Monday, August 26, 2013

[Renungan] Ibu : Bekerja atau di Rumah ? (part 2 of 3)

Inih lanjutannyaa di copas dari link inih


https://www.facebook.com/notes/elma-fitria/renungan-ibu-bekerja-atau-di-rumah-part-2-of-3/10151818885352660

 

... lanjutan dari [Renungan] Ibu : Bekerja atau di Rumah ? (part 1 of 3)

Okay, so now, what should I do ?

Tanya pada Allah SWT. Tanya pada yang membuat kita. Sebagai produk pabrik, maka bertanyalah pada si pemilik pabrik :

 

1.      1.  saya ini didesain untuk apa ?

2.      2.  untuk sampai pada misi pembuatan saya, saya harus melalui proses apa saja ?

3.      3.  Dan saat ini saya harus ada di proses mana ?

Sejatinya, hanya Allah yang punya segala jawaban yang kita tanyakan. Bukan forum ibu-ibu, bukan milis komunitas, bukan teman, bukan orang tua, bukan suami, bahkan ... bukan kita sendiri.

Pada dasarnya, hidup kita ini diperjalankan oleh Allah. Allah yang Menentukan kita akan belok kemana, parkir dimana, nge-gas dimana. Kita lah yang perlu pasang mata dan telinga batin, untuk mendengar petunjukNya.

Kita hidup dalam rencana Allah. Dan karena Allah Maha Mengurus hambaNya, maka dijamin, kita tidak akan ditelantarkan. Itu juga berarti, kita boleh, sangat boleh, percaya penuh pada rencanaNya.

Nah, Allah tidak selalu menjawab 3 pertanyaan tadi sekaligus saat ini. Dalam banyak kehidupan, Allah hanya memberi tahu kita beberapa tahun ke depan, atau bahkan beberapa hari ke depan. Ibaratnya, malam hari kita mengendarai  mobil di jalan panjang dan gelap gulita, dengan mengandalkan lampu mobil sebagai cahaya. Kita tidak bisa lihat ujung jalannya, tapi kita bisa lihat 20 meter ke depan dengan lampu mobil itu. Ya kita cukup percaya pada 20 meter di depan itu. 20 meter, lalu 20 meter lagi, lalu 20 meter lagi. Kita yakin, dengan mengikuti itu pun kita bisa sampai di ujung jalan.

Seperti itulah IMAN.

Percaya pada informasi dari Allah untuk 20 meter ke depan hidup kita. Iman yang membawa kita menjalani hari-hari dengan yakin. Karena pada hari-hari yang terbatas itu, kita percaya pada perintah Allah : jalanlah di jalan ini. Kita tidak tahu, untuk sampai di tujuan kita, kita akan dibawa belok kemana saja. Tapi kita tahu, kita akan dibawa Allah sampai ujung jalan, sampai ke misi penciptaan kita, hanya dengan terus menerus mengandalkan 20 meter di depan yang terlihat tadi.

And you know what ? that is enough. Sangat cukup untuk membuat kita hidup tenang dan yakin bisa sampai di tujuan kita. Asal ikuti pesan yang Allah berikan saat ini. Jadi pasanglah mata dan telinga batin.

Satu hal yang sangat saya yakini. Allah memberi bekal kekuatan pasti untuk sebuah maksud. Jadi seorang wanita diberi kecerdasan pasti juga untuk sebuah maksud. Dan itu pasti untuk sesuatu yang besar. Saya yakin, kecerdasan setinggi ini tidak hanya diberikan untuk beberapa orang yang ada di rumah saja. Terlalu banyak kalau hanya untuk suami dan anak-anak saja.

Maka pastilah kecerdasan tinggi ini dipersiapkan untuk amanah besar dan luas. Mungkin sebesar dan seluas umat. Dan amanah ini juga akan unik, sesuai misi penciptaan kita. Every task for every single person.

Jadi saya yakin, akan datang waktunya Allah menagih kecerdasan ini, untuk digunakan bagi kebaikan lebih banyak orang, untuk kebaikan umat. Nah, waktunya kapan ? biar Allah yang tentukan.

Allah Maha Tahu apa seorang hamba sudah siap dibawa ke amanah besarnya. Allah Maha Tahu, apa saja proses yang harus dilalui sampai seorang hamba siap menjalani misi penciptaannya. Maka pastikan, selama belum sampai ke amanah misi penciptaan kita, kita selalu meng-up grade diri kita menjadi lebih baik dan lebih cerdas.

Jika saat ini, misalnya, pesan dari Allah adalah : fokus dengan yang di rumah dulu. Maka yakinlah panggilan itu akan datang kok. Hidup kita masih panjang. Dan ketika panggilan itu datang, kita telah jadi orang yang berbeda dari kita sekarang. Ketika amanah itu datang pada kita, kita akan sangat bersyukur bahwa kita pernah dibina oleh Allah sebagai ibu rumah tangga di rumah, sehingga kita punya kekuatan-kekuatan yang tidak akan pernah kita punya jika kita tidak pernah jadi ibu rumah tangga.

Kehidupan rumah tangga, sebenarnya memberikan kesempatan seorang ibu melihat dirinya apa adanya, lepas dari penilaian kinerja perusahaan. Ini berarti juga kesempatan mengasah banyak sifat asli dalam diri kita. Jadi jika saat ini, misalnya, pesan Allah adalah : fokus di rumah, maka seorang ibu punya kesempatan memperbesar kapasitas keikhlasan, empati, kesigapan, termasuk iman.

Sehingga, pada saatnya amanah besar itu datang, kita akan tahu bagaimana mendahulukan kepasrahan pada Allah lalu diikuti dengan sebaik-baiknya ikhtiar.

 

... bersambung ke [Renungan]  Ibu : Bekerja atau di Rumah ? (part 3 of 3)

No comments:

Post a Comment