.
Namun, sebagaimana proses kelahiran yang terkadang harus mendapat intervensi karena mengalami komplikasi, sepertinya saya dan Rara juga mengalami ‘komplikasi’ tersebut. FYI, Rara adalah anak dengan tren pertumbuhan yang ada di bawah persentil terbawah kurva pertumbuhan WHO. Sejak lahir, panjangnya saja sudah termasuk ‘pendek’ (walaupun beratnya normal). Tingginya awalnya ada di garis persentil 3% (yang terbawah kalau menurut kurva WHO). Sedangkan beratnya agak sedikit di bawah persentil 50%. (garis hijau, yang tengah). Dalam perjalanan pertumbuhannya, beratnya nyebrang ke persentil di bawahnya., lalu nyebrang ke bawahnya lagi (sekarang di garis persentil 5%). Alhamdulillah Pak dokternya anak anak tidak gampang mengeluarkan diagnosis gagal tumbuh hanya berdasarkan kurva. Apalagi perkembangan kecerdasan Rara baik baik saja, dan fisiknya pun tampak normal proporsional (walaupun kurus karena malas makan). Urusan pertumbuhan, saya memang agak ngerasa insecure karena tekanan berbagai pihak (ohhh, this issue again? Huhu.. butuh rajin self healing), maka saya rajin banget mantau pertumbuhan Rara. Kadang kadang ke dokter pun cuma ngecek kurva dan diskusi sama pak dokter aja, hehe. Pada akhirnya, walaupun tidak disebut gagal tumbuh, setelah mempelajari data, Rara dirujuk ke ahli endokrin anak. Dokter endokrin mencurigai adanya growth hormone deficiency. Tapi semuanya baru bisa dipastikan nanti jika usianya 4 tahun. Sekarang memang sudah menjalani beberapa tes, tapi ya memang masih terlalu dini untuk memastikan. Dokter bilang, 2 tahun ini tidak ada yang bisa dilakukan selain menjaga gizinya. Lalu Rara disarankan untuk melakukan screening besi ulang (dulu pernah di umur 1 tahun, hasilnya baik baik saja), hasilnya ada defisiensi zat besi tapi belum sampai anemia.
Dari situ lah saya kemudian mempertimbangkan kembali masalah Weaning With Love, karena nyatanya Rara memang makannya tidak teratur dan dikit dikit minta nenen. Ya agak ngga heran kalau besinya kurang karena memang seperti ngga ada minat untuk makan Harapan saya, kalau Rara sudah tidak menyusu, makannya akan menjadi normal. Tapi, untuk menghindari penyapihan mendadak seperti yang Raul alami, saya memutuskan untuk melakukan penyapihan secara bertahap. Saya banyak terbantu juga dengan prinsip yang dijabarkan Elizabeth Pantley dalam bukunya “ No Cry Sleep Solution”. Memang sih pada akhirnya tidak menjalankan step by step yang diajarkan di buku itu. Tapi ngambil prinsipnya aja, bahwa metoda no cry sleep solution tidak akan sama antara anak satu dan lainnya. Semuanya haruspersonalized. Akhirnya, saya kurangi frekuensi menyusui Rara. Memang sih tidak berdasarkan kesediaan kedua belah pihak (jadi ya enggak WWL banget, huhu). Prosesnya makan waktu lebih lama. Tapi kalau saya perhatikan, prosesnya tidak sedramatis yang Raul alami. Duhhh… sepertinya Raul dulu terluka sekali batinnya. Maafin Bunda ya, Nak.

Kalau untuk Rara, saat anaknya terlihat benar benar ‘sakaw’, saya akan kasih dulu. Saya akan bertahan ngga menyusui jika Rara juga bisa mengatasi keinginannya sendiri setelah beberapa waktu. Ternyata memang ada saat saat di mana dia tidak benar benar butuh menyusu, tapi hanya kebiasaan iseng saja. Nah kalau lagi ‘iseng’ ini, biasanya Rara akan ngotot minta nenen nya hanya beberapa saat saja, dan bisa dialihkan. Konsekuensinya, ya memang capekkkk hehehe. Tapi ya sudah, demi kita berdua ya naak, supaya kita berdua sama sama move on.
Alhamdulillah, mungkin sudah 1 bulan lebih Rara tidak menyusu lagi. Tidak ada drama memilukan. Payudara saya juga tidak pernah bengkak seperti yang terjadi waktu menyapih kakaknya. Harus diakui saya masih merindukan menyusu dan kadang kadang Rara masih seperti mau minta. Tapi Insyaa Allah ini yang terbaik. Nyatanya, makannya sekarang lahap sekali, kadang minta nambah berkali kali dan pipinya juga semakin gembil berisi. Memang sih, belum terlalu nyata terlihat perbaikan di tinggi badannya. Mungkin perlu waktu saja. Tapi engga apa apa, saya sudah lakukan yang harus dilakukan. Yang penting sekarang nafsu makan Rara membaik banget! Alhamdulillah :)

Thursday, August 21, 2014

Finding Sin She

 

Anak kecil memang sering batuk pilek. Katanya itu sudah biasa. Anak kecil mengalami ping pong batuk pilek. Katanya itu juga biasa, apalagi kalau beraktivitas di sekolah.

Tapi bagaimana kalau anak batuk pilek, begitu sembuh batuk pilek lagi, begitu seterusnya. Memang katanya ‘biasa’. Namun kalau berlangsung selama berbulan bulan, dan selalu diikuti batuk yang menyakitkan, anak yang tadinya termasuk di persentil bawah, lalu makin kurus dan kurus hingga rusuknya menonjol, siapa Ibu yang tidak kuatir.

Raul mengalami itu sejak akhir tahun lalu. Demam sudah jadi makanan sehari hari. Nafasnya selalu berlendir. Ngga bosan saya pergi ke dokter, walaupun buku kesehatan anak sudah saya lahap dan sebetulnya tidak ada kriteria ‘harus pergi ke dokter’.  Pertama, saya sendiri sebagai ibu sudah cukup khawatir, dan saya cukup mendapat tekanan kanan kiri depan belakang, yang tidak usah diceritakan.  Judgment of being a bad mom, careless mom. Ngga ada yang bilang gitu sih, tapi yahh i can read situation lah. Pertahanan saya malah sempat jebol karena putus asa. Saya ngasih berbagai obat racikan dan sirup hasil wisata dokter, yang sebetulnya menurut dsa langganan saya, dokter yang paling saya percaya, adalah obat yang tidak perlu.  Tapi bagian diri saya yang merasa terancam, merasa perlu utk memberikan obat obat ini, salah satu alasan adalah untuk meredakan tekanan psikis yang menimpa saya, kedua.. dengan alasan siapa tahu ternyata ada sesuatu yang tidak diketahui dsa langganan saya, tapi terbaca oleh dokter lain (yah kita semua tau lah dokter pun bisa berbeda pandangan, i consider it as knowledge puzzle aja deh, ga ada yg bener atau salah), walaupun kalo disuruh berpikir tenang, otak waras saya mengatakan dsa langganan saya itu yang paling saya percaya.

Semua dokter yang saya sambangi bilang Raul ini alergi. Saya selalu memancing semua dokter utk mengarah pada TB, tapi semuanya tidak melihat TB dalam kasus batuk parah Raul yang berkepanjangan, bahkan profesor ahli paru pun tidak mengarahkan pada tes mantouk, walaupun eyangnya Raul terus nge push saya buat tes mantouk.  Saya sudah sempet men’diet’kan Raul dari aneka macam makanan (termasuk yg sebetulnya bergizi): coklat, snack, susu, telur, seafood, ahhh apalagi ya, banyak banget. Ngga ngaruh juga tuh. Obat obatan racik dan sirup dari dokter itu, lumayan meredakan gejala, yang lalu kalau habis nanti akan muncul lagi batpilnya. Saya inget saya sampai curhat pada seorang dokter dadakan yang kami temui, yang bikin ayahnya anak anak ilfeel berat dan ngga mau ke dokter itu lahi

“Dok,  kalau memang alergi, lalu nanti setelah ini kambuh lagi, masak sih harus minum obat terus Dok? Anak saya ini udah bolak balik minum obat”

“Ya iya, mau gimana lagi. Ya udah kalau mau aman, pindah atau liburan dulu ke New Zealand dulu sana”

Jadi maksudnyaahh, Raul disuruh minum obat batpil terus begituh?? Atau disuruh liburan ke luar negri?? Pak dokter ngga ngira ngira ya pasien nya ini dari golongan ekonomi mana?

Di bulan ketiga Raul batuk kronis, dia mengeluhkan sakit telinga. Tentu saya agak parno ada infeksi telinga, makanya saya touring de doctor lagi. Nah, semua dsa yang periksa Raul tidak mengkhawatirkan telinganya, padahal hampir tiap malam kami ngga bisa tidur krn Raul selalu kesakitan sekali sampai jerit jerit dan menangis. Udah batuk, demam tinggi, telinganya nyeri pula. Lengkaplah sudah penderitaan kami. Ditambah ‘judgement’ tersirat terhadap diri ini, krn anak yang kurus dan susah makan.

Lalu saya juga sempat menyambangi biotes, sebuah tes dan terapi alergi yang saya tau sejak awal bahwa ini pseudoscience.  Yah, ini lah yang namanya keputusasaan dan keputusan dlm kondisi tidak waras. Hasil tes agak tidak masuk akal krn kedua anak saya alergi terhadap banyak hal yang tidak bisa dihindari. Cmoon! Guling, bantal, debu, coklat, gula, susu (duh apalagi yaa.. termasuk makanan wajar juga alergi). Harga terapi nya pun cukup mahal. Untung saja sejak awal saya sudah dikasih perasaan ragu, sehingga saya tidak datang lagi. Hehe

Saat infeksi telinga memuncak saya juga sempat berobat ke holistic healer, salah satu pak guru saya. Di situ di accupressure, moksa, dan .. diapain lagi ya.. lupa. Sayangnya ke sana waktu lagi demam, jadi kurang optimal. Saya sih merasa nyaman ya dengan cara ini, cuma emang belum sempat balik lagi ke situ, jadi selanjutnya konsul via chat aja, dan belum diminta balik ke situ.

Saya lupa, sekitar bulan April atau Mei (Bulan ke 5 Raul batuk kronis. Yakk bayangin anak batuk terus selama 5 bln dan batuknya berat, dan saya juga menjalani sleepless nights bersamanya), ndilalah temen saya Tantri menyarankan untuk coba ke sinshe yang pernah dia datangi. Treatment nya memang pakai herbal (akar2an tanaman tapi sudah dikapsulin). Lalu saya coba lah datang ke sana walaupun tempatnya agak di ujung dunia. Namanya Sinshe Ban Hua. Prakteknya di Tubagus Angke. Datang ke sana, rasanya bukan di Jakarta dehh.. veryy old town. Kawasan ruko tua yang tampak gak elit, dan bengong lah saya begitu lihat tempatnya. Serius ini? Di situ? Dari balik kaca mobil saya lihat ruko kecil tua dengan plang kecil yang lusuh, tapi orang berkumpul banyak sekali. Ternyata itu orang orang sedang menunggu dipanggil.

Ya sudah Bismillah, apapun bisa jadi jalan kesembuhan dari Allah. Saya ke sana hari Senin, hari kerja. Kata salah satu pasien, kalau Sabtu bisa menggila lagi. Prakteknya bisa dari pagi sampai jam 9 atau 10 malam. Total jendral saya nunggu 3 jam di sana sebelum dipanggil.

Sinshe lalu memegang nadi Raul sambil terpejam sejenak

Ini paru parunya banyak sekali lendirnya, yang kanan agak lebih banyak dari yang kiri (atau ketuker ya, lupa!) Ini pasti kalau begini batuk pileknya ga sembuh sembuh. Kalo sembuh bentar lagi batuk lagi, begitu terus

(bengong)

Ini telinganya ada cairannya, kanan dan kiri, tapi yang kanan lebih banyak

(bengong lagi. I didnt tell him anything I swear!)

Yaa.. tapi semuanya bisa diobatii.. ada obatnyaa

(nyengir)

Rara juga diperiksa. Saya lebih concern ke dermatitisnya, dan berat badannya. Alhamdulillah urusan batpil, Rara ngga masalah.  Sinshe juga melihat ada lendir di dada Rara, tapi ngga parah. Nah satu laagi yang sampai sekarang masih bikin tandatanya, sinshe bilang salah satu kaki Rara lemah.  Itu saya baru tahu, tapi sekilas sih tampak baik baik saja.

Sinshe sangat ramah dan suka ngobrol. Beliau malah cerita tentang tugu pancoran dan betapa menyedihkan orang orang Indonesia saat ini lebih suka berbahasa dengan campur campur bahasa asing. Beuh nasionalis banget lah . Ohj iya beliau juga ngga setuju dengan pantangan makanan karena alergi, apalagi telur. Telur itu penting untuk otak. Kita harus makan telur, begitu katanya. Lalu kami pulang bawa oleh oleh pil herbal. Memang sih harusnya mah as a so-called smart parent harusnya saya tahu apa isinya. Saya nanya juga kok. Tapi ternyata, walaupun Sinshe orangnya ramah banget dan banyak cerita ini itu , beliau masih orang ‘tipe lama’ yang ngga merasa penting menyampaikan apa yg ada di obatnya. Tapi Bismillah aja, dari wawancara dengan pasiennya yang sudah jadi langganan berpuluh puluh tahun, dulu obatnya akar akaran beneran, pasien yang disuruh ngerebus dan mengolah. Tapi ya teteup sih, ngga tau akar akaran apa, dan sepertinya ngga akan dikasih tau.

Akhirnya... dengan susah payah saya kasih pil herbal itu ke Raul dengan cara dibuka dan bubuknya dicampur air. Jangan bayangin puyer ya. Herbal ini nggak gampang larut seperti puyer. Wujudnya seperti tanah, diaduk juga ngga larut walaupun sudah bubuk. Jadi kebayang juga ‘eewww’ nya makan gituan. Alhamdulillah Raul pelan pelan bisa kerja sama, tapi Rara enggaaa. Beliau melakukan penolakan sepenuh hati, jiwa dan raga. Ya sudah lah, daripada trauma, yang buat Rara ngga dilanjutin.

Alhamdulillah sodara sodara, 6 hari minum herbal, Raul ngga batuk lagi. Dan sejak itu hanya batpil 1x waktu lebaran kemarin, karena ketularan sodara sodara. Tapi batpilnya ringan dan sembuh dengan alami tanpa treatment macem macem. Ya Allah bersyukuuuurrr banget. Penantian 5 bulan menderita akhirnya ketemu ujungnya juga. Tentu kesembuhan ini dari Allah. Ya ya i know it’s not Evidence based medicine. Justru itu saya berharap suatu saat herbal ini maju penelitiannya sehingga bisa dipertanggungjawabkan, menjadi EBM, trus bisa jadi ‘resep dokter. Saya juga berharaaapp banget fenomena yang katanya alergi ternyata bukan ini bisa dijelaskan oleh pengetahuan kedokteran, karena sinshe juga ngejelasinnya awam banget sih, hehe. Alhamdulillah sekarang Raul makan apaa aja. Telur, susu, coklat, dan yang katanya tersangka paling utama seperti mi instan dan snack murahan sekalipun, tidak memicu Raul batuk.

Wednesday, July 23, 2014

Wednesday, June 25, 2014

The Little Observer

Raul ini observer sejati. Dia mengamati, mendengarkan, kadang keliatan kayak orang bengong ga fokus. Di waktu lain, dia menjadi menyebalkan (krn emaknya lagi capek) dengan permintaannya bikin ini itu, yang aneh aneh deh (menurut emak, yang lagi capek).

Contohnya hari ini emak baru pulang keluar rumah seharian nganterin doi olahraga plus nganter paket ke tempat yang agak jauh, lalu bocah menyambut emak yang kecapean di depan pagar, langsung nodong emaknya pake obeng entah dapat dari mana, dan botol air mineral kosong. Btw, sejak pagi emak sebenernya ngerasa ga enak badan karena kecapean outing ke mal sendirian bawa 2 bocah yang kepentingannya beda beda (Kalo mba Astri Nugraha baca ini pasti komennya: Dasar manja!! Baru 2 doang anaknya. Aahahha). Emak yang pulang berharap bisa rebahan ditodong minta nenen juga  sama yang kecil, lalu yang gede minta agar obengnya dipanasin untuk bolongin botol aqua.

Oh no... percobaan tekanan air again? Pleeease kita sudah melakukannya berulang kali hik hik. Tinggalkan akuuuuuuu... begitu isi hatiku, hihi. Sementara yang kecil mendapatkan yang dia mau.

Akhirnya setelah si kecil selesai nenen, dengan gontai emak penuhi keinginan bocah. Obeng itu emak panaskan di kompor, lalu emak lubangi salah satu sisi botol. Kali ini bocah minta bolongannya sejajar, bukan bertingkat seperti percobaan tekanan air. Oke jadi 2 lubang sejajar. Dengan muka sumringah bocah menerima botol itu lalu memasukkan sumpit di satu lubang dan tembus ke lubang lainnya.

I didnt really care what he did. Maafkan dakuu, I was suuper exhausted dan nge hang! Bantal mana bantaal.

Setelah bocah kecil selesai nenen tahap 2, mereka berdua asik entah ngapain di kamar mandi. Oke.. menurut rumus parenting, kalau ada keheningan dalam waktu lama, something not good (according to emak) is happening. Tapi emak ga peduli ah, mau basah basah sono lah, pokoknya emak leyeh leyeh dulu. Sampai kemudian emak agak takut si kecil kepeleset. Akhirnya emak ngintip.

...

...

...

Bocah mengisi  botol tersebut dan saat penuh, bocah itu berharap botolnya terguling. Tapi karena tidak terguling, dia gulingkan sendiri. Ya ampuuuun, bocah sedang mendemonstrasikan ember tumpah seperti yang ada di waterpark. Hari ini memang dia bengong lama sekali melihat ember raksasa di waterpark. Duh duh... emak jadi terharu dan merasa kasian karena emak cuekin bocah dari tadi. Ternyata dia mengamati bagaimana cara kerja ember tumpah itu.

The little observer. Bocah ini sangat antusias kalau ditunjukkan sesuatu atau diceritakan tentang suatu benda. Pada saat yang lain, dia suka merekonstruksi apa yang dia dapatkan dalam bentuk gambar atau benda rakitan (bisa dari lego, gigo, atau bahan bekas seperti botol tadi).

Contoh, bocah membuat susunan sendiri terjadinya siang dan malam berbekal globe dan lampu baca, membuat tank, space shuttle (beserta roket dan tangki bahan bakarnya karena memang itulah yang diperlukan untuk peluncuran space shuttle), helikopter, pesawat, lampu lalu lintas, kapal (yang dikasih nama sesuai dongengnya: bismarck, ms hood, yang emak pun gak tau apa apa tentang itu haha). Bocah pun hafal bangett warna warna planet, satelit, dan hafal kalo planet Uranus itu cincinnya tegak, tertuang di gambar gambarnya.  Ya Allaaaah, bocah ini cerdas sekaliii, alhamdulillaah..

Hmmm kira kira bocah model begini cocoknya jadi apa ya?

Monday, June 23, 2014

Jaga Dirimu Baik Baik Wahai Para Ayah

 

Familiar dengan berita kasus pelecehan seksual, seks bebas dini (atau tidak dini), sodomi, pedofilia, sampe perkosaan terhadap ayam??

Berita berita ‘aneh’ seperti itu semakin banyak berseliweran. Siapa yang tidak setuju dengan saya bahwa ini bencana??

Sudah lah tidak perlu saya jelaskan, kalau belum baca, please baca ini dulu

http://islamisfun.wordpress.com/2014/02/16/karena-bu-risma/

Tidak mau anak anakmu menjadi generasi rusak, rusak moralnya, rusak otaknya, akibat pornografi dan hal hal seperti itu? Terutama para ayah, saya berpesan... please... NGACA!

Pada suatu hari saya pernah sedang kumpul kumpul makan malam dengan keluarga besar. Salah satu ponakan jauh saya pinjam hp ayahnya, swipe swipe swipe... dan kemudian cekikikan. Ayahnya lalu tiba tiba menampilkan wajah kaget dan panik, lalu direbutlah hp tersebut. Saya sendiri tidak mengkroscek apa yang ada dalam hpnya, tapi saya tahu itu konten porno atau yang sejenisnya.  Saya juga tidak mikir bahwa ayahnya sengaja menaruh konten porno di hpnya, karena di hp saya sendiri saya sering heran tiba tiba ada video yang tersimpan di folder tapi tidak pernah ingat kapan mengunduhnya. Untungnya yang secara tidak sengaja tersimpan di hp saya adalah video tentang Al quran.

Saya juga sempat terlibat dalam grup whatsapp yang isinya banyak laki lakinya. Saya paham banget jaman mahasiswa dulu, anak laki laki memang kalau bicara banyak sekali konten sex joke, tapi ketika kini kami semua sudah jadi orang tua, saya merasa sangat terganggu mereka masih memelihara kebiasaan itu, apalagi dilakukannya di grup whatsapp, di mana mereka mengetikkan kata kata itu di rumah. Kalaupun kata kata itu diketikkan di tempat kerja, toh HP mereka juga akan sampai ke rumah. Para ayah ini, membawa kata kata jorok bermuatan porno ke rumah mereka sendiri, tempat di mana mereka seharusnya membangun generasi sehat. Di lingkungan saya, beberapa perempuan mengeluhkan hal yang serupa, betapa mudahnya kata kata dan materi jorok dilontarkan.

Pada suatu ketika saya mengkroscek dugaan saya ini ke grup whatsapp seorang laki laki yang sudah mengizinkan saya melihat isi grupnya. Saya masuk ke grup yang isinya laki laki semua, dan saya tidak hanya mendapati kata kata jorok khas lelaki, tapi gambar juga ada hard porn dan aneka macam gambar di mana perempuan hanya menjadi obyek mainan, obyek ketawaan.

Saya tahu, banyak teman teman beliau yang sudah berkeluarga, bahkan sudah punya anak. Asal tahu saja, walaupun gambar yang dibagikan itu bukan foto saya, menurut saya penyebaran gambar gambar tersebut adalah wujud pelecehan terhadap perempuan. Anda jadikan perempuan sebagai mainan, buat bahan cekikikan. Silakan ngeles kalau ‘ceweknya yang mau digituin’, tapi itu bukan cara seorang muslim berpikir. Perempuan itu bertugas menutup aurat dan menjaga pandangan. Laki laki juga punya tugas yang sama lho di dalam Quran. Kebayang ngga kalau ternyata foto yang Anda bagikan itu adalah foto lama seseorang yang kini sudah tobat? Tapi kalau belum tobatpun, tetap saja itu bukan hal yang benar untuk dilakukan.  Wahai ayah, wahai bunda, please hentikan juga menyalahkan pihak lain atas terjadinya kekerasan seksual. Satu pihak bilang itu akibat perempuan yang tidak jaga auratnya. Pihak lain berang dan mengatakan itu otak laki lakinya aja yang ngeres dan rusak, jadi bukan salah perempuan. Please dong kerja sama: Laki laki tundukkan pandangan, perempuan tutuplah aurat. Oke kalau belum mau plek ngikutin Al Quran, paling tidak gunakan definisi ‘aurat’ yang Anda anggap universal.

Nah sekarang bagaimana mungkin mau ngimpi punya anak soleh solehah dan istri yang solehah menjaga diri dan kehormatannya, kalau kelakuan suami adalah nyebar nyebarin pornografi. Anda mau anak Anda terhindar dari pornografi dan terhindar dari kerusakan otak akibat pornografi, tapi Anda ga bisa jaga mulut dan jari Anda menuliskan hal hal jorok dan menyebarkan gambar tidak senonoh. Kapan mimpi Anda mau kesampean wahai para ayah?

Saat bekerja di kantor, saya sendiri pernah mendapatkan pelecehan verbal dari rekan kantor, hanya karena yang bersangkutan mulutnya memang sudah terbiasa menyangkutkan segala sesuatu dengan. Oke beliau memang tidak sengaja dan minta maaf. Saking terbiasanya sampai melecehkan saja bisa dilakukan tanpa sengaja. Terdengar familiar? Ya. Sayangnya banyak laki laki masih bersikap seperti ini dan menganggap ini hal biasa. Tidak jarang orang orang ini juga kelihatan soleh dan agamis. This gotta stop. Ok? Kalau memang otak Anda sudah ada kerusakan walaupun sedikit akibat pornografi, sehingga dikit dikit mikir ngeres, carilah pertolongan.  Jangan teruskan kerusakannya ke anak Anda. Malu ketemu psikolog? Sekarang sudah banyak teknik self healing.

Lebay?

Tolong baca lagi baik baik

http://islamisfun.wordpress.com/2014/02/16/karena-bu-risma/

Anda adalah imam keluarga. Jaga dirimu baik baik wahai para ayah, dan calon ayah, dan  laki laki manapun yang mimpi punya generasi masa depan yang sehat.

 

Disclaimer: Ini bukan curhatan tentang suami yaah, karena alhamdulillah beliau sangat memuliakan perempuan

Wednesday, March 5, 2014

Raul dan An Naba

Dalam suatu perjalanan duet (bunda & raul)

Bunda: Raul, yukkk kita hafalan...

Raul: Yukk..

Bunda: Surat An Naba yaa..

Raul: Yaa

Sebetulnya si bunda belum hafal surat An Naba, sudah bertahun tahun ngafalin ga hafal hafal, haha. (otak orang tua)

Dan setau si bunda, hafalan Raul tepat sejauh hafalan bunda, kira kira setengah surat.

Bunda dan Raul (bersama sama):

Bismillâhir Rahmân ir'Rahîm

1- `Amma Yatasa'aluna

2- `Ani An-Naba'i Al-`Ažimi .

3- Al-Ladhi Hum Fihi Mukhtalifuna .

4- Kalla Saya`lamuna .

5- Thumma Kalla Saya`lamuna .

6- 'Alam Naj`ali Al-'Arda Mihadaan .

7- Wa Al-Jibala 'Awtadaan .

8- Wa Khalaqnakum 'Azwajaan .

9- Wa Ja`alna Nawmakum Subataan .

10- Wa Ja`alna Al-Layla Libasaan .

11- Wa Ja`alna An-Nahara Ma`ashaan .

12- Wa Banayna Fawqakum Sab`aan Shidadaan .

13- Wa Ja`alna Sirajaan Wa Hhajaan .

14- Wa 'Anzalna Mina Al-Mu`sirati Ma'an Thajjajaan .

15- Linukhrija Bihi Habbaan Wa Nabataan .

16- Wa Jannatin 'Alfafaan .

17- 'Inna Yawma Al-Fasli Kana Miqataan .

18- Yawma Yunfakhu Fi As-Suri Fata'tuna 'Afwajaan .

19- Wa Futihati As-Sama'u Fakanat 'Abwabaan .

20- Wa Suyyirati Al-Jibalu Fakanat Sarabaan .

21- 'Inna Jahannama Kanat Mirsadaan .

22- Lilttaghina Ma'abaan .

23- Labithina Fiha 'Ahqabaan .

24- La Yadhuquna Fiha Bardaan Wa La Sharabaan .

25. ................................

Sudah. Setelahnya si bunda belum hafal.

Tapi..... samar samar dengan suara lirih

Raul:

25- 'Illa Hamimaan Wa Ghassaqaan.

26- Jaza'an Wifaqaan .

27- 'Innahum Kanu La Yarjuna Hisabaan .

28- Wa Kadhdhabu Bi'ayatina Kidhdhabaan .

29- Wa Kulla Shay'in 'Ahsaynahu Kitabaan .

30- Fadhuqu Falan Nazidakum 'Illa `Adhabaan.

Masyaa Allah. Si bunda terbengong bengong. Bunda ga begitu menyimak Raul melantunkan sampai ayat yang mana, karena memang si bunda ngga hafal. Memang sih Raul belum menyelesaikan sampai akhir karena di tengah tengah dia bilang:  ‘bantuin dong bunda, trus gimana lagi?’

He memorizes almost all the surah, seolah olah ‘out of the blue. Ngga diajarin. Di sekolahnya hafalannya juga belum sampai situ. Tapi si bunda ingat sekali saat Raul bayi dan batita, beliau ini tukang bangun subuh (yah, jam 4-5 sudah bangun dan minta perhatian si bunda yang masih kriyep kriyep). Akhirnya si bunda ngedorong Raul pakai stroller keliling komplek di pagi buta dan langit yang masih gelap, muter 3-4 lap, dengan HP si bunda ditaruh di bagian payung stroller dan murottal juz 30 on. Karena begitu play yang terdengar pertama adalah An Naba, jadilah dalam sepanjang sejarah mendengar murottal, An Naba lah yang paling sering didengar.

Alhamdulillah, smoga jd anak soleh ya, nak. Jd hafidz (pasang mimpi dulu yaa, walo gak kebayang caranya berhubung emaknya paspasan). 20140220_181906

Sayangnya, kebiasaan itu belum dimulai lagi sejak Rara lahir, karena kondisi komplek rumahnya beda. Baiklahh, mari kita semangat lagi untuk mengkondisikan!

Sunday, February 2, 2014

Love for Allah

Pada suatu hari, Bunda bercakap cakap dengan Raul (5 tahun)

Bunda: Raul, Raul sayang sama Bunda?

Raul: Sayang...

Bunda: Sayang sama Adek Rara?

Raul: Sayang...

Bunda: Sayang sama Ayah?

Raul: Sayang...

Bunda: Sayang sama Allah?

Raul: Sayang. Raul sayang sama Allah

Bunda: Kalo ke Bunda sama ke Allah, lebih sayang ke yang mana?

Raul: Lebih sayang Allah...

Alhamdulillah

Friday, January 31, 2014

My Hijab Journey

Ini tahun 2014. Jadi, saya sudah berhijab konsisten selama kurang lebih 16 tahun. Alhamdulillah, sudah lama juga ya, dari 1998. Saya memutuskan untuk konsisten memakai, setelah sebelumnya Cuma kadang kadang pakai, yaitu sejak sekitar tahun 1992.


Yup. 1992. Angka yang jadul banget yah. Itu saat saya kelas 4 SD. Mungkin 1993 ya (kelas 5), saya tidak terlalu ingat pastinya.


Ada keluarga yang pakai jilbab? No


Bapak kyai? No


Ibu ustadzah? No


Sekolah di pesantren? No. Saya sekolah di sekolah umum yang multikultur multiagama. Dalam 1 kelas, saya punya teman teman Sasak, Bali, Jawa, Sunda, Bugis, Islam, Kristen, Katolik, Hindu. They are all great people. Love them


Saat saya kelas 4 SD, saya tinggal di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Saya tidak mengenal 1 orang pun yang sehari harinya pakai jilbab rapat. Jilbab sih sudah dikenal, buat dipakai kalau lebaran dan hari raya lain, atau waktu kasidahan. Tapi untuk sehari hari? Hmm agak agak lupa sih ya. Rasanya nggak ada. Mungkin ada sih anak IAIN, tapi saya tidak, terlalu ingat. Saya Cuma ingat papa mama saya agak agak melihat saya aneh. Tapi mereka ngga melarang sih, karena mereka orang tua yang sangat demokratis.


Jadi, 2 kali seminggu, datang guru ngaji. Awalnta guru ngaji saya adalah pegawai papa di kantor. Saya ingat saya memanggil beliau Pak Pah ( ternyata namanya Fachruddin), orang Sasak asli. Beliau yang mengenalkan saya dengan tajwid. Lumayan lah, karena bimbingan beliau saya juara 1 lomba tajwid di sekolah. Not bad , hei? Hihi. Pak Pah ini fokus di mengaji, membaca AlQuran. Membaca saja. Lalu entah apa sebabnya agak agak ngga ingat, guru ngaji diganti oleh seorang mahasiswa IAIN (Ya Allah, maafkan aku pak, aku melupakan namamu). Rupanya ilmu beliau tidak hanya di membaca saja, tapi kami juga sering mengkaji.


Dari pak mahasiswa IAIN ini lah saya dikenalkan dengan ayat hijab. Begitu jelas. Perintah Allah. Batasannya juga jelas. Bukan tipe tipe ayat yang butuh mikir apaa yaa ini maknanya. Ayat ini membuat saya mikir berhari hari (atau berbulan bulan ya). Ya, saya masih kelas 4 atau 5, saya lupa. Entah kenapa saya tidak mempertanyakan kenapa orang orang di sekitar saya tidak berhijab. Mama saya saja tidak tahu tentang ayat itu. Saya hanya fokus pada perintah Allah itu. Tidak lama kemudian saya sering  ke mana mana pakai kerudung, dengan keterbatasan pakaian. Dulu fashion ngga seperti sekarang. Nyari padanan baju panjang aja susahh sekali. Saya ingat foto foto saya berjilbab di saat SD itu old-fashioned banget, bahkan untuk penilaian di jaman itu. Saya sendiri tidak pernah merasa PD dengan fashionnya. Saya sering merasa baju saya tabrak lari dan ngga ada bagus bagusnya. Saya bahkan ngerasa seperti ‘tante tante’. Tapi dari hati saya yang terdalam, saya lebih suka berpakaian seperti itu daripada tidak pakai kerudung rapat. Saat itu mama saya membebaskan saja. Papa saya malah berpikir ini Cuma emosi sesaat, haha.


Boleh saya ulang bahwa saat itu saya tidak mengenal siapapun yang berhijab rapat sehari hari? Saat itu belum ada dakwah intensif seperti sekarang. Tidak ada panggilan ana, anta, anti, ikhwan, akhwat, ucapan barakallah, jazakillah, dll yang sering terdengar sekarang. Tidak pernah pula sedikitpun pernah mendengar istilah salafi atau wahabi, yang konon kabarnya di masa kini ‘dipersalahkan’ sebagai penyebab terjadinya apa yang segolongan orang sebut arabisasi ini (jilbab dianggap budaya arab yah menurut pak Quraish Shihab? hihi. Hadeehh saya punya opini khusus soal yang satu ini, tp kapan kapan aja ah bahasnya). Saya hanya ditunjuki Al Quran. Itu saja. Jelas jelas perintahnya ditujukan ke wanita muslim, bukan orang Arab. Al Quran memang dari Arab. Yes. Kalo memang mengikuti Quran disebut arabisasi, well, ya sudahlah, pakai saja istilah itu. Let say im a victim of arabisasi. Hehehehe.. I’m an aware victim. So no problem. 


Masuk SMP, saya menunjukkan keseriusan dengan mengajukan proposal pada papa untuk mengenakan jilbab di sekolah. Saat itu tidak direstui. Sebenarnya bukan karena tidak demokratis. Tapi papa belum mengerti bahwa ini kewajiban, dan papa takut ini masih gejolak kawula muda yang mencari jati diri. Rasanya mama malah sempat bilang, nanti saja pakai kerudung kalau sudah menikah. Tapi ya sudahlah. Saat itu saya sangat orangtua-minded, maksudnya saya sangat mengagungkan kepatuhan terhadap orang tua. Jadi saya nurut aja. Yaa memang nyatanya saya ternyata mengalami masa abg yang banyak gaya, ngeceng sana ngeceng sini, hihi. Dulu lagi musim nge gank, populer2an, ada pemilihan king queen segala di sekolah (zzzz ga penting banget deh penobatan itu). Tapi saya ngga pacar2an seperti yang lain. Bukan karena haram (blm tau apa apa tentang itu), tapi karena kata papa nanti aja pacarannya kuliah tingkat 2.  Jadi ya sudah saya terima nasib saya ngeceng ngeceng saja. Lebih enak ngeceng, bisa banyak yang dikecengin. Haha.


Daftar SMA, lagi lagi saya mengajukan proposal untuk pakai jilbab. Alhamdulillah, melihat kesungguhan saya, papa restui. Yippiiiie. Masa MOS diwajibkan pakai baju SMP, so saya masih pakai setelan gaul itu. Begitu selesai MOS, pakai baju SMA yang tertutup. Alhamdulillah, i’m so relieved, walaupun –waktu itu-, saya lebih suka melihat muka saya tanpa jilbab daripada dengan jilbab, karena muka saya bulat, dan jilbab segiempat itu bikin muka saya terlihat tante tante. Tapi ya itu tadi, saya merasa ada kebebasan di dalamnya.





Alhamdulillah yaaa sekarang gampang banget cari baju. Mau pakai abaya polos aja ngerasa cukup pede, karena cuttingnya bagus, bahan kerudung juga bagus bagus. Thanx to fashion ;p  Makin ke sini baju saya semakin longgar tapi ngga old fashioned, makin longgar saya merasa semakin bebas, selain bebas badan ngga jadi obyek pandangan/syahwat, saya juga jadi merasa bebas dengan keterikatan harus tampil jadi pusat perhatian, keterikatan dengan bagaimana orang melihat kita secara fisik. Potensi penyakit hati dengan berhijab makin longgar sih tetap ada, tapi potensinya sudah jauh dipangkas:) and i'm so happy with myself now.

Disclaimer: Sungguh saya baru tahu kalau hari ini adalah Hari Hijab Internasional. Tiada sedikitpun terbersit menjadikan hari ini spesial secara spiritual, karena memang tidak ada tuntunan apapun. Ini juga kayaknya baru baru dicanangkan ya, ga tau juga, kok tiba2 hari ini seliweran Hijab Day di newsfeed FB. Selama bukan terkait ritual, saya mengambil pilihan untuk membolehkan menjadikan hari hari tertentu sebagai 'momen khusus untuk menjadi reminder.


Friday, January 24, 2014

Tugas yang Sesuai dengan Usia Anak

 

Dapet ini dari sini: http://www.flandersfamily.info/web/wp-content/uploads/2013/11/Age-Appropriate-Chore-Chart-for-Children.pdf

Buat catatan pribadi

housechores

Saturday, January 18, 2014

Pede Bicara Seksualitas pada Anak

Tulisannya masih berantakan paragrafnya, haha... dah malem ah benerinnya besok aja.. *kalo sempet*

*prolog macam apa ini*

*kalo nunggu editing sempurna bisa gak kelar2 ini tulisan, nasib emak emak :D*

*abaikan*

Hari ini menghadiri seminar parenting mengenai PD Bicara Seksualitas pada anak, oleh Elly Risman.

Sepertinya sudah banyak ya peserta seminar beliau yang menjelaskan gambaran besar perhatian bu Elly Risman, yaitu masalah pornografi dan media.

Supaya nggak capek nulis (hehe dasar males), berikut ini salah satu blog yang membahas seminar Ibu Elly Risman http://sovianavratilova.wordpress.com/2012/09/03/anak-anakku-generasi-z-catatan-dari-tetralogy-seminar-supermoms/  (halo teh Ivaa, numpang masukin link yaah hiihi). Tadi ngga dibahas sih topik keseluruhan tetralogi supermoms. Tulisan tersebut buat intermezo tulisan saya aja :D  Untuk pembuka, tadi juga dipaparkan fakta fakta baru, betapa anak anak tidak dibekali tentang bagaimana menjaga tubuh dan kehormatannya. Jangan salah, dengan rasa ingin tahu yang besar tentang apa yang mereka lihat dari tivi dan majalah, mereka akan meniru, walaupun ngga ngerti. Merinding gak sih diceritain ada anak kecil (lupa umur berapa, kayaknya 5-6 tahun?) dateng ke ibunya ngomong: “mamah mamah tadi aku sama temen main bercinta bercintaan doong”, apa coba yang mereka lakukan. Hmm.. ga tega menuliskannya di sini.

Fokus seminar yang saya ikutin lebih ke arah bagaimana membicarakan seksualitas pada anak. Emang sepenting apa sih? Kenapa harus dibicarakan? Tabu banget yaa bicara masalah giniaan.

Oh iya ketika ngomongin seksualitas, kita bicara jg mengenai totalitas kepribadian; apa yang dipercayai, dirasakan, dan bagaimana bereaksi ; bagaimana berbudaya, bersosial, dan berseksual ; bagaimana tampil ketika berdiri, tersenyum, berpakaian, tertawa dan menangis ; bagaimana menunjukkan siapa diri kita. So... bukan masalah yang ‘whatever you are thinking now’ aja yaa...

Nah, sudah nggak jaman lagi kita tabu tabu ngomongin ginian. Media aja udah ngga tabu nampilin yang begini. Adegan porno aja tersebar mudah di ujung buku jari, sinetron abg yang yah you know lah, isinya cinta cintaan, rebutan pacar, bullying, dll. Kalo kita masih aja malu malu ngomongin ini ke anak, ehhhh siap siap aja diambil sama media, diambil sama tayangan tayangan gak mutu di stasiun stasiun televisi kita, acara2 ga jelas yang isinya bullying, slapstick, penampilan alay, penampilan host yang melambai, dan joget joget kesurupan. Yahhh gimana anak2 kita gak makin banyak yang melambai kalo yang di tivi lihat begituan.

So... seminar ini ngasih petunjuk bagaimana berbicara pada anak, dengan memperhatikan karakter komunikasi anak juga, selain usia, kemampuan berpikir, dan perkembangan emosi.

MEMBUAT KURIKULUM

Oke pertama tama, kita harus siapkan ‘silabus’. Materi apa saja yang mau kita kasihin ke anak. Tulis ya ibu bapak. Pajang di tempat yang kita lihat setiap hari. Boleh cermin  tempat kita dandan, boleh lemari baju, dll.  Berikut ini contohnya yaa




























KegiatanMentorJadwal
Penjelasan dampak TV, plus minus tv, i nternet, PS, HP, dllAyah BundaNovember
Penjelasan persiapan BalighAyahDesember
Bagaimana bergaul yang baikBunda, KakakJanuari
Konsekuensi menjadi orang dewasaAyah BundaFebruari

 

Okay, that schedule above sounds strict ya. Santai aja. Ini Cuma buat pengingat kok. Aplikasinya mah silahkan atur atur aja dan ngga harus saklek jadwalnya. Masalahnya, kalo ngga bikin ginian, kita banyak lupanya (haduhhh saya bangett hiks).

Tabel di atas hanya contoh, silahkan atur atur lagi hal apa yang ingin kita bicarakan ke anak. Lihat lihat usia anak juga yaa. Bahasan yang berat ya simpan untuk umur yang lebih besar. Kalo anak 4 tahun diajak ngomongin konsekuensi jadi orang dewasa, ya kayaknya rumit juga yah, haha.

PETUNJUK MENJAWAB PERTANYAAN ANAK

Bu Elly menunjukkan hasil survei ke anak SD, sekitar kelas 4-5, yang berisi pertanyaan apa saja sih yang mereka penasaran sama jawabannya, terkait seksualitas. Hasil surveinya mengagetkan, pertanyaannya... mengerikan mengerikan, kalo  buat yang asalnya konservatif seperti saya. Nih contoh:

-          ML itu apa sih?

-          Malam pertama itu apa?

-          Kenapa kok kondom ada rasanya?

Sulit dipercaya bukan. But hey, that’s the fact. Ya sudahlah kita harus melanjutkan hidup kita kan. Nyatanya anak anak kita memang mikirin hal itu. Mending kita fokus menghadapinya saja.

Berikut urutan menjawab pertanyaannya (urutan ini harus dilatih. Serius, kalo ga dilatih tetep aja gelagepan biarpun tahapan berikut sudah dihafal luar kepala)

  1. Tenang dan kontrol diri

  2. Tarik nafas panjang, santai ajaaaa.....

  3. Cek pemahaman anak


“yang kamu tahu tentang itu apa?”

Inget, jangan bertele tele nanya tau dari mana, bla bla.. fokus aja sama pemahaman anak sejauh apa, so kita bisa jawab tepat sasaran

  1. Kalo kita merasakan sesuatu, katakan (opsional)


Misalnya kita mau mengekspresikan kekagetan kita (karena sudah kadung berekspresi kaget misalnya, hihi). Contoh: “Waahhh bunda kaget nak, ga nyangka kamu nanya itu”

  1. Jawab pertanyaannya. Khusus point nomer 5 ini, ada tipsnya

    1. Tangkap inti pertanyaan. Bisa jadi anak nanyanya juga agak panjang. Kita sendiri yang perlu mencerna, intinya apa sih, supaya jawabannya juga bisa tepat sasaran

    2. Beri jawaban yang terbaik saat itu dan kaitkan dengan norma agama

    3. Kaitkan dengan seseorang yang dekat dan dikenal anak

    4. Pendek dan sederhana




Kalau tidak bisa jawab/belum tahu, tunda dengan jujur. Tapi kasih tenggat waktu, asal jangan kelamaan. Minta waktu 1 hari deh.

Kalaupun kita memang perlu menjelaskan dengan panjang lebar dan tinggi, jawabannya tidak usah diborong saat itu juga, karena otak anak anak ternyata tidak bisa mencerna informasi yang terlalu banyak. Rule of thumb nya, cukup jawab 15 kata. Singkat, padat, efektif. Kalau masih perlu menjelaskan, jelaskan di lain waktu. Jawaban penuh dibagi menjadi beberapa sesi, namun 1 sesi punya kesimpulan kunci. Bu Elly menyarankan kesimpulan kunci itu terkait dengan akidah, wujud taqwa pada Allah

 

ILUSTRASI PERCAKAPAN

.......

(tulis nggak yaaa.... spoiler dong buat anak anak remaja, hihi)

 

PERSIAPAN MENJELANG BALIGH

Buat anak laki laki yang mulai ada tanda tanda mau puber

-          Jelaskan perbedaan mani dan madzi

-          Jelaskan tentang mimpi basah

-          Terangkan mengenai kewajiban menjaga pandangan dan kemaluan

-          Kasih tau bahwa setelah puber, mereka sudah menjadi dewasa dan menanggung konsekuensi amalnya masing masing

-          Jelaskan alat reproduksi laki laki

-          Cara bersuci

Buat perempuan

-          Jelaskan alat reproduksi perempuan

-          Terangkan mengenai kewajiban menjaga pandangan dan kemaluan

-          Jelaskan apa itu menstruasi, bagaimana terjadinya

-          Kenalkan jenis jenis pembalut. Bekali anak dengan pembalut walaupun dia belum menstruasi, tapi sudah ada tanda tanda mau puber

-          Cara bersuci

-          Cara membersihkan darah haid pada pembalut, belajar bertanggungjawab atas yang keluar dari kemaluannya, termasuk ga jijik dan sembarangan buangnya.

Love you, Allah

Pada suatu saat, pada titik (yang kuanggap) terendah di mana aku sedih, merasa tidak berharga, kadang pengen mati aja (kalau dirunut ada gejala depresi), aku (sekarang) merasa, saat itu justru Allah sedang sayang sekali padaku. Jadi ketika itu, ketika aku benar benar merasa hilang pegangan, dengan sepenuuuuuhhhh hati, jiwa, dan raga, aku sujud, aku menangis sejadi jadinya, curhat habis habisan pada Allah, minta tolong pada Allah. Aku merasakan benar benar tidak bisa mengandalkan siapa siapa, merasa sendiri. Allah yang maha penyayang, dengan cara memberiku kejatuhan mental sedemikian rupa, di sisi lain justru membangkitkan rasa keberserahan yang total. Aku lemas. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Jadi aku serahkan hatiku, rasa sedihku, pada Allah.

Aku tidak tahu ada momen khusus apa sehingga aku merasa jauh lebih tenang. Makin ke sini, makin tenang, makin bersyukur, makin bahagia. Bersyukur sekali punya teman teman yang soleehaaah di grup whatsapp. Di grup makin sering saja membahas perenungan mengenai diri sendiri, betapa Allah sudah memberikan porsi peran kita di dunia, betapa kita sudah ditakdirkan dan diserahi peran sesuai kapasitas dan karakter kita, menjadi ibunya si A dan si B, menjadi istrinya C, menjadi anaknya D. Di saat yang sama juga aku mencoba ikut grup TDOJ, mengintensifkan tilawah, yang berasa juga punya peran mendamaikan hati, mulai mendoakan orang orang di sekitarku yang selama ini mungkin aku anggap berandil dalam penderitaanku, Allah pun mempertemukanku dengan orang yang belajar mengenai pembersihan hati. Selain itu Allah pun memunculkan seseorang yang membuatku ingat bahwa aku pernah belajar teknik self healing yang sebenarnya sudah lama aku pelajari tapi memang aku tidak pernah meluangkan waktu untuk praktek, sehingga akhirnya aku praktek lagi.

Aku yakin, karena kehendak Allah, karena resultan dari hal hal yang aku mulai lakukan untuk berdamai dengan diri sendiri, juga hal hal yang secara langsung Allah beri padaku,  things have changed. Bukan cuma aku yang menjadi lebih tenang menyikapi realita yang tidak sempurna, tapi... realita itu sendiri juga berubah, atas kehendak dan kasih sayang Allah, tentunya. Akupun mengambil kesimpulan, fokuslah dengan memperbaiki respon kita terhadap masalah, besarkan energi kita, dan lihatlah bagaimana lingkungan kita berubah. Syukurku pada Allah yang menjatuhkanku sehingga aku bisa tunduk dan berserah total. Syukurku pada Allah yang sayang dan mau mengangkatku dengan memberikan jalan jalan solusi untuk dilalui.

Laa haula wa laa quwwata illa billaah....

Surah ke-94. 8 ayat. Makkiyyah  (sumber tulisan di bawah: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-insyirah.html)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.


Ayat 1-8: Kedudukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan ketinggian derajatnya, serta perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam agar terus berjuang dengan ikhlas dan tawakkal.


أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (١) وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (٢) الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ (٣) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (٤) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٦) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ   (٨)


Terjemah Surat Al Insyirah / Alam Nasyrah Ayat 1-8


1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?,


2. Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,


3. yang memberatkan punggungmu,


4. Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.


5. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,


6. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.


7. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain),


8. dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.



Tafsir bisa dilihat di  http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-insyirah.html  

NAFAS dan Pengelolaan Emosi

Hari ini menghadiri seminar parenting mengenai PD Bicara Seksualitas pada anak, oleh Elly Risman. Di situ beliau menyinggung tentang nafas. Apabila anak anak kita bertanya pada kita hal hal yang mengagetkan (biasanya yang terkait seksualitas itu serba mengagetkan), maka tips nya adalah mengambil nafas panjang dan hembuskan. Sapaaa yang ga kageet kalau anaknya yang masih 5-8 tahun nanya apa bedanya sotomie dan sodomi? Oh nooooo...


Menurut bu Elly, saat kita kaget, itu adalah saat gerbang bawah sadar terbuka (aduh beliau nyebutnya bawah sadar atau apa ya, mohon maap kalo salah ya bu Elly, huhu). Nah, dengan cara mengatur nafas, kita bisa melepaskan emosi batin kita (lagi lagi maaf kalo istilahnya salah, saya ingetnya ‘emosi batin’). Jadi sebelum menjawab dengan tenang, atur nafas dulu. Inhale..... exhale... 


Saya mau nyambung nyambungin aja dengan ilmu yang saya pernah dapatkan sebelumnya dari guru yang berbeda. Saat ikut nonton bareng film Birth as we know it bersama mas Reza Gunawan (praktisi Holistic Healing), kami peserta nobar mendapatkan pesan untuk keep breathing saat melihat pemandangan yang mengagetkan. Sekedar info, di film tersebut banyak sekali adegan melahirkan tanpa sensor, dan kita pasti tahu banget bahwa image melahirkan selama ini adalah mengerikan, sakit, dan dengan image tersebut yang tertancap dalam di bawah sadar kita, kita disuruh nonton kepala bayi crowning lewat jalur lahir, mungkin ada darahnya pula, kebayang nggak gmn bakal mengagetkannya dan mengerikannya melihat adegan tersebut?? Beberapa mungkin akan melihatnya sebagai disturbing video. Ada juga yang melihatnya sebagai pemandangan yang indah dan menakjubkan (melihat awal perjalanan manusia melihat dunia). Disturbing atau menakjubkan, tergantung apa belief kita di awal mengenai melahirkan.


Sangat disadari mungkin trauma akan bermanifestasi ketika menonton adegan tersebut. Ketika dalam kondisi kaget itu kita malah menahan nafas, traumanya malah makin nancep deh. Justru dengan tetap bernafas, kita bisa melepas emosi batin yang jelek jelek (lagi lagi kalo istilahnya salah mohon maap yaa, ya intinya gitu deh hihi). Nyambung yaaa sama bu Elly :) Waahhh ternyata manfaat nafas itu begitu yaa..


Nahh nyambung lagi ke Reza Gunawan, beliau membahas nafas juga nih untuk pengelolaan stress, emosi, dll. Wawancara beliau di NET TV bisa dilihat di sini.


Baiklaaah. Selamat Bernafas:) Jangan lupa syukuri paru paru yang sehat dan karunia oksigen di alam buat kita;p


Alhamdulillaaaaah:)

Monday, January 13, 2014

Istri atau Asisten Rumah Tangga?

Beberapa hari yang lalu, newsfeed FB saya ramai oleh link berikut ini

http://www.rumahfiqih.com/m/x.php?id=1389123555&istri-atau-pembantu-rumah-tangga.htm

Ngga usah disalin di sini yaa, silahkeun meluncur pada link di atas. Intinya... dalam islam, istri yang dianggap wajib mengerjakan pekerjaan rumah (ngepel, masak, nyuci, dll) itu sebenarnya salah kaprah, karenaa... ya memang tidak wajib, hehe.

Lalu berlangsunglah diskusi ini di grup liqo yang saya ikuti:

(sementara pake nama samaran dulu, kecuali nama saya sendiri, hhihi)

PART ONE. PROLOG

Tyas: Saya kok agak kurang sreg ya

Soalnya inget kisah yg fatimah lg giling gandum terus Rasulullah datang...terus fatimah minta pembantu..sama rasul ga boleh..krn pahalanya besar

Ada tetangga curhat istrinya tiba2 minta pembantu..minta rumah..kyknya istrinya abis baca artikel ini

rika | Rika: Tyas, imho, kalo blm punya art dan suaminya punya uang, kasih aja ART napa sih

Nah kalo ga punya uang buat hire art, kasihtau ke istrinya.. “kalo papi hire art, kudu potong uang belanja, mami mau?”. Suruh istrinya milih.

...Walopun aku jg masih tandatanya ttg hubungannya dgn fatimah n gilingan gandum

 

(bagi yang masih bingung apa maksudnya Fatimah dan gilingan gandum, monggo browsing aja yaa..  bisa kepanjangan kalo dishare di sini)

Kira2 ada maksud apa rasul sampe membiarkan anaknya keletihan seperti itu

Apa mungkin krn 'menghormati Ali sebagai suami, sebagai wali dari fatimah?

Saat itu kan Ali memang termasuk tidak punya ya, so istrinya harus bersabar

Tp itu kesimpulan saya sdiri yaa, jgn dijadikan rujukan, ehe

Dian: Yg fatimah n gilingan gandum mkn lebih ke ngajak fatimah utk pengertian dgn kondisi suami yg pas2an

rika | Rika: Kayaknya akan lebih imbang kalo kesimpulan fatimah n gilingan dimasukkan ke penjelasan ust sarwat ya

Jd gak dipelintir oleh oknum istri

Dian: Yg kurang sreg dari artikel itu yg bagian kewajiban istri hanya di urusan melayani kebutuhan seksual.

rika | Rika: Krn ini yg sifatnya halal haram, dosa, gt kali ..

Tyas: Nah yg saya sesalkan tuh..artikel ini mungkin bikin sebagian istri yg tadinya ikhlas..mengerjaan pekerjaan rumah krn berharap pahala teteskeringat krn mengrjakan keewajibannya sebagai seorang istri..jd "oooh jd ngga wajib toh..pahalanya ga pol dong..bukan pahala wajib"..dan jd nuntut macem2 ke suaminya..selain tetangga..gurunya sodara saya...dia bahas artiukel ini dr sudut pandang gitu...jd dia baru tau dan merasa selama ini rugi..

Dian: Iya mmg artikel ini harus dipahami hati2. berpotensi salah persepsi. Jujur kmrn stlh baca artikel ini sy sempet bbrp detik kepikiran 'wah alhamdulillah brarti gpp/ga dosa kl ga masakin sarapan suami, ternyata bkn kewajiban'. Jd tergoda buat nyantai pagi2 ga masak sarapan hehe.

Adya:  Sy mah klo baca artikel macam gini, bukan ikjlas ga ikhlas sih jdnya, tp ceritanya bertekad ngajarin ketrampilan ngurus rumah, baik ke anak cewe maupun anak cowo dengan tanggungjawab yg sama. Karna itu kebutuhan hidup. Karna ini kebutuhan hidup. Klo mau makan ya hrs bikin dulu dll... Bukan layan melayani

Tyas:  Buat yg sekedar baca..tidak sampai merenungkan hikmah, dsb..emang jd provokatif sih artikel ini

PART TWO. WEJANGAN SERIUS

Wejangan bu Elma Fitria (yang ini namanya beneran)

Setuju urusan rumah tangga adalah tentang memenuhi kebutuhan, bukan hubungan ordinat dan subordinat. Kata "melayani" suami dalam Islam , setau saya konteksnya di kamar.

Lalu kenapa seringnya istri yang menyediakan kebutuhan suami ? imho, paradigma yang tepat adalah bagi tugas, dan karena saya mencintai suami saya, i want to make everything easier for him karena suami sudah berlelah lelah menyediakan kebutuhan sekeluarga uang suami adalah uang keluarga. uang istri adalah milik istri sendiri.

Suami harus siap dihisab atas kesalahan anak istrinya, sementara istri dan anak tidak perlu menanggung hisab atas salah suaminya. Urusan rumah tangga, kalau wajib mah ya memang engga. Rasulullah juga pernah, bbersih rumah, masak sendiri, jahit sendiri, dll. Jadi ini tentang bagi tugas dalam memenuhi kebutuhan keluarga, dan ekspresi cinta untuk masing2 pasangan.

Ini tentang bermain secara tic tac, mana yang dioper sebagai tugasmu, mana yang dioper sebagai tugasku. and together we’ll reach our purpose, mendapat ridha Allah SWT

Kalau yang fatimah, setau saya, fatimah itu minta khadimat ke Rasulullah saw yang baru saja pulang perang dan bawa orang2 semacam "rampasan" perang, jadi biasa diperbantukan sebagai budak

Fatimah pun meminta atas persetujuan Ali

Rasululullah menolak permintaan Fatimah

Lalu Rasulullah mendatangi Fatimah dan Ali. Melihat sendiri kondisi mereka yang teramat sederhana. Alas tidur hanya tikar, selimut hanya nutup setengah badan, dll.

Lalu Rasulullah bersabda, "maukah engkau aku tunjukkan yang lebih baik daripada yang kau minta"

"tasbih sekian kali, tahmid sekian kali, tahlil sekian kali, setiap selesai shalat. Sungguh itu lebih baik bagimu"

oia kalau ga salah itu teh setelah Rasulullah meminta si penggilingan menggiling sendiri ya ?

hadeuh harus baca shirah lagi, rada campur aduk ingatan

mungkin ada yang bisa bantu cari link nya   ?

yang penggilingan itu berputar sendiri, Rasulullah kan bilang tentang begitu banyaknya pahala yang mengalir dari setiap butir gandum yang digiling, diolah, lalu dinakan, dari setiap helai rambut anaknya yang disisir, dst ...

jadi pahala urusan rumah tangga dan merawat anak itu sangat besar

Wejangan Teh Patra (namanya beneran juga)

Berikut ini penjelasan Ibu Mentor:

Begini begono buibu...kewajiban istri itu yang disebut langsung dalam Islam 'Hanya' masalah seksual ini.

Wajib itu artinya : kalau dikerjakan mendapat pahala, kalau tidak dikerjakan hukumnya Dosa

Karena satu2nya kebutuhan laki2 yang hanya bisa dipenuhi dengan menikah ya kebutuhan seksual itu.

(Brarti masalah ini sebenernya masalah yg besar dan penting ya

Iya si, soalnya zina tu hukumanny Rajam

Kebutuhan makan, nyuci, dll mah jadi bujangan juga oke)

Setelah menikah, pemenuhan hal2 lain itu bisa didelegasikan..kecuali satu. Ya kebutuhan biologis itu

Berbeda dengan wanita, laki2 yang kebutuhan biologisnya tidak tersalurkan, akan mengganggu ibadahnya. Bahkan akan menggiringnya pada dosa besar.

(Hmnmm.. tugas pria dan wanita itu memang sudah ada porsinya masing masing yaa. Please see… setara ibu bukan sama, setara itu sadar dengan hak dan kewajibannya masing masing)

Bayangkan betapa menderitanya suami yang tidak terpenuhi kebutuhannya oleh istri. Sudah lelah bekerja, uangnya dihabiskan pula oleh keluarga. Kebutuhannya malah tidak terpenuhi.

Istrinya obsesif lagi..boro2 ngasih jalan poligami. Kalo cuma mau dapet rumah rapi sih bayar pembantu aja..murah. Nyuci kiloan..murah. Makan beli jadi..apalagi istrinya juga ga jago masak..heu..

(Bukan 'hanya' ya klo gt.... Menjaga dr dosa besar)

Dalam Islam, zina itu haram. Hukumnya rajam. Bahkan harus menundukkan pandangan. Maka tugas istri adalah menyediakan semua kebutuhan yang seperti itu dan halal. Dan itu sebetulnya tugas yang berat.

Harus selalu siap kapanpun diperlukan. Bahkan kata Rasul walaupun di atas punggung onta.

Kata Rasul..seorang laki2 yang tergoda di jalan hendaklah segera pulang dan menemui istrinya. Tentunya bukan utk bantuin cuci piring kaan?

(Jdaaang…. Wikikikik)

Nah..istri itu harus standby dengan kondisi suami begitu.

Btw itu perumpamaan paling ekstrim..di atas onta. Meureuuun..dulu waktu para kafilah dagang pergi perjalanan berminggu2..kalo butuh ya harus bisa di atas onta..hehehe

Ini yg kebanyakan istri ga ngerti. Ini yg menyebabkan banyal perselingkuhan dan perceraian

Istri sibuk mengurus rumah..ketika suami butuh kabur...alasannya lelah. Lalu suami harus bagaimana? Bersabar??

Jadi, frame kewajibannya kita harus tau dulu. Kewajiban ini prioritas utama.

Selanjutnya hanya bumbu cinta...masak enak, rumah rapi, baju harum, pekarangan indah berbunga.

Ga perlu disuruh, itu bukan kewajiban. Tapi itu tambahan pahala yang Allah sediakan untuk para istri sholihah.  Semuanya dilakukan untuk menambah rasa cinta dalam rumah tangga..menambah mood juga untuk bercinta. Nah..kalo kebalikannya ya jadi salah. Pekerjaan sampingan menguras energi untuk melakukan hal yang wajib..

Intinya..kenapa laki2 mau nikah? Utamanya karena kebutuhan bioligisnya harus terpenuhi.

Untuk itu dia harus membayar mahal : menafkahi istrinya lahir batin

Kalau anak kan asset ya,  invest ...laki2 ngurus anak..nanti yang ngurus dia kalo tua kan anaknya. Tapi istri ini biaya, cost.

Nah..ketika laki2 dapat pemenuhan ini tanpa harus menikah, tentunya mereka bersuka cita..enak bisa makan sate ga usah miara kambing..heu..

Makanya pernikahan makin lama makin ga laku.

Yang paling diuntungkan dengan gerakan para feminis itu ya para lelaki..

Perempuan bisa cari duit sendiri..laki2 enak.

Perempuan ga mau nikah..tapi mau nyodorin tubuhnya gratis yaa bagaikan kucing ditawarin ikan asin. Kucing persia aja tergoda.

Dalam islam, cerai itu di tangan suami. Mengapa? Salah satunya karena secara finansial yang paling dirugikan dalam cerai itu ya suami. Udah banyak keluar duit, bayar mahar, nafkahin istri..trus masih harus bayar gono gini.

Kalo istri kan mau cerai tinggal pake perasaan aja..hehehe..

PART THREE. EPILOG

Apaan yahh penutup dan kesimpulannya?

Kesimpulan saya ini ya:

1.       House chores memang bukan kewajiban siapa siapa (suami atau istri), tapi secara umum itu memang kebutuhan pribadi manusia, so ya kerjasama dan atur atur aja dehh. Kalo istri ga mau ngerjain rumah tangga ya gapapa, artinya siap uang nafkah dipotong buat ngebayar ART. Hihi..

2.       Ajarin anak laki untuk survive mengerjakan urusan rumah tangga juga, karenaa…. Bukan kewajiban istri :D Sooo ini modal buat teamwork saat menikah nanti.

3.       Urusan pemenuhan biologis itu adalah hal yang serius. Bukan HANYA. Apalagi buat laki laki.

4.       Artikel Pak ustadz itu membicarakan strict mengenai masalah hak dan kewajiban, fokus terhadap yang disebut sebagai ‘kerjaan pembantu’. Okee? Belio hanya membicarakan 1 aspek saja dalam pernikahan. Tentu tidak salah, krn memang artikelnya fokus membahas itu. Tapi sebagai suami istri, yang membina rumah tangga, please see it in a bigger frame. Pernikahan itu bukan sekedar suami wajib ini istri wajib itu, pernikahan jg mengenai memberi dan menerima, mengenai cinta, komunikasi, kerja sama, semua itu pake SENI, juragan. Yang lain lain ini dibutuhkan sekali dalam rangka kompak beribadah pada Allah.

Demikiaaaaannnn ringkasan liqo kali iniiih.

Wassalam:)