Wednesday, November 28, 2012

Raul 2 Tahun

(ditulis 3 Desember 2010 di rikariza.multiply.com)

Raul ku sayang sudah menginjak 2 tahun. Ini adalah masanya dia mengimitasi. Setelah kosakatanya bertambah banyak dan makinnn banyak (yg jadi pertimbanganku menghentikan speech therapy nya walopun sama dokter disuruh terus), dia rajin mengulangi kata kata. Angka 1-10 sudah hafal. Warna warna standar sudah tau dengan baik. Bahkan sudah bisa merangkai kalimat dengan kata yang cukup panjang. Memorinya luar biasa, daku dibuat kagum olehnya.

Raul: “bunda…. Bawaat: (bunda.. pesawat)

Bunda: “ bukan raul, itu bukan pesawat, itu helikopter”

Raul: “bundaa, bukang.. bawat..itu.. eliopel”

 

Raul:” bundaa, bulan abitt” sambil nunjuk bulan

Bunda: “ kalau matahari dimana?”

Raul: “mataali.. bobok”

*segala benda yang dia ngga lihat disebut bobok… xixixi*

 

Nevertheless, ada hal yang mengherankan aku. Ada saat saat tertentu dimana Raul ngamuk tapi ngamuknya ngga ada sebabnya dan terkesan dibuat buat. Kumaha nya. Jadi.. sebenarnya tidak ada hal yang mengganggunya, tapi dia seperti berakting ngamuk, berakting lempar lempar barang, tapi lalu jadi serius, ketika dihentikan ngamuknya jadi beneran dan sulit dihentikan.

Di saat Raul rajin mengimitasi, muncul hal seperti itu. Menurut insting bunda, itu adalah hal yang dia tiru, bukan hal yang alami muncul dari dalam anak 2 tahun. Selidik punya selidik, walaupun tidak ada bukti ilmiah, aku curiga itu asalnya dari Syamil dkk, Sali dan Saliha.

Lho… bukannya Syamil video yang meng edukasi tentang akhlak dan Sali/Saliha juga buku edukatif?

Setelah ngikutin hipnoparenting-nya mba Evariny Andriana, aku jadi mengamati beberapa alat edukasi Raul.

Di buku seri Sali/Saliha (apa tu judulnya lupa), memang diajari akhlak yang baik, namun diberi tahu juga mengenai akhlak yang tidak baik. Misalnya mengenai ‘Anak yang berhati hati’. Buku tersebut memberi pesan moral untuk berhati hati, dengan diawali contoh tindakan yang tidak hati hati, misalnya bermain dengan pisau dan korek api. Ada pula mengenai akhlak kesopanan terhadap asisten rumah tangga (Aku Sayang Bibi), yang diawali dengan ‘adegan’ di mana Sali teriak teriak ke bibi.

Begitu pula di seri video Syamil, mirip mirip seperti itu. Mengajarkan kejujuran dengan memberi contoh ketidakjujuran, walaupun memang sih disebut bahwa tindakan tidak jujur itu tidak baik. Ada juga tuh adegan Syamil melempar barang karena kesal sama temannya, walaupun pada akhirnya Nadya kakaknya menengahi dan menyuruh untuk bermaafan. *jangan jangan adegan ini yang ditiru Raul*

Baru berpikir (pikiranku bisa salah bisa benar, wallahu alam, cmiiw), umur 3 tahun ke bawah dimana alam bawah sadar memegang peran 100%, di mana anak sebenarnya tidak tahu konsep salah dan benar, logika belum jalan, seharusnya tidak perlu dikenalkan dengan hal negatif, kecuali secara tidak sadar si anak melakukan hal yang salah dan kita mau meluruskan. Ketika kita bilang “jangan lari lari” anak malah lari lari. Sama ketika aku menyapih Raul. Pada suatu saat aku memberi pengertian bahwa mimi susu (yang ini) Cuma buat adek bayi, seketika malah yang raul ingat adalah mau menyusu lagi dan dia minta nyusu (padahal sebelumnya lagi tenang tuh).

Aku kemudian menyorot seri Diego dan Dora. Sayangnya, video itu sifatnya umum dan general, tidak spesifik Islam sperti Syamil, yang sesekali menyelipi aktivitas hariannya dengan doa dan zikir, which is very good actually.

The thing is, Diego dan Dora sama sekali tidak memberi contoh negatif. (as far as I know). Nilai yang disampaikan tidak langsung terlihat, misalnya nilai keberanian, positive thinking, sportivitas saat berkompetisi, kepedulian untuk berbagi, semuanya tidak disampaikan dengan verbal misalnya “kamu harus berani, kita harus selalu positif dll”. Hal ini yang membuat aku merasa lebih aman kalau Raul nonton Diego dan Dora. Isinya menonjolkan hal positif: petualang, keberanian, kepedulian, semangat, berpikir positif, bersenang senang.

Mudah mudahan alat edukasi anak yang Islami bisa terus menjadi lebih baik. Postingan ini bukan utk menghalangi bunda sekalian utk membeli yang saya review di atas lho ya. Buku dan video tersebut bagus banget kok, mudah2an dengan selalu didampingi, kita bisa meminimalisir yang tidak diinginkan.

Kata kunci: parenting

Mencari Sekolah

(pindahan dari rikariza.multiply.com, saat Raul berumur 2+ tahun)

Latar Belakang 

Call me over reacted atau apa lah. Mungkin aku terlalu khawatir, but I just follow my feeling, feeling keibuan. Dulu mutusin cepet cepet  speech therapy buat raul krn blm mengucapkan sepatah katapun di usia 15 bulan. Orang orang tua bisa bilang ‘ ah gakpapa, dulu si x blablabla’ Sekarang aku mutusin Raul masuk sekolah di usia yg dulu tidak pernah aku pikirkansebelumnya: 2 tahun. Dulu banget, aku mikir kaga usahlah pake PAUD2 sgala. Langsung masuk TK aja, kasian kecil2 skolah.

Tp skarang aku jadi berpikir, harus sekarang, sebelum 3 tahun!

Raul adalah anak yang cerdas, banyak bicara, banyak bertanya, tapi hanya pada kami, anggota rumah yang sama. Pada orang lain, he just won’t interact.

Ahhh biasa ituuu…. 

Biasa atau tidak, aku hanya membandingkan dengan teman teman sebayanya, yang SEMUA suka berkomunikasi, walaupun belum bisa bicarapun sudah suka towel towel, ekspresi sayang, ,iseng, atau apapun lah itu.

Turunan kali. Rika juga dulu kaya gitu, kata mamaku.

Exactly! I know who I am now dan aku sadar betul kekuranganku dalam berinteraksi. Aku akan menyesal jika aku tidak mengantisipasi ‘kekurangan turunan’ ini, karena kekurangan ini sering membuatku tidak nyaman. Raul harus dikondisikan untuk mengenal orang lain, diberikan kesempatan, diberikan ‘fasilitas’. Usia <3 tahun: kata MBa Eva praktisi hipnoparenting, gunung kesadarannya masih di bawah laut semua, di mana permukaan laut adalah batas alam sadar dan bawah sadar. DI bawah 3 tahun, logikanya belum bermain, semua diserap sebagai kebenaran, sehingga aku ingin memilihkannya lingkungan yang steril. Aku memang ngga sering2 mengajak Raul main dgn anak tetangga, krn sesekali kulihat anak2 yg lebih besar suka bawa pistol2an, dan melakukan adegan ‘power ranger’ like lainnya. Tapi kalau kondisi lagi ‘aman’, Raul biasa kuajak main sama tetangga. Tp lingkungan itu kurang kondusif karena aku berada di sana, dan da cenderung ‘nempel’ kek perangko dan ngajak pergi.

Ok, he has to go to a different community, without me in it. He has to learn to trust other people Pada saat aku memutuskan (stlh diskusi dgn ayah tentunya) Raul sekolah, sudah akhir tahun, dan biasanya kelompok bermain memulai ‘tahun ajaran’ nya di bulan Januari, sehingga aku hanya sempat observasi 4 sekolah (3 sempat trial, yg satu ogah krn emang dari awal dah ga nyaman)

Dari 3 trial, Raul terlihat paling nyaman di Montessori. Yang 2 lainnya, wahh hysteria deh sepanjang 2 jam. Walaupun trial tetep ditemenin, Raul bener2 mogok dan nangis jejeritan, kecuali di Cahaya Montessori. Nah, utk Montessori sendiri aku baru trial 1 tempat. Waktunya sudah terlalu mepet untuk observasi lagi, sehingga pilihannya adalah, to go to this Montessori, or not. Raul sudah 2 tahun 3 bulan. AKu ingin sblm usia 3 tahun, Raul difasilitasi dgn baik untuk mengenal lingkungan yang lain.

About Montessori, that specific montessori 

Memang sih blm membandingkan dgn Montessori lain, tp aku suka dgn para fasilita
tornya. Walaupun bukan spesifik montesori islam, tp ternyata nuansa islami nya kental. Jam bermain di Montessori agak2 membuatku kaget. Jam 8 sampai 11.30, dilanjutkan makan siang dan solat jadi sampai 12.30. Unlike other preschool yg hanya 1.5 – 2 jam. Pada suatu kesempatan aku bertemu dan berbincang dgn kepseknya, yang crita puanjaaaang lebarrrr. I really like this woman, ramah, dan terlihat sangat berdedikasi dan serius terhadap pendidikan anak. Di sini lah aku dapet jawaban mengenai lamanya waktu bermain.

Pertama2 mengenai hari bermain yang ‘minimal’ 3 hari, dan harus berturut turut, ga boleh loncat2 harinya. Menurutnya, sangat penting bagi anak untuk dikenalkan dengan keteraturan, karena defaultnya, anak kecil itu sebenarnya tidak suka perubahan. Contohnya, perubahan dari menyusu menjadi tidak menyusu (disapih), pasti rewel. Perubahan dari tidur sama ibunya, menjadi tidak tidur dengan ibunya, dan perubahan2 kebiasaan lainnya. Scara tidak langsung, itu mempengaruhi ‘mood’ nya dalam menerima informasi. Jadi, apabila hari senin dia harus bangun pagi, lalu hari selasa dia boleh bangun siang, lalu rabu disuruh bangun pagi lagi, bisa jadi mood nya jadi jelek. (pembentukan kebiasaan yg kurang baik utk diterima si spongebob yg menyerap segalanya bukan?)

Tdk seperti preschool lain yang begitu masuk lalu disambut dengan ‘opening’, jreeeenggg… acara dimulai, mari kita ini, mari kita itu, ayo kita main ini, ayo kita main itu, di skolah Raul begitu masuk jam 8, kondisinya sangat santai. Anak masuk, salam sama guru, lalu dipersilakan do what he want. Sama lah kayak kita kalo ngantor, dateng jam 8 kan males tuh kalo langsung disuruh kerja. Maunya ngopi2 dulu, browsing2 liat berita, ya ga. Baru deh jam 9 ada morning circle, itupun suasanya santaii banget. Anak kecil needs time to adjust, apalagi yang seperti Raul.  Karena konsepnya adalah belajar bebas, seorang anak tentunya butuh ddiberi waktu untuk bereksplorasi, melihat sekeliling dan menentukan hal apa yang membuatnya tertarik, hal apa yg ingin ia pelajari . Lalu, anak sekecil Raul sukaaaaa sekali merepetisi, mengulang ulang apa yang dia lakukan. Misalnya memotong buah2an kayu. Setelah semua selesai, maka dia akan ulangi, bukan hanya 1 kali, tapi bisa jadi 5 kali atau lebih! That is how he learn, dengan mengulang ulang aktivitas. Kesempatan untuk mengulang ini mungkin sulit didapatkan di tempat yang waktunya hanya 1.5-2 jam. Selain itu anak jg butuh waktu untuk observasi orang orang lain yang ada di dalam ruangan itu. Apalagi Raul,  yang biasanya butuh waktu observasi yang cukup lama.

Di sekolah Raul jg ingin menanamkan hal hal yang memang ga mungkin dicapai dalam 2 jam, apalagi Cuma 1-2x seminggu. Misalnya aja nih main tuang menuang air. Di sini wadah air pake kaca beneran, kalau terjadi tumpah ya anak diarahkan utk bertanggung jawab, disediakan lap dll. Di sini jg terjadi interaksi anak yang lebih kecil dgn kakak2nya, sehingga anak yang kecil bisa mencontoh kakaknya dalam menyelesaikan masalah, dan kakak2nya diberi kesempatan untuk benar2 act like an older one, mengayomi, membimbing, gitu deh.

Ehm… lalu mengenai biaya, si ibu bilang hal yang kurang lebih gini, fasilitas pendukung di skolah metoda ini memang tinggi biayanya, that is unavoidable. Ya iya sih, apa yg bisa dilakukan oleh skolah swasta macem ini, subsidi juga ngga ada, pendidikan dini jg bukan kewajiban pemerintah. Tapi ketika kita menemukan cara utk memberikan yg terbaik utk anak, tentu kita akan mengerahkan segala effort untuk mewujudkan itu, termasuk dgn effort finansial. Bahasa kasarnya: “Jgn pelit deh ma pendidikan anak, kalo dah nemuin yang terbaik dan cocok, just do your best to cover that issue” Jreeeeng, membuatku termenung. Pendidikan memang bukan hal yang main main yah. Duit orangtua larinya kemana sih, pendidikan dan kesehatan anak tentunya kan. Di sekolah ini, hal itu bisa dibicarakan. Dia bilang, kalo ada masalah, mari dibicarakan. Aku ngga tau arahnya kemana, mungkin kalau anak ga mampu bisa dapet keringanan. Tapi malu kali lahhhh  ngambil jatah orang yg punya SKTM. *heuheu… mari kita meyakini bisa dapat uang banyaaakkkk, hoahahahah*

About Montessori, other MOntessori     

Tadi menemukan Montessori lain di seputaran Jakarta yang ternyata ‘kok lebih murah ya’. Diliat liat schedule nya, ternyata ada yang 2x seminggu, dan waktunya maksimal 3 jam, kecuali yg TK emang lebih lama. Hmmm jadi agak agak bingung dan bertanya Tanya, apa yg terjadi ya dgn konsep montesori yang dijelaskan bu kepsek di sekolah Raul. Sudah diputuskan sihh 1 taun ke dpn Raul stay di skolahnya yang sekarang aja. Tapi ke depan teteup nyari opsi yang lebih murah sihhh.  Mangkanya pengen juga trial ke tempat lain dan melihat apa sebenarnya bedanya, kenapa kok bisa hanya 2 jam, bahkan ada yang senin – rabu- jum’at. *mau yg terbaik tapi murah*

Merembet ke yang lain 
ayaya… isu pendidikan ini membawaku pada isu SD, SMP, dan SMA. Sekarang sekolah swasta yang menawarkan berbagai metoda canggih ada di mana mana. Kinda drives me crazy, huhuhu… lieur. Masalahnya adalah, sekolah yang ‘bagus’ belum tentu cocok  anak. SD Montessori jg ada lho, tapi makkkk ga percaya deh dengan biayanya. Bener bener fantastico, hikss. Liat aja nanti dehh kalo ada rejeki yake Montessori, kalo ngga ya cari alternative lain. Tapi untuk SMP SMA, aku tergodaaaa dengan isi ceramah Yusuf Mansur. “Mau pendidikan setinggi apapun, di bidang apapun, yg penting anak membawa al Quran dalam dirinya. Lulus dari Darul Quran, bisa ke luar negri, ke a, b, c, bisa tenang, krn dia membawa Al Quran. Hoaaaaa keren banget deh ngiklannya pak ustad, tp emang bener2 bikin pengen. Siapa coba yg ga tergoda punya anak ahli AlQuran.amiiiin… Kalo kata beliau, jgn khawatir anak mendalami alquran trus ga bisa survive hidupnya ke depan. Allah penggenggam segalanya. Yah intinya mah, pelajari ilmu Allah, sedekah yang rajin, jaminan dehh rejeki ga akan seret. Amin

Cape nulis

(a.k.a CLODI) Mommiluna Premium-Eco Cloth Diaper (buat yang kecil kecil)

Here it goes, Enphilia sister brand, namanya Mommiluna (clodi). - yayayaya saya memang tidak suka istilah clodi, tapi berhubung clodi sudah menyebar bagaikan odol dan aqua, ya sudahlah saya pakai saja si clodi haha-.  Tadinya Mommiluna ini akan digunakan untuk brand terkait ibu, entah itu nursing dress, menstrual pad, atau apa lah. Ide brand nya sebenarnya karena suka dengan salah satu produsen produk anak yang menggunakan karakter dan cerita dari tokoh yang dicreate.

jadi.. Clodi Mommiluna itu maksudnya penggambaran mommy dan anak perempuannya bernama luna. Kenapa Luna? Yah intinya sudah nyari kombinasi macam macam dan mommiluna lah yang sounds chic. Luna sendiri juga nyambung dengan istilah untuk 'bulan' .. kan nantinya pengennya ada produk menstrual pad entah kapan (jiahh.. maksa ya? tapi nyambung kaan hehe).

Tapi karena saya mau launching produk popok (clodi) ekonomis yang ngga mau di brand Enphilia, dan masa iya sih ngeluarin banyak banyak merk, jadinya Mommiluna juga dipakai deh untuk popok (clodi) modern (selain diaper bag organizer dan nursing cover).  Ribet kah punya multi brand? Hooh ribet. Tapi karena branding Cilipopo juga udah kadung identik dengan produk tertentu, jadi ngga mau dicampur campur. Orang orang tampaknya sudah mengaitkan Cilipopo bagaikan menyebut Aqua atau Odol (yah walaupun belum sebeken itu yahh hihi...). Contohnya 'aku pakai Cilipopo lho... enak deh bla bla'

Batin saya Cilipopo nyang manaaa?

Tapi yaa begitu lah, daripada image branding nya terbelah, saya bikin tjap Mommiluna aja dulu (aja dulu?). Ini pun akhirnya terdengar seperti identik dengan perempuan. Ndilalah 3 motif launching juga motif cewe semua. Yahhh tampaknya butuh brand lain nih (ohhh sungguh ibubil).

Nahh begini nih penampakan Mommiluna Premium-Eco Cloth Diaper alias clodi.

[caption id="attachment_131" align="aligncenter" width="300"] 3 Motif Mommiluna[/caption]

[caption id="attachment_130" align="aligncenter" width="300"] Packaging Clodi Mommiluna[/caption]

Ini cucok banget buat masuk toko offline, tinggal cantolin deh ke display.

Cantik yahhh??? Hihihi

Kalo ada yang merasa punya toko baby offline dan mau kerjasama, ada penawaran menariiik, langsung aza drop comment ke rumahpopok@gmail.com

Thursday, November 15, 2012

Kunjungan ke Tunas Bangsa

Awalnya berniat berkunjung ke panti asuhan saat ultah Raul ke 4. Tapi yaa karena banyak agenda, nggak jadi jadi juga. Minggu ini, spontan si ayah ngajakin ke panti asuhan. Karena tidak banyak referensi mengenai panti asuhan, kami seisi rumah berkunjung ke panti asuhan balita tunas bangsa, tempat yang sama yang pernah aku kunjungi bersama teman teman milis popok kain (popok-kain@yahoogroups.com) saat sosialisasi popok kain.

Niatnya sih simply ingin mengajak bersama sama bersyukur terhadap kondisi diri sendiri, terutama mengajarkan Raul (dan Rara) untuk bersyukur, masih punya orangtua. Tapi emang jadi agak ribet sih karena kami cuma boleh mengintip dari balik jendela, itu pun pada jam besuk tertentu.

Beberapa jam sebelum jam besuk kami sudah sampai. Karena tidak bisa menengok dengan alasan anak anak sedang tidur (bisa gituhh bayi segitu bermacam macam diatur waktu tidurnya? aneh juga ya haha) Ya sudah kami nunggu deh. Sambil nunggu, kami belanja barang yang kira kira diperlukan anak anak itu. Suamiku tanya ke pengurusnya,... berhubung ini panti asuhan pemerintah, kami berasumsi segala hal relatif terpenuhi. Kami tanya apa kira kira yang kurang.

Pengurus bilang memang sumbangan banyak, tapi sesekali kekurangan juga, misalnya susu (formula) dan pampers. Oh sungguh sedih hatiku, kalau disuruh nyumbang kedua benda itu. Di akhir percakapan terkorek juga bahwa beberapa bayi alergi susu sapi sehingga harus minum susu soya. Walaupun sedih rasanya harus menyumbang susu soya, ya sudah... nggak mungkin juga aku sumbang asi untuk bayi sebanyak itu.

Sambil nunggu jam besuk kami pergi ke sebuah hipermarket, masuk ke  gang bagian sufor. Actually it was awkward for me. Aku menggendong bayi dan masuk gang sufor, lalu ditanya tanya anakku umur berapa, untuk memberikan saran susu yang tepat. Buat anak macem macem umur, begitu jawabku sekenanya. Aku dan suamiku terbengong bengong melihat itu susu susu kaleng yang harganya super super jleb maknyus deh. Kami akhirnya mengambil susu soya untuk usia di bawah 1 tahun saja, karena toh di atas 1 tahun susu sapi kan bukan hal krusial. Jumlah susu yang diambil cukup besar untuk kocek, tapi jumlahnya cuman sedikiiit. Ini juga sebentar habis, pikirku. Sedih juga ya. Sungguh bersyukur Allah memberi 2R rizki asi yang cukup, ahamdulillah wa syukurillah. Allah Maha Baik. Bukan hanya good for my babies, also good for my pocket, hwekekekek.

Hm.. teringat beberapa bulan lalu aku terpaksa membuang ASI yang kadaluarsa :((
(wahhhh baru inget kaga ada dokumentasi fotonya neehh)

Btw.. gedung tunas bangsa sedang direnov, jadi anak anak dan bayi sementara diungsikan ke panti jompo di sebelahnya. Wuih... sedih jg sepanjang jalur menuju kamar bayi lihat jompo jompo pada nongkrong di luar ruangan. Ruangannya itu kamar massal gitu deh isinya bed berjejer jejer. Huhu sedih aja liatnya, orang jompo tidur beramai ramai begitu.

*sedang menyadari banyak pengulangan kata 'sedih' di atas*

Memang bagian paling menyedihkan adalah melihat kamar bayi. Ituh 1 box bayi bisa diisi 3 bayi, kadang suka saling tumpang tindih, dan masing masing pada cuek (nindihin ataupun ketindihan) ! Apa coba yang dialami bayi bayi ini setiap hari? You can guess: mimik, pupup, pipis, ganti popok, bobo, mandi. Gitu aja kan tiap hari. Dan 1 kamar yang berisi 3-6 bayi hanya dijaga oleh satu orang pengasuh (atau 2 ya?). How on earth she can handle supplying psychological nutrition for those babies? Apakah beliau mengajak ngobrol bayi bayi ini? Apakah beliau bernyanyi dan membacakan buku untuk anak anak ini? Apakah dia selalu tersenyum?  I'm not sure, dan sejauh yang saya lihat, memang tidak demikian. Bayi kalo nangis disumpel empeng atau botol, lalu dilatih untuk memegang botolnya sendiri (ini bayi 0-3 bulan lho!) Yaaa aku tidak sedang menyalahkan pihak pemerintah ya. Kurasa pemerintah sudah melakukan yang baik untuk saat ini. Sudah ada PAUD, playgroup dan semacamnya. Tapi kurasa masih ada gap yah terutama buat yang masih bayi dan belum dimasukkan ke PAUD.

Penutup: Bayi bayi tersebut terbuka untuk diangkat. Syaratnya rumahtangga>5 tahun, usia suami istri minimal 30 tahun. I'm not eligible yet, belum 30 dan masih punya bayi bua diurus. Semoga ke depan rizki tambah banyak dan bisa mempertimbangkan mengasuh anak dari situ.

2R's Mini Library

Sejak awal mau tinggal di rumah ini, sudah cita cita membuat perpustakaan. Tapi yaah karena satu dan banyak hal, tetep aja buku buku pada kececeran di mana mana.

Tadinya buku buku Raul (punyanya mizan ada 2 judul, dan punya Grollier ada 1) aku taruh di rak 'montessori' Raul (dikasih kutip soalnya montessori jadi jadian, haha), tapi sayangnya rak itu sepertinya pantasnya ada di ruangan tertutup dan ber AC, debunya banyak, huhu.



Nahh setelah menemukan  buku masa kecilku dijual 1 seri di pameran Mother and Baby Fair, yang kubeli tanpa pikir panjang (because I know these books are worth to have) - yaitu Widya Wiyata Pertama, mulai deh saya berpikir... I have to put these books in somewhere safe from dust. Ini set buku termehel yang saya beli (dan mencicil!). Jadi kukorbankan 2 buah lemari yang tadinya mau dibuat display dagangan tapi belum terpakai, untuk tempat buku. Aku letakkan di situ bersama beberapa buah buku value-nya Mizan dan bukunya Grollier.

Hmmm... gambarnya memang berantakan yaa... masih jauh memang perjalanan saya membuat Raul mau rapi. Rak montessori di lain ruangan pun nasibnya sekarat karena semua dicampur menjadi satu.

Tapi overall, cukup puas dengam mini lib ini karena beberapa hari ini, pojok ini jadi fun corner buat Raul. Apalagi sejak beli buku Widya Wiyata yang lebih lengkapp daripada yang dulu aku punya saat kecil. Flash back sedikit ke masa lalu, little me sukaa sekali baca buku buku pengetahuan ini, tanpa disuruh. Gambar ilustrasinya menarik, dan judulnya sangat memancing curiosity. Tapiii si tokoh anak kecil berambut baskom yang selalu bawa lup dalam buku itu ternyata sudah diganti oleh maskot yang lain, hiks...  yang sekarang nggak selucu duluuuh. Oh well, nggak krusial sih, haha.

Makin menariknya, ... buku ini sudah dilengkapi oleh talking pen bernama Walter, so the books are really talking to us. Investasi yang berhargaa banget. Bisa dipake sampe nanti sudah besar. Bisa dipakai sejak bayi seumur Rara (6M) atau sejak lahir. Rara berbinar banget kalau dibacakan buku ini. Well aku kurang tahu juga sih motifnya apa, sepertinya sih nafsu banget ngucek ngucek halamannya, haha.

Ada kejadian menarik sih yang aku kurang tahu juga ada hubungannya apa tidak. Aku sempat membacakan buku mengenai alam dan membuka bagian guntur dan petir. Nah aku ceritakan lah ke Rara disertai Walter yang bercerita. Ada berbagai jenis suara petir di situ dan Rara cukup kaget karena suaranya yang menggelegar. Saking kagetnya sampai mau mewek. Tapi setelah diperdengarkan beberapa kali dia jadi terbiasa. Nahh... sorenya, hari mau hujan. Aku dan Rara sedang chit chat di taman. Lalu tiba tiba, jegeerrr... suara guntur (oh iya karena baca buku itu, aku jadi tahu perbedaan guntur dan petir. Apa hayo hehe). Nah aku sudah waspada aja kalau Rara kaget. Rara memang sedikit kaget, tapi kagetnya tuh yang antusias. Her face said "Heyyyy I know this sound!", lalu dia menoleh ke arahku dan malah ketawa tawa antusias. Begitu ada guntur lagi, die ketawa lagi. Haha, lucu deh sumpah. Aku cuma bilang aja ke Rara: "Iya Rara, ini suara yang kita dengar tadi waktu baca buku".

Raul sih beda lagi. Dia nggak berhenti henti baca halaman yang ituuu ituuu aja. Emaknya cuma bisa komentar "AYo dong Raul kita baca halaman yang lain". Tapi ya gitu lahh si die keukeuh sumeukeuh baca yang itu.

Kesukaannya baca halaman yang bernyanyi:

 'this is the way we brush our teeth brush our teeth brush our teeth'

Satu lagi, halaman buku tempat terkenal yang menunjukkan gedung parlemen Inggris, karenaaah di situ ada suara jam tingtong, dan Raul terobsesi sekali melihat jam. Maknya ampe bosen :))

Hmmm senangnyaa hatiku naak, investasinya nggak sia sia apalagi anak anak seneeeng banget baca buku buku tersebut.

Mudah mudahan dikasih rizki bisa memperbesar lagi perpustakaannya.