Wednesday, November 28, 2012

Mencari Sekolah

(pindahan dari rikariza.multiply.com, saat Raul berumur 2+ tahun)

Latar Belakang 

Call me over reacted atau apa lah. Mungkin aku terlalu khawatir, but I just follow my feeling, feeling keibuan. Dulu mutusin cepet cepet  speech therapy buat raul krn blm mengucapkan sepatah katapun di usia 15 bulan. Orang orang tua bisa bilang ‘ ah gakpapa, dulu si x blablabla’ Sekarang aku mutusin Raul masuk sekolah di usia yg dulu tidak pernah aku pikirkansebelumnya: 2 tahun. Dulu banget, aku mikir kaga usahlah pake PAUD2 sgala. Langsung masuk TK aja, kasian kecil2 skolah.

Tp skarang aku jadi berpikir, harus sekarang, sebelum 3 tahun!

Raul adalah anak yang cerdas, banyak bicara, banyak bertanya, tapi hanya pada kami, anggota rumah yang sama. Pada orang lain, he just won’t interact.

Ahhh biasa ituuu…. 

Biasa atau tidak, aku hanya membandingkan dengan teman teman sebayanya, yang SEMUA suka berkomunikasi, walaupun belum bisa bicarapun sudah suka towel towel, ekspresi sayang, ,iseng, atau apapun lah itu.

Turunan kali. Rika juga dulu kaya gitu, kata mamaku.

Exactly! I know who I am now dan aku sadar betul kekuranganku dalam berinteraksi. Aku akan menyesal jika aku tidak mengantisipasi ‘kekurangan turunan’ ini, karena kekurangan ini sering membuatku tidak nyaman. Raul harus dikondisikan untuk mengenal orang lain, diberikan kesempatan, diberikan ‘fasilitas’. Usia <3 tahun: kata MBa Eva praktisi hipnoparenting, gunung kesadarannya masih di bawah laut semua, di mana permukaan laut adalah batas alam sadar dan bawah sadar. DI bawah 3 tahun, logikanya belum bermain, semua diserap sebagai kebenaran, sehingga aku ingin memilihkannya lingkungan yang steril. Aku memang ngga sering2 mengajak Raul main dgn anak tetangga, krn sesekali kulihat anak2 yg lebih besar suka bawa pistol2an, dan melakukan adegan ‘power ranger’ like lainnya. Tapi kalau kondisi lagi ‘aman’, Raul biasa kuajak main sama tetangga. Tp lingkungan itu kurang kondusif karena aku berada di sana, dan da cenderung ‘nempel’ kek perangko dan ngajak pergi.

Ok, he has to go to a different community, without me in it. He has to learn to trust other people Pada saat aku memutuskan (stlh diskusi dgn ayah tentunya) Raul sekolah, sudah akhir tahun, dan biasanya kelompok bermain memulai ‘tahun ajaran’ nya di bulan Januari, sehingga aku hanya sempat observasi 4 sekolah (3 sempat trial, yg satu ogah krn emang dari awal dah ga nyaman)

Dari 3 trial, Raul terlihat paling nyaman di Montessori. Yang 2 lainnya, wahh hysteria deh sepanjang 2 jam. Walaupun trial tetep ditemenin, Raul bener2 mogok dan nangis jejeritan, kecuali di Cahaya Montessori. Nah, utk Montessori sendiri aku baru trial 1 tempat. Waktunya sudah terlalu mepet untuk observasi lagi, sehingga pilihannya adalah, to go to this Montessori, or not. Raul sudah 2 tahun 3 bulan. AKu ingin sblm usia 3 tahun, Raul difasilitasi dgn baik untuk mengenal lingkungan yang lain.

About Montessori, that specific montessori 

Memang sih blm membandingkan dgn Montessori lain, tp aku suka dgn para fasilita
tornya. Walaupun bukan spesifik montesori islam, tp ternyata nuansa islami nya kental. Jam bermain di Montessori agak2 membuatku kaget. Jam 8 sampai 11.30, dilanjutkan makan siang dan solat jadi sampai 12.30. Unlike other preschool yg hanya 1.5 – 2 jam. Pada suatu kesempatan aku bertemu dan berbincang dgn kepseknya, yang crita puanjaaaang lebarrrr. I really like this woman, ramah, dan terlihat sangat berdedikasi dan serius terhadap pendidikan anak. Di sini lah aku dapet jawaban mengenai lamanya waktu bermain.

Pertama2 mengenai hari bermain yang ‘minimal’ 3 hari, dan harus berturut turut, ga boleh loncat2 harinya. Menurutnya, sangat penting bagi anak untuk dikenalkan dengan keteraturan, karena defaultnya, anak kecil itu sebenarnya tidak suka perubahan. Contohnya, perubahan dari menyusu menjadi tidak menyusu (disapih), pasti rewel. Perubahan dari tidur sama ibunya, menjadi tidak tidur dengan ibunya, dan perubahan2 kebiasaan lainnya. Scara tidak langsung, itu mempengaruhi ‘mood’ nya dalam menerima informasi. Jadi, apabila hari senin dia harus bangun pagi, lalu hari selasa dia boleh bangun siang, lalu rabu disuruh bangun pagi lagi, bisa jadi mood nya jadi jelek. (pembentukan kebiasaan yg kurang baik utk diterima si spongebob yg menyerap segalanya bukan?)

Tdk seperti preschool lain yang begitu masuk lalu disambut dengan ‘opening’, jreeeenggg… acara dimulai, mari kita ini, mari kita itu, ayo kita main ini, ayo kita main itu, di skolah Raul begitu masuk jam 8, kondisinya sangat santai. Anak masuk, salam sama guru, lalu dipersilakan do what he want. Sama lah kayak kita kalo ngantor, dateng jam 8 kan males tuh kalo langsung disuruh kerja. Maunya ngopi2 dulu, browsing2 liat berita, ya ga. Baru deh jam 9 ada morning circle, itupun suasanya santaii banget. Anak kecil needs time to adjust, apalagi yang seperti Raul.  Karena konsepnya adalah belajar bebas, seorang anak tentunya butuh ddiberi waktu untuk bereksplorasi, melihat sekeliling dan menentukan hal apa yang membuatnya tertarik, hal apa yg ingin ia pelajari . Lalu, anak sekecil Raul sukaaaaa sekali merepetisi, mengulang ulang apa yang dia lakukan. Misalnya memotong buah2an kayu. Setelah semua selesai, maka dia akan ulangi, bukan hanya 1 kali, tapi bisa jadi 5 kali atau lebih! That is how he learn, dengan mengulang ulang aktivitas. Kesempatan untuk mengulang ini mungkin sulit didapatkan di tempat yang waktunya hanya 1.5-2 jam. Selain itu anak jg butuh waktu untuk observasi orang orang lain yang ada di dalam ruangan itu. Apalagi Raul,  yang biasanya butuh waktu observasi yang cukup lama.

Di sekolah Raul jg ingin menanamkan hal hal yang memang ga mungkin dicapai dalam 2 jam, apalagi Cuma 1-2x seminggu. Misalnya aja nih main tuang menuang air. Di sini wadah air pake kaca beneran, kalau terjadi tumpah ya anak diarahkan utk bertanggung jawab, disediakan lap dll. Di sini jg terjadi interaksi anak yang lebih kecil dgn kakak2nya, sehingga anak yang kecil bisa mencontoh kakaknya dalam menyelesaikan masalah, dan kakak2nya diberi kesempatan untuk benar2 act like an older one, mengayomi, membimbing, gitu deh.

Ehm… lalu mengenai biaya, si ibu bilang hal yang kurang lebih gini, fasilitas pendukung di skolah metoda ini memang tinggi biayanya, that is unavoidable. Ya iya sih, apa yg bisa dilakukan oleh skolah swasta macem ini, subsidi juga ngga ada, pendidikan dini jg bukan kewajiban pemerintah. Tapi ketika kita menemukan cara utk memberikan yg terbaik utk anak, tentu kita akan mengerahkan segala effort untuk mewujudkan itu, termasuk dgn effort finansial. Bahasa kasarnya: “Jgn pelit deh ma pendidikan anak, kalo dah nemuin yang terbaik dan cocok, just do your best to cover that issue” Jreeeeng, membuatku termenung. Pendidikan memang bukan hal yang main main yah. Duit orangtua larinya kemana sih, pendidikan dan kesehatan anak tentunya kan. Di sekolah ini, hal itu bisa dibicarakan. Dia bilang, kalo ada masalah, mari dibicarakan. Aku ngga tau arahnya kemana, mungkin kalau anak ga mampu bisa dapet keringanan. Tapi malu kali lahhhh  ngambil jatah orang yg punya SKTM. *heuheu… mari kita meyakini bisa dapat uang banyaaakkkk, hoahahahah*

About Montessori, other MOntessori     

Tadi menemukan Montessori lain di seputaran Jakarta yang ternyata ‘kok lebih murah ya’. Diliat liat schedule nya, ternyata ada yang 2x seminggu, dan waktunya maksimal 3 jam, kecuali yg TK emang lebih lama. Hmmm jadi agak agak bingung dan bertanya Tanya, apa yg terjadi ya dgn konsep montesori yang dijelaskan bu kepsek di sekolah Raul. Sudah diputuskan sihh 1 taun ke dpn Raul stay di skolahnya yang sekarang aja. Tapi ke depan teteup nyari opsi yang lebih murah sihhh.  Mangkanya pengen juga trial ke tempat lain dan melihat apa sebenarnya bedanya, kenapa kok bisa hanya 2 jam, bahkan ada yang senin – rabu- jum’at. *mau yg terbaik tapi murah*

Merembet ke yang lain 
ayaya… isu pendidikan ini membawaku pada isu SD, SMP, dan SMA. Sekarang sekolah swasta yang menawarkan berbagai metoda canggih ada di mana mana. Kinda drives me crazy, huhuhu… lieur. Masalahnya adalah, sekolah yang ‘bagus’ belum tentu cocok  anak. SD Montessori jg ada lho, tapi makkkk ga percaya deh dengan biayanya. Bener bener fantastico, hikss. Liat aja nanti dehh kalo ada rejeki yake Montessori, kalo ngga ya cari alternative lain. Tapi untuk SMP SMA, aku tergodaaaa dengan isi ceramah Yusuf Mansur. “Mau pendidikan setinggi apapun, di bidang apapun, yg penting anak membawa al Quran dalam dirinya. Lulus dari Darul Quran, bisa ke luar negri, ke a, b, c, bisa tenang, krn dia membawa Al Quran. Hoaaaaa keren banget deh ngiklannya pak ustad, tp emang bener2 bikin pengen. Siapa coba yg ga tergoda punya anak ahli AlQuran.amiiiin… Kalo kata beliau, jgn khawatir anak mendalami alquran trus ga bisa survive hidupnya ke depan. Allah penggenggam segalanya. Yah intinya mah, pelajari ilmu Allah, sedekah yang rajin, jaminan dehh rejeki ga akan seret. Amin

Cape nulis

No comments:

Post a Comment